21-Galeri

12.9K 1K 26
                                    

Jangan lupa vote sebelum membaca. Komennya juga, ya🙏

Selamat membaca dan semoga suka.

•••••

Kayesa mencomot gula kapasnya dengan suasana hati yang kurang baik. Tatapannya lurus ke depan, menatap hampa Televisi yang menyala. Dengan posisi duduk bersila di atas sofa, gadis itu kembali mencomot asal gula kapasnya. Tak tanggung-tanggung, Denan langsung membelikannya lima bungkus. Lihat saja, kalau Kayesa sampai sakit gigi, Denan yang akan bertanggung jawab.

Ekor mata gadis itu bergerak memperhatikan Denan yang sejak tadi mondar-mandir dari kamar ke dapur dan dari dapur ke kamar. Membuka lalu menutup kembali kulkas. Namun, Kayesa memilih diam enggan berkomentar. Ia dan Denan sedang perang dingin.

Sejak dari pasar lelaki itu selalu ketus. Kayesa tidak suka. Tidak terima dengan sikap Denan, ia balas dengan diam. Tak lama, bosan mondar-mandir tidak jelas, laki-laki itu mendudukkan dirinya di samping sang istri. Kayesa acuh tak acuh. Gadis itu hanya melirik sekilas, lalu matanya kembali fokus ke arah Televisi. Mungkin cuma matanya yang fokus, tetapi pikirannya tak henti memikirkan sikap Denan yang aneh.

"Kay, mau..."

Kayesa menggerakkan lehernya dan menatap malas Denan.

"Mau itu!" Denan menunjuk gula kapas yang berada di tangan Kayesa dengan dagunya.

"Makan aja, itu banyak di atas meja." Kayesa balas menunjuk empat bungkus gula kapas yang berada di atas meja dengan dagu.

"Mau yang di tangan kamu."

Malas berdebat, Kayesa langsung menyodorkan miliknya ke arah Denan. Namun, memang dasarnya laki-laki itu yang senang sekali membuat tekanan darah naik. Sudah dikasih, tetapi justru diabaikan.

Denan hanya menatapnya dengan decakan yang keluar dari mulutnya. Laki-laki itu memepetkan tubuhnya, mendekatkan wajahnya ke wajah Kayesa dan membuka sedikit mulutnya. Pertanda ia ingin disuapi.

"Ngeselin banget, sih."

Akhirnya gadis itu mengambil secuil gula kapas dan memasukkan ke dalam mulut Denan.

"Manis, Kay." Denan bergumam seraya memeluk Kayesa dari samping.  Sejenak, ia mengubah posisi Kayesa menghadap ke arahnya. Kembali, ia memeluk gadis itu, menenggelamkan wajahnya di lekukan leher milik sang istri dan mulai memejamkan mata.

Sejak kapan laki-laki itu berubah manja seperti ini?

Kayesa memilih diam, susah payah ia mengangkat tangannya untuk kembali memasukkan makanan manis tersebut ke dalam mulutnya. Gadis itu tidak menyangka, ternyata sifat Denan yang baik jauh lebih meresahkan, dibandingkan dengan sifat Denan yang menyebalkan.

"Kay, lagi..."

Merinding. Mulut Denan menggelitik lehernya.

"Apa yang lagi?"

"Itu, yang kamu makan. Mau juga."

"Mana mulutnya?"

Denan mengangkat wajahnya untuk menerima suapan dari Kayesa. Setelah itu, kembali ia ke posisi semula. Memeluk tubuh Kayesa sudah sangat candu baginya.

"Kay, kamu sudah tau gak?"

"Belum tau."

"Kamu buat aku kesel, tapi kamu gak peka."

"Kapan? Perasaan dari tadi Denan yang buat Kayesa kesel. Ketus mulu."

"Aku kan sudah bilang, jangan beli ikan, tapi kamu gak nurut."

SyuamitonirrajimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang