16-Penjelasan

11.4K 1.1K 11
                                    

Kayesa tidak dapat berbuat apa-apa saat keempat temannya memutuskan untuk duduk bergabung bersama dengan Denan dan yang lainnya.

Jika sebelumnya Kayesa menolak mentah-mentah dengan alasan ikhtilath, bercampur baur dengan lawan jenis, maka saat itu juga teman-temannya tidak kehabisan ide.

Dengan posisi duduk Kayesa dan Denan berada di tengah yang dijadikan sebagai pembatas untuk teman-temannya yang bukan mahram karena statusnya hanya Denan dan Kayesa lah yang menyandang status halal di sini.

Kayesa menatap Rafka dan Denan bergantian. Meskipun Rafka mengambil posisi duduk paling ujung, namun ia masih bisa melihat jelas apa yang dilakukan oleh sepupu dari suaminya itu karena memang cara duduknya yang sengaja diserongkan hingga semuanya dapat melihat dan mengobrol dengan leluasa.

"Jadi ini alasan lo tiba-tiba ngajak kita ke sini?" tanya Jagat tiba-tiba.

Kayesa refleks mengalihkan tatapannya ke arah Jagat. Dari situ ia tahu bahwa laki-laki itu sedang bertanya kepada Denan. Namun, Denan enggan menjawab. Laki-laki itu justru menatap Kayesa yang berada di sampingnya.

"Lo takut ya Kayesa kenapa-napa?" Terdengar suara Rahman meledek. "Yaelah, ternyata Denan suami yang sayang istri."

"Atau mungkin Denan gak percaya sama Kayesa, makanya sampai diintilin." Kali ini Rafka yang menyahut. Sejak insiden meminta kontak WA beberapa waktu lalu, laki-laki itu selalu menyindirnya. Padahal, tidak tahu saja bagaimana kejadian sebenarnya.

Mengabaikan semua ocehan orang-orang di sana. Kayesa sedikit menengadah, menatap Denan. Sebelum Denan tahu dari sepupunya yang julid, lebih baik ia memberitahunya terlebih dahulu.

"Denan."

"Hm?" Denan mengangkat sebelah alisnya.

Bertengkar dan berdebat dengan Denan sudah terlalu biasa. Jadi, tidak akan jadi masalah. Lagi pula Denan pasti tidak terlalu peduli atau sama sekali tidak peduli. Harusnya Kayesa tidak perlu segugup ini. Iya, 'kan?

Kayesa menatap teman-temannya sekilas yang sedang sibuk saling bertukar informasi, setelah itu tatapannya kembali ke arah Denan. Kayesa mengubah posisi duduknya menghadap langsung ke arah sang suami dan bergerak maju, yang mau tidak mau membuat Denan menatapnya dengan aneh.

"Lo kenapa jadi dempet-dempet gini duduknya?" tanya Denan bingung, tetapi tidak bergerak sedikit pun dari tempat duduknya. Matanya sedikit membulat saat tangan Kayesa terulur menarik kepalanya untuk menunduk. 

Kayesa terpaksa melakukannya, ia ingin berbicara dengan Denan tanpa harus didengar oleh teman-temannya. Suaminya itu memiliki tubuh tinggi, jadi Kayesa tidak mau lelah jika harus terus menengadah menatap Denan.  

"Lo kenapa, sih?" Denan kembali dibuat bingung dengan tingkah Kayesa, namun ia tetap tidak menolak diperlakukan demikian. Otaknya hanya bertanya, apakah istrinya itu tidak malu jika ada yang memperhatikannya seperti ini?

"Denan..."

"Kenapa?"

"Denan..."

"Lo kenapa sih Denan Denan mulu dari tadi?"

Kayesa menggaruk hidung mungilnya yang tidak gatal. Gadis itu mendadak gugup ketika menatap wajah Denan dalam jarak sedekat ini. Takut juga mendominasi, terlebih takut khilaf di tempat umum seperti ini. Entah mengapa wajah Denan terlihat menggoda.

Astaghfirullah. Kayesa sontak menggeleng samar.

"Lo kenapa, sih?" Lagi. Denan bertanya. Sepertinya ia harus melarang istrinya ini untuk keluar malam jika tidak bersamanya. Lihat saja, tingkahnya berubah menjadi aneh seperti ini.

SyuamitonirrajimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang