Sudah satu minggu lamanya sejak Kayesa memeriksakan diri ke rumah sakit. Bercerita kepada dokter mengenai bagian-bagian tubuhnya yang sakit akibat jatuh dengan posisi duduk di kamar mandi. Setelah melakukan beberapa pemeriksaan, ia dan Denan mengucap banyak syukur karena tidak terjadi sesuatu hal yang buruk pada tulang ekornya. Kayesa tidak lagi ragu untuk aktif bergerak, terlebih ia juga telah memanggil tukang urut profesional langganan uminya untuk mengurut bagian-bagian tubuhnya yang kerap terasa sakit.
Kini Kayesa dan Cia sedang asyik berada di kamar milik Lentera, kompak menertawakan video parodi Rahman dan Rahim yang ia dapatkan dari grup kelas. Sementara Lentera baru saja masuk dan meletakkan berbagai camilan dan minuman di atas karpet yang akan mereka nikmati sembari mengerjakan tugas.
Mengabaikan dua temannya yang sibuk tertawa, kini Lentera fokus menatap benda pipih di tangannya. Beberapa kali keningnya terlihat mengkerut untuk memperjelas sesuatu dan saat ia merasa yakin dengan penglihatannya, Lentera sontak membulatkan mata dan menatap Kayesa yang masih sibuk tertawa bersama Cia.
"Kay, coba liat ini!"
Kayesa mendekati Lentera di sisa-sisa tawanya. Ia mengusap sudut matanya yang berair dan kemudian mengambil alih ponsel milik Lentera. Sekarang tatapannya fokus kepada layar ponsel tersebut.
Kayesa memasang wajah cemberut. Sangat berbanding terbalik dengan kondisi wajah beberapa waktu lalu. "Apaan, sih, Len? Lo ngapain kasih liat gue Instastory Inneke?"
Kayesa meletakkan ponsel milik Lentera di atas karpet. Ponsel yang baru saja menunjukkan video wajah cantik Inneke yang tengah membagi kesehariannya di suatu tempat.
"Coba lo liat bener-bener Instastory Inneke!" Lentera mengambil poselnya dan kembali memutar ulang Instastory yang dibagikan oleh Inneke melalui akun pribadinya.
"Ini Denan, 'kan?" Lentera mengarahkan layar ponselnya ke hadapan Kayesa setelah berhasil mem-pause Instastrory milik Inneke. Instastory tersebut menunjukkan tubuh seorang laki-laki yang sedang berdiri tidak jauh di belakang kursi yang Inneke duduki.
"Dari desain kursi sama ornamen ruangannya, ini lagi di restoran punya suami lo."
Kayesa langsung merebut ponsel tersebut. Ia terdiam seraya terus mengulang-ulang Instastory milik Inneke, memastikan di berbagai sisi mengenai keberadaan Denan di Instastory video tersebut.
"Ini memang Denan. Pakaiannya sama yang kayak Denan pakai tadi pagi. Ruangannya juga sama yang kayak di restoran," ucap Kayesa sembari menyerahkan kembali ponsel milik Lentera. Ia bergerak tanpa tenaga menuju pojok kamar dan akhirnya duduk diam di sana.
Kayesa mencekram erat bantal sofa di tangannya. "Inneke ngapain, sih, rajin banget ke restoran Denan? Gue yang istrinya Denan aja bisa dihitung jari kapan ke sana."
Padahal tiga hari belakangan ini Kayesa datang berturut-turut mengekori Denan dan merecoki pekerjaan sang suami di restoran, tetapi selama ia berada di sana, ia tidak menemukan keberadaan Inneke. Lalu, mengapa Inneke muncul lagi setelah dirinya tidak mengekori Denan?
"Memangnya lo belum ada nanya Denan, ya, tentang Inneke?" tanya Cia.
Kayesa menggeleng dengan raut sedih. Dari gelagat wajah yang ia tunjukkan pasti sebentar lagi Cia dan Lentera akan melihat temannya satu itu menangis.
"Jangan nangis, Kay. Barangkali mereka cuma teman," ucap Lentera mencoba menenangkan.
Tepat saat Lentera selesai mengucapkan kalimat penenang tersebut, Kayesa langsung menangis dengan suara tertahan di pojokan kamar miliknya. Melihat Kayesa yang seperti itu, Lentera seketika menyesal karena telah menunjukkan Instastory milik Inneke. Lagi pula, mengapa juga Denan mesti harus tertangkap matanya di Instastory Inneke? Kalau Denan tidak berada di sana, 'kan, ia tidak mungkin berpikir macam-macam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Syuamitonirrajim
Spiritual-Spiritual~Romance- Menikah dengan seseorang yang merupakan sahabat sejak kecil mungkin masih bisa keduanya toleransi, tetapi bagaimana jika menikah dengan seseorang yang merupakan musuh sejak kecil? Kayesa tidak pernah membayangkan hal itu akan ter...