"Keynan, ini comel banget." Mata Kayesa berbinar cerah, melihat Kucing Betina bersama ketiga bayinya yang berada di dalam kardus mie instan.
Kayesa mengulurkan tangannya hendak menggapai salah satu bayi kucing yang menurutnya sangat lucu.
"Kak, dia lagi nyusu, jangan diganggu!" Cegah Keynan yang langsung membuat Kayesa menarik mundur tangannya dengan wajah cemberut.
"Gue pinjam bentar. Enggak bakalan gue buat penyet, kok," ucap Kayesa yang kini menatap adiknya yang masih mengenakan baju setengah basah.
Di luar sedang hujan deras dan Keynan baru saja kembali dari minimarket yang terletak tidak jauh dari rumahnya berada. Di perjalanan tidak sengaja ia menemukan sebuah kardus berisi Kucing betina beserta bayi-bayinya di bawah pohon. Tidak tega melihat kucing-kucing tersebut kehujanan, Keynan membawanya pulang. Ia yakin bahwa kucing-kucing tersebut pasti sengaja dibuang. Padahal hewan bernama Kucing sangatlah lucu. Mengapa orang tega membuangnya, sih?
"Nanti Mamanya marah, Kak," peringat Keynan yang tidak didengarkan oleh sang Kakak. Kayesa meraih salah satu bayi kucing yang berukuran lebih kecil dari telapak tangannya.
"Kecil banget, Keynan. Ini baru lahir. Matanya masih merem belum melek." Kayesa memperhatikan bayi kucing tersebut lalu meletakkannya di atas pangkuan.
Keynan berdecak, ia menatap sang Kakak dengan sorot malas sebelum akhirnya tatapannya beralih menatap Kucing Betina yang memiliki warna bulu oranye kehitaman itu keluar dari kardus dan berjalan menuju Kakaknya yang sedang asyik mengajak si bayi kucing berbicara.
"Nah, kan. Apa gue bilang, Kak? Mamanya marah," ucap Keynan saat melihat Kucing Betina tersebut mengambil alih bayinya dari pangkuan Kayesa dan membawanya kembali masuk ke dalam kardus.
Kayesa justru tertawa lebar melihat Kucing betina tersebut membawa bayinya dengan cara menggigit lehernya. Terlihat sekali bahwa si Betina tersebut tidak ingin bayinya diganggu. "Lucu banget, sih. Lo pelihara, ya, Key. Nanti kalau mereka sudah enggak minta makan sama Mamanya, gue minta satu buat bawa pulang ke rumah."
Keynan langsung memasang tatapan tidak setuju.
"Lo aja yang pelihara, Kak, nanti kalau sudah agak besar, gue minta satu buat pelihara di sini," ucap Keynan yang langsung membuat Kayesa menggeleng.
"Jangan gue, Key. Lo aja."
"Lo aja, Kak. Takutnya Umi sama Abah enggak setuju kalau pelihara kucing banyak-banyak gini."
"Abah sama Umi pasti setuju," ucap Kayesa yakin.
Keynan membawa kucing-kucing tersebut ke teras belakang memang secara diam-diam dan hanya Kayesa yang ia beri tahu mengingat Kakaknya itu begitu menyukai hewan bernama Kucing.
"Abah..." Kayesa dan Keynan menghampiri Abahnya yang duduk di ruang tengah, fokus dengan sebuah buku yang ia baca.
"Iya?" Tatapan Adnan beralih lalu meletakkan buku yang ia baca di atas meja dalam keadaan masih terbuka.
"Abah setuju enggak kalau di rumah ini tambah anggota baru?" Tanya Kayesa.
"Anggota kita kan sebentar lagi memang mau bertambah," ucap Abahnya tersenyum lalu mengusap kepala Kayesa dengan lembut.
Keynan berdehem. Pasti Abahnya sedang berpikir sesuatu yang ada di dalam perut Kakaknya. "Bukan anggota yang di dalam perut Kak Kayesa, Abah."
Adnan mengeryit. "Bukan? Lalu apa?"
Kayesa tertawa kecil. Kemudian ia memeluk leher Abahnya yang duduk di sofa dari belakang. "Tadi, Keynan nemu Kucing betina sama tiga bayinya, Abah. Lucu banget, jadi Keynan bawa pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Syuamitonirrajim
Spiritüel-Spiritual~Romance- Menikah dengan seseorang yang merupakan sahabat sejak kecil mungkin masih bisa keduanya toleransi, tetapi bagaimana jika menikah dengan seseorang yang merupakan musuh sejak kecil? Kayesa tidak pernah membayangkan hal itu akan ter...