23- Beras jadi Nasi

10.4K 931 40
                                    

"Denan, Kayesa sudah selesai nyapu."

"Oke. Aku masih bilas pakaian."

"Kalau sudah selesai dibilas bagi tau Kayesa, ya, biar Kayesa jemur."

"Iya, kamu duduk dulu aja sana!"

Kayesa menurut. Ia melangkah menuju ruang tengah dengan langkah pelan lalu duduk di sana. Sebenarnya ia hanya melakukan pekerjaan ringan seperti menyapu, mencuci peralatan makan, dan memasak beras hingga menjadi nasi itu pun berasnya ia masukkan ke dalam rice cooker. Namun, mengapa rasanya bisa se-lelah ini?

Berbeda dengan Denan yang pagi-pagi telah keliling komplek menjalankan ritual olahraga paginya. Sepulang olahraga, Denan beralih kegiatan mencuci kendaraan hingga sekarang ia mencuci pakaian yang menumpuk. Selesai dari mencuci, suaminya itu akan lanjut mengepel lantai. Namun, Denan terlihat bersemangat. Sangat berbeda dengan Kayesa yang terlihat lesu dan lunglai.

Tidak mungkin karena faktor usia 'kan yang menjadi penyebab Kayesa seperti itu karena seingatnya Denan lebih tua tiga bulan darinya. Namun, mengapa rasanya Denan lebih terlihat muda dan bugar dibandingkan dirinya?

"Kenapa muka kamu loyo gitu?" tanya Denan dengan kerutan kening menatap Kayesa yang tidak biasa.

Kayesa menatap Denan sekilas yang telah membawa peralatan untuk mengepel lantai. Kayesa menidurkan kepala di sandaran sofa lalu jari tangannya bermain menjelajahi kulit sofa dengan bentuk abstrak. Ia menghela napas sebentar.

"Kayesa lemas, tulang-tulang Kayesa rasanya gak berdaya. Kenapa, ya?"

"Makanya ikut kalau diajak olahraga.  Rebahan Mulu, sih, kamu." Jawab Denan yang kini mulai mengepel.

Bibir Kayesa mencebik tanda tidak terima. "Gimana mau ikut olahraga orang badan Kayesa lemas kayak gini. Nanti kalau tambah lemas, gimana?"

"Gak bakalan, Kay."

"Ish, Denan gak ngerasain, sih."

"Kamunya aja yang malas gerak, Kay. Jangan dibiasain kayak gitu. Nanti otot-otot kamu pada kaku dan akhirnya stroke. Mau?"

Kayesa menegakkan tubuhnya dengan tatapan protes. "Jelek banget pake ada kata stroke segala."

"Lagian kamu dikasih amanah tubuh yang sehat bukannya dirawat malah malas-malasan."

Kayesa berdecak. Denan memang ada benarnya. Sangat sulit adu mulut dengan Denan karena suaminya itu selalu menggunakan akal pikiran, berbeda dengan dirinya yang hanya asal ceplos tanpa berpikir. 

"Nanti Denan kaget kalau Kayesa mendadak rajin olahraga," kata Kayesa dengan lirikan mata yang tidak bersahabat.

"Alhamdulillah kalau kamu mendadak rajin. Gak bakalan kaget aku," ucap Denan, kalem.

"Lagian, ya,  jalan dari kamar ke dapur itu termasuk olahraga juga, kok. Setidaknya kan Kayesa ada gerak. Bergerak berlebihan itu gak baik, Denan."

"Terlalu banyak rebahan kayak kamu itu juga gak baik, Kayesa."

Kayesa menghela napas. Beberapa hari ini dirinya memang lebih banyak rebahan dan malas-malasan. Apalagi jika Denan berada lama di luar, Kayesa akan memanfaatkan kesendiriannya untuk tiduran. Jika Denan mengajaknya jalan-jalan ke luar atau berolahraga seperti yang suaminya tadi maksud, maka ia akan menolak. Ia lebih akan memilih rebahan dan mengabaikan ajakan Denan. Rasanya rebahan lebih menyenangkan dari apapun.

"Iya, nanti kalau Kayesa gak malas, Kayesa bakalan rajin, kok."

Denan mendengus pelan. Ia meletakkan alat mengepelnya dan melangkah menghampiri Kayesa. Menahan belakang kepala istrinya dan mendaratkan kecupan singkat di bibir mungil itu. "Kebiasaan, selalu jawab kalau dikasih tau."

SyuamitonirrajimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang