"Denan, bangun dulu, yuk! Bentar lagi subuhan."
Denan langsung bereaksi begitu mendengar suara lembut dan tepukan pelan pada lengannya. Laki-laki itu membuka mata dan langsung disuguhkan senyum lembut oleh sang istri yang telah berbalutkan mukena.
Denan menatap jam dinding, kemudian memijit pelan pangkal hidungnya lalu bangkit untuk segera bersiap. "Kay, kok aku baru dibangunin?"
"Denan kan lagi sakit. Denan juga tidurnya baru satu jam ini benar-benar lelap, jadi Kay nggak tega banguninnya."
Sebenarnya, Kayesa pun sama seperti Denan. Keduanya sama-sama tidak leluasa dalam tidur. Semalaman ini, Kayesa lebih banyak memperhatikan Denan dan merawat suaminya agar tetap nyaman. Jadi, saat melihat Denan yang mulai terlelap, Kayesa tidak tega membangunkannya untuk menunaikan shalat malam seperti biasanya. Karena saat ini, Denan memang harus benar-benar istirahat.
Denan menepuk pelan puncak kepala Kayesa, lalu bergerak menuju kamar mandi. "Aku siap-siap dulu."
"Denan mau ke masjid?"
"Iya, Kay."
"Denan kan sakit. Sholatnya di rumah aja dulu."
"Laki-laki itu sholatnya di masjid, Sayang."
Melihat Denan yang telah masuk sepenuhnya ke dalam kamar mandi, Kayesa menahan diri untuk tidak bersuara. Ia duduk di tepi tempat tidur hingga Denan kembali menampakkan wujudnya.
"Denan beneran mau ke masjid?" tanya Kayesa saat melihat Denan yang kini mengenakan pakaian yang telah ia siapkan sebelum membangunkannya.
Denan mengangguk lemah.
"Muka Denan pucat banget. Nanti kalau pingsan, terus ngerepotin orang-orang di masjid gimana? Sakit kan termasuk udzur, boleh sholat di rumah."
Denan tersenyum lembut mendengar ucapan Kayesa yang bernada khawatir. "Insya Allah, nggak akan kenapa-kenapa, Kay. Aku cuma demam, masih kuat buat ngapa-ngapain."
Kayesa menekuk wajahnya. "Masa? Semalam, Denan manja banget. Kayak orang yang seakan lemah ngga berdaya," ucapnya disertai dengan sindiran halus.
Denan terkekeh. "Itu kan kalau lagi sama kamu. Kalau di luar beda lagi."
Kayesa berdecak, ia tidak lagi menahan Denan. Sekarang, ia memeluk daun pintu sembari menatap punggung Denan yang semakin menjauh. Setelah punggung tersebut tidak lagi terlihat, barulah ia menutup pintu dan kembali ke kamar untuk menunggu adzan subuh berkumandang.
...
"Hujan. Denan belum pulang." Kayesa menatap langit dari jendela dapur. Hari ini, pagi disambut dengan hujan yang cukup deras.
Menyicipi sedikit sup buatannya, Kayesa mematikan kompor lalu bersiap untuk menjemput Denan. Suaminya itu sedang sakit dan setiap ia pergi ke masjid selalu berjalan kaki tanpa membawa kendaraan, ditambah sekarang sedang hujan deras. Kayesa khawatir, Denan nekat pulang hujan-hujanan dan membuat tubuhnya semakin bertambah demam.
Kayesa mengambil payung hitam dan membentangkannya. Payung hitam yang langsung ia beli pada saat melihat video Dude Harlino bersama istrinya sedang memparodikan pertemuan Kim Shin dan Ji Eun-tak drama Goblin pada masa itu. Alasan Kayesa membelinya adalah karena payung tersebut lebar, lucu, dan unik. Baru kali ini, Kayesa benar-benar menggunakan payung tersebut sesuai dengan fungsinya.
Sesampainya di depan masjid, mata Kayesa langsung mendapati wujud Denan di tengah bapak-bapak yang berada di teras masjid. Suaminya terlihat mencolok dengan pakaian berwarna biru langit di saat yang lainnya dominan mengenakan pakaian berwarna putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Syuamitonirrajim
Spiritual-Spiritual~Romance- Menikah dengan seseorang yang merupakan sahabat sejak kecil mungkin masih bisa keduanya toleransi, tetapi bagaimana jika menikah dengan seseorang yang merupakan musuh sejak kecil? Kayesa tidak pernah membayangkan hal itu akan ter...