Sedikit demi sedikit matahari mulai menampakkan sinarnya. Kayesa duduk di teras belakang rumah sembari memejamkan mata. Ia sedang memanfaatkan matahari pagi untuk berjemur demi kesehatan kulitnya, sekaligus memperbaiki suasana hatinya yang kurang baik.
Denan marah padanya. Sejak semalam suaminya itu tidak ingin berbicara kepadanya. Tidur pun membelakanginya dan tidak ada pelukan hangat yang diberikan untuknya. Bahkan, saat Tahajud pun, Denan tidak menunggunya hingga keduanya mendirikan shalat Tahajud masing-masing.
Hanya karena Kayesa tetap pada pendiriannya yaitu tetap mengambil beban SKS penuh tanpa menguranginya, juga tetap mengajukan diri sebagai Asisten di Laboratorium, Denan akhirnya marah padanya. Perdamaian yang sempat terjadi semalam, akhirnya hancur total.
Hingga pagi ini, Denan sama sekali tidak mau membuka mulut untuk berbicara. Sikap Denan yang diam seperti itu membuat Kayesa tidak tahu harus apa.
Kayesa membuka matanya dan segera bangkit setelah mendengar suara yang berasal dari dalam ruang makan. Ia yakin, Denan pasti telah kembali dari olahraga paginya.
Memasuki ruang makan, Kayesa akhirnya tersenyum setelah keyakinannya terbukti dengan melihat Denan yang kini duduk di bangku meja makan tengah mengoles selai kacang pada rotinya.
"Denan..."
Kayesa mengambil duduk di seberang Denan. Keduanya duduk berhadapan dengan meja yang menjadi penghalang keduanya.
"Denaan..."
Denan mengabaikan Kayesa. Ia tetap pada aktivitasnya tanpa menatap sang istri yang kini menatapnya dengan penuh pengharapan.
"Denaaan...." Kayesa memanggil dengan nada merengek. Ia tidak suka Denan mengabaikannya.
Lihatlah, Denan sama sekali tidak mau menatapnya. Suaminya itu melahap rotinya dengan santai.
"Denan, jangan gini. Kayesa gak suka."
Meneguk segelas susunya hingga tandas, Denan akhirnya berdiri dan berlalu keluar dari ruang makan.
"Denan, ih..."
Tidak tinggal diam, Kayesa berlari kecil mendahului Denan yang melangkah menuju kamar. Ia kemudian berbalik menghadap Denan dan melangkah mundur setelahnya.
"Denan... Denan sakit gigi, ya? Kok diam terus?" Tanya Kayesa yang memberanikan diri menatap wajah datar Denan yang sama sekali tidak ingin menatapnya.
"Kayesa punya obat sakit gigi loh. Nama obatnya Konstan, katanya ampuh obatin sakit gigi."
Tidak mendapatkan respon seperti apa yang ia harapkan, Kayesa akhirnya berhenti melangkah. Ia menghalangi langkah Denan. Jika laki-laki itu mengambil langkah ke kanan, maka Kayesa akan mengikutinya, begitu juga jika Denan mengambil langkah ke kiri.
"Denan, jangan diam!"
Denan menatap Kayesa datar. "Minggir!"
"Gak mau!"
"Minggir!"
"Denan, kenapa, sih? Marah ya sama Kayesa?" Kayesa menatap Denan dengan tatapan memelas. "Denan jangan marah...."
Denan menghela napas. Kedua tangannya memegang erat kedua pundak Kayesa lalu menggeser tubuh itu ke samping, baru setelahnya ia kembali melanjutkan langkah dan masuk ke dalam kamar. Tidak peduli dengan sang istri yang kini memasang wajah sedih karena perlakuannya tersebut.
Kayesa ikut masuk ke dalam kamar. Ia menatap pergerakan Denan yang mencari-cari sesuatu di dalam lemari yang sepertinya tidak suaminya itu dapatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Syuamitonirrajim
Spiritualité-Spiritual~Romance- Menikah dengan seseorang yang merupakan sahabat sejak kecil mungkin masih bisa keduanya toleransi, tetapi bagaimana jika menikah dengan seseorang yang merupakan musuh sejak kecil? Kayesa tidak pernah membayangkan hal itu akan ter...