Jangan lupa vote dan komen, guys. Kalau ketemu typo, tolong tandai, ya.
***
Di meja makan, Kayesa duduk manis seraya memainkan ponselnya dengan raut wajah berubah-ubah setiap kali ia menscrool layar persegi di tangannya.
"Makan, Kay. Jangan hp terus yang dilihat!" Denan meletakkan semangkuk seblak di hadapan Kayesa dan kemudian duduk di samping istrinya itu. Ia juga telah siap dengan semangkuk sup singkong di hadapannya.
Kayesa tertawa kecil lalu meletakkan ponselnya di atas meja. Kemudian, ia menatap Denan dengan senyum penuh arti.
"Denan Denan Denan~~~" Kayesa memanggil sang suami dengan menyebut namanya berulang kali.
"Apa?" Denan menatap Kayesa sekilas lalu melanjutkan aktivitasnya dengan menambahkan kecap, sambal, dan perasan jeruk ke dalam mangkuknya.
"Buah, buah apa yang cuma monyet yang tau? Buah apa hayoo?" tanya Kayesa dengan nada semangat.
Denan tersenyum samar. "Gak tau. Apa, ya?"
"Ish, masa gak tau?"
"Gak tau, Kay. Emang apa?"
"Iiih, pisang tau!" ceplos Kayesa tanpa sadar.
Denan memutar kepalanya ke arah Kayesa. Ia mengulum bibirnya agar tidak menyemburkan tawa. Ia tahu, bahwa Kayesa pasti berniat untuk mengerjainya. Namun, sekarang, senjata telah memakan tuannya. Mengapa istrinya ini begitu polos?
"Berarti aku suaminya monyet, dong?"
Kayesa diam sejenak. Ia mencebikkan bibir dan sontak memukul lengan Denan. "Ih, gak mau!"
"Kan yang tau cuma Monyet. Kok kamu bisa tau? Kamu sebangsa Monyet, ya?"
"Gak, ih! Mana ada! Denan nyebelin!"
Denan tertawa seraya menggeleng-gelengkan kepala. "Kamu lucu, Kay."
"Emangnya Kayesa badut?!"
Wajah Kayesa merengut. Ia beralih menatap seblak di dalam mangkuknya yang tidak sesuai dengan kuah yang seharusnya ia pesan. Mengapa warnanya jernih? Mengingat yang ia inginkan adalah seblak komplit super pedas, harusnya kan kuahnya berwarna merah. Dengan penuh curiga dan wajah yang saat ini bertambah keruh, ia mulai menyicipi kuahnya. Sesuai dugaan, kecurigaannya terbukti setelah kuah tersebut berhasil lolos melewati kerongkongannya.
Kayesa sontak menatap Denan dengan tatapan marah. "Ini gak pedas, Denan!"
"Sengaja." Denan menjawab santai tanpa menatap wajah istri di sampingnya.
Mendengar jawaban Denan, wajah gadis itu memerah. Rasa marahnya tergambar jelas di sana. Kayesa memegang erat sendok di tangannya lalu melemparkannya ke sembarang arah hingga bunyi dentingan nyaring sendok yang jatuh ke lantai berhasil mengambil alih atensi Denan sepenuhnya.
"Aku maunya yang pedas, bukan yang kayak gini!" Kayesa menatap Denan dengan mata merah.
"Kay..."
"Apa? Kamu tadi bilang sengaja? Apa yang aku pesan harusnya itu yang kamu beli, Denan!" Setetes air mata akhirnya jatuh ke pipi Kayesa.
Denan terkejut, ia berniat meraih satu tangan Kayesa, namun Kayesa dengan cepat menepisnya.
"Pedas gak bagus buat perut kamu, Kay."
Kayesa menatap Denan nyalang. Ia sungguh tidak suka dengan Denan. "Perut-perut aku juga, bukan perut kamu!"
"Kay..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Syuamitonirrajim
Spirituale-Spiritual~Romance- Menikah dengan seseorang yang merupakan sahabat sejak kecil mungkin masih bisa keduanya toleransi, tetapi bagaimana jika menikah dengan seseorang yang merupakan musuh sejak kecil? Kayesa tidak pernah membayangkan hal itu akan ter...