Jangan lupa vote dan komen ya, guys.
Selamat membaca dan semoga suka.
Cerita ini ada adegan +++....
"Iih, Denan! Kenapa sih dari tadi cium-cium terus?"
"Kenapa? Gak boleh?"
"Kayesa mau tidur siang, jangan ganggu!"
Usai sholat dzuhur, Denan tak henti-henti mengganggunya. Mengekorinya ke mana ia pergi. Terlebih, ketika Kayesa ingin rehat sejenak dan berbaring di tempat tidur pun, suaminya itu selalu merecokinya.
Entah apa yang laki-laki itu inginkan?
"Denan, jangan peluk-peluk, ih!"
"Cuma meluk. Pelit banget!"
Keyesa berbalik kemudian mendorong pelan dada Denan yang dengan seenaknya justru memeluk tubuhnya dengan erat dari belakang. Sungguh, jika begini ia bisa-bisa tidak bisa bernapas.
"Katanya mau ke Resto. Kenapa nggak pergi-pergi juga?" tanya Kayesa menatap Denan sebal.
"Gak jadi, sudah ada Jagat di sana."
Kayesa menghela napas. Sebelumnya Denan memang berniat untuk pergi mengunjungi restoran yang ia kelola satu tahun terakhir ini. Namun, sepertinya ia melimpahkannya kepada Jagat yang merupakan teman kuliahnya. Jagat sendiri memang bekerja di restoran milik Denan. Lumayan bukan untuk menambah uang jajan kuliah?
"Ya sudah, Kayesa mau tidur bentar kalau gitu."
Denan menatap wajah Kayesa yang kini perlahan terpejam. Sepertinya istrinya itu memang benar-benar mengantuk.
"Cape ya, Kay?" Denan mengulurkan tangannya, mengusap rambut Kayesa dengan lembut.
"Gak cape, cuma ngantuk aja, kok." Kayesa menjawab dengan mata terpejam.
"Ngantuk banget, ya?"
"Hmm."
"Kay...."
"Hmm."
"Kay...."
"Iya?"
"Kayesa ...."
Berdecak, Kayesa membuka matanya. Gadis itu menatap jengkel laki-laki yang terus saja merecokinya. Maunya apa, sih?"
"Kenapa sih panggil-panggil terus? Denan mau sesuatu? Mau Kayesa buatin teh? Atau lapar? Mau apa? Bilang, biar Kayesa turutin. Biar Kayesa bisa cepat tidur jug-"
"Mau kamu."
"Kok jadi mau Kayesa? Emangnya mau diapa-"
Seketika Kayesa menatap Denan horor. Rasa kantuk yang sedari tadi menyerangnya kini hilang tak berbekas dan digantikan dengan jantung yang berdetak luar biasa. Jangan bilang Denan ingin mengulang kejadian dini hari tadi?
"Denan mau lagi?" tanya Kayesa was-was. Semoga ini tidak seperti apa yang ia pikirkan.
Sayangnya, Denan justru mengangguk.
"K-kan tadi subuh sudah."
Kini tangan Denan turun membelai lembut sisi wajah Kayesa yang tiba-tiba terasa dingin. "Tapi, sekarang aku mau kamu, Kay."
Meskipun sudah pernah melakukannya, tetapi Kayesa tetap saja merasa malu. Lagipula ini masih siang. Memangnya Denan tidak bisa menunggu hingga malam? Kalau tahu begini, Kayesa tidak akan menjawab apa pun yang Denan katakan. Lebih baik ia berpura-pura tidur.
Namun, kalau ditolak, Kayesa tidak tega.
Kasihan Denan.
Lagipula ia sebagai istri ini memang kewajibannya, 'kan? Ia tidak berhak menolak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Syuamitonirrajim
Espiritual-Spiritual~Romance- Menikah dengan seseorang yang merupakan sahabat sejak kecil mungkin masih bisa keduanya toleransi, tetapi bagaimana jika menikah dengan seseorang yang merupakan musuh sejak kecil? Kayesa tidak pernah membayangkan hal itu akan ter...