Jika bisa dikatakan dengan sejujur-jujurnya dari lubuk hati yang paling dalam, Kayesa merasa dirinya lelah dan juga lemas. Ia yang bahkan tidak pernah tidur usai sholat subuh malah tertidur beberapa menit di atas sajadah. Untung saja gadis itu kembali bangun, dan melanjutkan kegiatannya melakukan tilawah dan dzikir pagi terlebih dahulu.
Dan, tepat pukul enam pagi baru ia keluar kamar. Lagi, ia menghela napas. Entah sudah keberapa kalinya. Pagi ini ia siap mencuci pakaian yang telah begitu banyak menumpuk di dalam keranjang cucian. Hari ini ia akan kerja romusha dan atau bisa juga dikatakan kerja rodi.
Kayesa melangkah ke belakang rumah, letak tempat di mana ia harus mencuci pakaian, dan begitu sampai ia menatap mesin cuci dengan bingung. Keningnya berkerut dalam. Otaknya mulai berpikir, bagaimana ia menggunakan mesin cuci itu? Selama ia hidup, ia belum pernah mengoperasikan mesin cuci.
Tugasnya di rumah Umi semasa ia gadis adalah menjadi tukang jemur pakaian, tukang sapu, dan tukang cuci piring. Sementara tugas mencuci pakaian, mengepel, dan membantu memasak adalah tugas Keynan. Apa ia harus menghubungi Keynan untuk menanyakan cara menggunakan mesin cuci?
Kayesa bukannya tidak ingin mencoba mengerjakan hal-hal tersebut, tetapi kata Keynan mencuci pakaian, mengepel, dan masak memasak itu berat makanya adiknya yang baik hati dengan sukarela mengerjakan pekerjaan yang berat-berat tersebut. Sementara Kayesa mendapatkan bagian-bagian yang ringan.
Sekarang, gadis itu cukup menyesal. Mengapa dulu ia begitu menurut apa kata Keynan? Secara tidak langsung, adiknya itu telah membuat ia gagal menjadi istri.
Duh, bisa-bisa Denan poligami jika begini.
Ingin bertanya kepada Denan, tetapi Denan juga belum kembali dari masjid. Kemungkinan suaminya itu sedang menghadiri kajian yang memang kerap kali dilakukan usai sholat subuh. Lagipula, Kayesa sangat amat berharap Denan berlama-lama saja di masjid. Usai menunaikan kewajiban dan memberikan Denan hak sebagai suami, ia rasanya ingin pulang saja ke rumah Umi.
Malu sekali.
Ternyata memang tidak ada yang patut dibanggakan dalam dirinya. Tidak bisa memasak, tidak bisa menggunakan mesin cuci, dan berhubungan intim dengan suami saja tidak becus. Masih malu-malu kucing.
Wajar tidak, sih, kalau Denan memilih poligami?
Tidak. Tidak wajar. Denan tidak boleh poligami.
"Oke, Google. Bagaimana caranya menggunakan mesin cuci?"
"Mungkin ini yang anda maksud! Mencuci pakaian dengan mesin cuci."
"Iya, memang ini yang Kayesa maksud. Gak jelas banget."
Kayesa misuh-misuh sendiri. Gadis itu mengklik salah satu artikel dari berbagai pilihan yang ditampilkan. Ia mulai mengikuti perintah google yaitu memasukkan pakaian kotor dan detergen ke dalam tabung mesin cuci, kemudian mengisi tabung dengan air. Bermodalkan buku manual mesin cuci, gadis itu akhirnya menjalankan siklus pencucian. Karena muatan cuciannya banyak, sepertinya ia butuh waktu lama hingga mesin tersebut berhenti berputar.
"Akhirnya mutar juga nih mesin cuci."
Kayesa tersenyum. Lalu kembali menatap layar ponselnya. "Oke, Google. Terima kasih, ya."
"Inilah tujuan saya ada di sini."
Gadis itu kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku dress yang ia kenakan, kemudian melangkah ringan menuju dapur.
Saatnya memasak.
Masak apa ya kira-kira?
Membuka kulkas, hanya ada satu jenis sayur dan beberapa butir telur di sana. Karena terlalu sering membeli makanan luar, gadis itu sampai melupakan untuk mengisi kulkasnya. Pantas saja Denan berniat poligami. Kayesa geleng-geleng sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Syuamitonirrajim
Spiritual-Spiritual~Romance- Menikah dengan seseorang yang merupakan sahabat sejak kecil mungkin masih bisa keduanya toleransi, tetapi bagaimana jika menikah dengan seseorang yang merupakan musuh sejak kecil? Kayesa tidak pernah membayangkan hal itu akan ter...