07-Kikuk

12.5K 1.3K 11
                                    

Kayesa keluar dari kamar mandi dengan langkah pelan, mengamati sekitarnya berharap Denan belum masuk ke dalam kamar. Gadis itu keluar tanpa mengenakan Khimar di kepalanya.

Kecerobohannya kali ini sungguh tak tertolong. Sebelum masuk ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya dengan piyama tidur,  ia memang melepas Khimar instannya.

Denan memang sudah halal untuknya, namun untuk berpakaian terbuka di hadapan laki-laki itu sungguh ia tidak mampu.

Namun, rupanya kali ini dirinya tidak tertolong. Denan baru saja masuk setelah dari balkon. Keduanya sama-sama mematung saling menatap.

Tidak mengenakan khimar di hadapan laki-laki selain di hadapan Abah dan Keynan, Kayesa merasa tidak mengenakan pakaian di seluruh tubuhnya. Gadis itu sungguh malu.

Rambut dengan cepolan asal dan beberapa helai rambut yang berjatuhan membuatnya juga merasa begitu lusuh.

Berdehem singkat, Denan pura-pura sibuk dengan ponsel di tangannya. Laki-laki itu melangkah menuju ranjang lalu pergerakannya terhenti saat menatap Khimar biru tosca milik Kayesa di atas sana.

Berdecak, Denan tidak bisa menahan debaran aneh di dadanya. Ia menoleh, kembali menatap Kayesa yang masih mematung tertahan di depan pintu kamar mandi. Wajah gadis itu terlihat sekali sedang memerah.

"Ngapain lo bengong di depan situ? Gak kesambet kan lo?" Tanya Denan berusaha mencairkan suasana. Rasanya aneh, dua orang yang biasanya selalu berdebat, kini sedang diam-diaman.

Kayesa menghela napas, lalu melangkah mendekat. Sudah basah, jadi mandi saja sekalian. Mulai sekarang, ia memang harus membiasakan diri. Tidak mungkin selamanya ia harus bersikap layaknya orang asing di hadapan laki-laki itu. Kewajibannya sungguh banyak yang harus ia penuhi untuk Denan.

Namun, dari sekian banyaknya kewajiban sebagai istri, sepertinya belum satupun yang terlaksana.

Astaghfirullah. Kayesa berdosa tidak, ya?

"Kali ini gue mau tidur di ranjang," ucap Kayesa yang kini duduk di tepi ranjang sembari menatap Denan yang sepertinya berusaha untuk tidak menatapnya.

Ada apa gerangan dengan laki-laki itu?

"Emang siapa yang larang lo tidur di ranjang?" Denan sibuk mengotak-atik layar ponselnya.

"Lo tidur di mana?" Tanya gadis itu membuat Denan menatapnya sekilas lalu kembali fokus ke layar ponselnya lagi.

"Ini kamar gue. Ya jelas, gue tidur di ranjang lah!"

Kayesa diam. Ia tidak berhak menyuruh Denan tidur di sofa. Kalau sampai itu terjadi, malah dosa yang akan ia dapat. Juga, pasti laki-laki itu tidak akan mau jika disuruh tidur di sofa atau pun lantai.

Diam-diam Denan melirik Kayesa yang terlihat sedang kebingungan. Laki-laki itu tersenyum melihat wajah Kayesa yang kini tengah cemberut.

Malas untuk berpikir lagi, gadis itu memilih berbaring di atas ranjang dan memunggungi Denan.

"Sudah mau tidur lo?"

"Gak ada alasan buat gue bergadang!" Ketus Kayesa tanpa berbalik.

"Gak mau sholat sunnah dua rakaat dulu?"

Kayesa sontak berbalik menatap Denan dengan tatapan horror. Apa maksud laki-laki itu? Denan sedang tidak ingin mengajaknya untuk menunaikan kewajiban 'kan?

Gawat sekali kalau begitu.

"Sho-sholat sunah untuk apa?" Tanyanya gugup.

Denan meletakkan ponselnya di atas nakas, lalu menatap Kayesa dengan helaan nafas panjang. "Menurut lo untuk apa?"

SyuamitonirrajimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang