03-Suami

15.2K 1.3K 10
                                    

Setelah insiden beberapa saat lalu, Denan harus dihadapkan dengan dua sosok pria berbeda generasi di hadapannya. Saat ini dirinya serba salah. Maju salah dan mundur juga salah. Tidak pantas dibenarkan.

"Maaf, Abah. Denan salah. Denan sudah kasarin Kayesa. Denan khilaf, juga nggak sengaja." Denan menatap Adnan dengan tatapan bersalah. Belum sampai dua puluh empat jam menjadi suami istri, ia telah melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Entah suami macam apa dirinya ini, tetapi bukan sepenuhnya salahnya, sih. Kayesa yang mulai, kok.

"Iyalah Abang yang salah. Mana pernah, sih, cewek salah. Cewek itu selalu benar."

"Keynan, diam!"

"Iya, Abah." Keynan menurut. Laki-laki remaja yang baru menginjak umur tujuh belas tahun itu melirik-lirik Abahnya dengan segan.

"Abah tidak menyalahkan kamu. Abah tau tidak mungkin ada asap kalau tidak ada api. Kay-"

"Nah bener dan nggak mungkin juga ada api kalau nggak ada pematiknya. Sama-sama salah, sih, Abah."

"Keynan, lebih baik kamu bantu umimu nyuci piring di belakang sana," tegas sang Abah menatap putranya dengan tatapan tidak ingin dibantah.

"Umi mana mau, Abah. Kata Umi, Keynan nggak pernah bersih kalau nyuci piring masih ada busanya."

Adnan memijat pangkal hidungnya. "Kembali ke kamarmu sana. Murojaah atau lanjutkan hafalanmu!

Keynan akhirnya mengalah, menuruti Abahnya. "Iya, Abah."

Namun, sebelum laki-laki itu benar-benar beranjak dari sana. Ia menghampiri sang kakak ipar dan membisikkan sesuatu.

"Kalau Abang nggak sanggup hidup sama Kak Kay, lebih baik Abang balikin Kak Kay! Keynan sendiri sanggup, kok, jagain Kak Kay." Setelah mengucapkan hal yang mampu membuat Denan terkejut, Keynan beranjak menuju kamarnya dengan senyum sopan, tetapi menyimpan banyak makna di sana.

Denan menhembuskan helaan napas pelan. Tolong, siapa pun, ingatkan adik iparnya itu bahwa ia dan Kayesa baru saja menikah. Ia bahkan belum merasakan manisnya rumah tangga, masa iya Kayesa-nya sudah diminta dikembalikan saja? Tidak bisa begitu, dong.

....

Bertemu di penghujung tangga. Kayesa yang baru dari dapur hendak menuju ke kamar. Sementara Denan yang baru saja dari ruang kerja abah mertua juga hendak menuju ke kamar. Jadilah keduanya bertemu di penghujung tangga, sama-sama ingin menapati tangga menuju lantai dua.

Keduanya saling menatap.

Kayesa memberikan tatapan permusuhan. Gadis yang kini mengenakan piyama hitam dipadu dengan khimar instan warna merah muda melangkah lebih dulu menaiki tangga. Enggan berkomentar, walaupun mulutnya sangat gatal untuk memaki laki-laki yang telah menjadi suaminya itu.

Sabar. Kata uminya, seorang istri harus taat kepada Allah, Rasulullah, suami, mertua, dan orang tua. Bahkan suami adalah urutan ketiga yang harus ditaati, tetapi jika suaminya model Denan, apakah juga berlaku?

Namun, sayang, uminya menjawab, siapa pun suaminya harus dihormati dan ditaati. Karena pakaian suami adalah seorang istri. Dosa istri adalah dosa suami.

Dosa Kayesa adalah dosa Denan.

Kasihan sekali Denan.

Tidak apa-apa. Sudah menjadi resikonya menikah dengan Kayesa yang merupakan musuhnya sejak lama.

Kayesa pikir, Denan hanya tercipta sebagai musuhnya, tetapi Allah berkehendak lain dan menjadikan laki-laki itu sebagai suaminya.

Sederhana pelajaran yang dapat diambil. Janganlah terlalu membenci. Bisa jadi ia yang kalian benci adalah jodoh kalian. Dan ia yang kalian sukai adalah jodoh orang lain.

SyuamitonirrajimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang