"Halo, assalamu'alaikum, selamat pagi menjelang siang. Dengan Kayesa di sini. Ada yang bisa saya bantu?"
"Wa'alaikumsalam, posisi di mana, Yang?"
"Yang? Kuyang?"
"Sayaaang," ucap Denan, mengoreksi.
"Apa Sayaaang? Kenapa manggil-manggil?"
"Ini istri aku apa bukan?"
Kayesa tertawa mendengar pertanyaan Denan yang bernada heran. "Kay mau ngobrol dulu bareng Lentera. Denan nanti aja jemput kalau Kay sudah kabarin."
"Aku sudah di parkiran kampus."
"Tunggu bentar kalau gitu."
"Mau ngobrolin apa sama Lentera?"
"Netizen nggak boleh kepo."
"Nggak yang aneh-aneh, 'kan?"
"Insyaa Allah, aman. Kay sama Lentera bukan lagi ngobrolin siasat kejahatan, kok."
"Ngobrolnya di mana?"
"Di mana-mana hati Kay senang."
"Mulai."
"Di kelas aja. Nggak di mana-mana."
"Kirain."
"Kirain apa?"
"Kirain di tempat waktu itu."
"Di tempat waktu itu? Di mana? Pas kapan?"
"Malas ingat."
"Malas ingat, tapi tetap diingat."
"Ya udah. Nanti kabarin lagi. Aku tutup. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam, Denan."
"Tunggu, jangan ditutup dulu!"
"Iya? Ada apa? Ada lagi yang ingin disampaikan?"
"Sayang kamu banyak-banyak."
Kayesa sontak tersenyum salah tingkah. Tanpa sadar, tangannya meremas gemas tas yang berada di atas meja. "Kay tutup. Assalamu'alaikum, dadah, Denan."
...
"Gue minta maaf, Kay."
Kayesa langsung menoleh menatap Lentera yang duduk di sampingnya. Tidak ada siapa pun selain mereka berdua di kelas tersebut hingga keduanya dapat leluasa untuk mengobrol tanpa didengar oleh siapa pun.
Mata Kayesa berkedip-kedip bingung. Memangnya Lentera punya salah apa? Mengapa tiba-tiba minta maaf?
"Minta maaf untuk apa?"
"Waktu lo kecelakaan, gue sama sekali nggak datang buat jenguk."
Kayesa menggeleng. "Apaan, sih, Len? Gue baik-baik aja, kok. Alhamdulillah, sekarang gue sudah sehat."
Lentera menatap Kayesa lama, lalu mengalihkan tatapannya ke arah papan tulis yang dipenuhi dengan gambar-gambar rangkaian instrumen medis.
"Waktu tau lo kecelakaan, gue selalu kepikiran lo." Lentera diam sejenak. "Gue..." Lentera kembali menatap Kayesa. "Turut berduka cita, Kay."
Kayesa mengangguk seraya tersenyum. "Terima kasih, Len. Gue baik-baik aja. Lo nggak usah mellow gitu."
Baik-baik saja. Kalimat singkat jika ada yang membahas mengenai kecelakaan yang menimpanya. Dirinya memang selalu berusaha baik-baik saja karena dari hal itu ia sadar dan perlu untuk introspeksi diri. Masih banyak yang perlu dibenahi dalam dirinya. Kayesa tidak menampik bahwa dirinya masih begitu manja, kekanakan, labil, dan begitu banyak hal yang perlu dirinya pelajari. Allah memberinya kesempatan untuk belajar sebelum menjadi seorang Ibu yang baik. Ia yakin, Allah mengambil kembali milik-Nya agar dapat diambil pelajaran dari-Nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Syuamitonirrajim
Spirituale-Spiritual~Romance- Menikah dengan seseorang yang merupakan sahabat sejak kecil mungkin masih bisa keduanya toleransi, tetapi bagaimana jika menikah dengan seseorang yang merupakan musuh sejak kecil? Kayesa tidak pernah membayangkan hal itu akan ter...