13-Doa atau Kutukan?

11.5K 1.1K 14
                                    

Selamat membaca.
Jangan lupa vote dan comment. Hehe...

[....]

Derasnya hujan yang mengguyur pada dini hari ini membuat Kayesa refleks membuka mata. Cuaca yang cukup dingin ditambah dengan AC yang menyala ternyata tidak membuatnya sampai menggigil. Entah sejak kapan, gadis itu telah menempel tanpa sekat pada tubuh laki-laki yang kini memeluknya. Selain pelukan, selimut tebal juga menghangatkan keduanya.

Kayesa bernapas pelan-pelan, takut jika ia berisik dalam bernapas maka Denan akan terbangun dan menemukan dirinya di dalam pelukan.

Gadis itu juga berusaha menenangkan detak jantungnya yang sedang ribut di dalam sana.

Tolong, ia hanya memiliki satu jantung. Tidak lucu, 'kan hanya karena Denan si manusia julid bisa membuat jantungnya terlepas hanya karena dipeluk olehnya?

Dan, mengapa juga ia hanya berdiam diri ketika dipeluk seperti ini? Serta, sejak kapan bantalnya berubah menjadi lengan laki-laki itu? Kayesa meringis, mengapa dirinya secentil ini, sih?

Dan lagi, mengapa rasanya nyaman? Benih-benih cinta tidak mungkin tumbuh, 'kan? Padahal Kayesa belum sama sekali menanam benih cinta. Berniat menanam saja tidak. Memiliki benih cinta saja tidak. Jadi, mana mungkin bisa tumbuh.

Kayesa kembali memejamkan matanya saat merasakan pergerakan laki-laki yang memeluknya. Berpura-pura tidur lebih baik. Akan disimpan di mana wajahnya jika Denan tahu ia sudah bangun, tetapi masih menikmati rasanya dipeluk.

Kayesa menghela napas lega saat Denan melepaskan pelukannya. Namun, itu hanya terjadi secara sekilas. Gadis itu sontak menahan napas saat tubuhnya kembali ditarik dan dipeluk erat. Kecupan hangat mendarat di keningnya kembali membuat gadis itu menahan mati-matian untuk tidak membuka mata.

Denan lancang sekali. Berani-beraninya laki-laki itu memeluk dan mencium keningnya. Katanya tidak nafsu, kok, bisa main peluk dan cium?

Kilas balik mengenai obrolan teman-temannya yang ketika datang berkunjung membuat Kayesa kembali berpikir yang seharusnya tidak perlu ia pikirkan.

"Kay, gimana?" Tanya Nayra dengan senyum menggoda.

Saat menyelesaikan makan siang, entah mengapa teman-temannya terbagi menjadi dua kubu. Kubu perempuan dan kubu laki-laki.

Kayesa yang tidak mengerti hanya bisa menatap Nayra dengan bingung. "Gimana apanya?"

"Hubungan lo sama Denan? Sudah ngapain aja, bagi pengalaman dong, Kay?" Nayra tertawa disusul dengan Cia juga Fira.

Kayesa mengelus dada. "Pengalaman gue panjang bareng Denan, dari gue Paud sampai nikah. Emang lo mau dengarin?"

Gadis itu menatap teman-temannya sinis.

"Gue mau dengar pengalaman lo nikah aja," tutur Cia.

"Gak ada. Kalian kayak gak tau gue sama Denan aja gimana?"

"Masih suka gelud?"

Kayesa mengedikkan bahunya acuh.

"Dosa loh, Kay. Denan sekarang suami lo, bukan musuh lo lagi."

"Susah, guys. Gue bawaannya mau emosi Mulu. Denan itu ngeselin."

"Ngeselin gitu, tapi dia sayang sama lo, Kay."

"Seharusnya lo bersyukur punya suami kayak dia, yang gue lihat dia itu Sholeh, hafal Qur'an, ditambah lagi lo dapat bonus mapan, ganteng, pintar. Susah cari yang begituan, Kay. Gue aja cuma nemu itu di Denan. Sayangnya sudah soldout," ucap Fira menyanjung Denan. Kalau sampai Denan dengar pasti telinganya langsung naik.

SyuamitonirrajimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang