Kayesa sontak bergerak cepat, melepaskan diri dari belitan tangan Denan di pinggangnya. Setelah terlepas, Kayesa mengambil satu langkah mundur. Bibirnya terkatup rapat dengan mata yang menyorot tajam ketika menatap Denan yang kini berdiri di hadapannya.
Kayesa tidak tahu bahwa kedatangan Denan yang secara tiba-tiba akan membuat dirinya seperti ini, ada rasa yang bercampur aduk. Namun, rasa kesal dan marah lebih mendominasi. Suaminya itu datang seolah tidak melakukan kesalahan apa pun. Kayesa masih ingat dengan begitu jelas, Denan pergi tanpa memberitahunya, terlebih kala itu Denan sedang marah padanya prihal ia yang tidak ingin menurut. Lalu, Denan juga tiba-tiba memblokir kontaknya dan tidak menghubunginya beberapa hari, dan begitu menghubunginya, laki-laki itu sempat merayunya dengan kata rindu, kemudian mengeluarkan keluhannya mengenai dompet hilang, juga mengutarakan keinginannya agar Kayesa dapat mengirimkan uang. Ya, Kayesa masih maklum mengenai dompet hilang dan uang yang ia kirimkan, tetapi yang paling tidak bisa Kayesa toleransi adalah Denan kembali memblokir kontaknya untuk yang kedua kalinya. Apa coba maksudnya? Denan tidak ingin Kayesa menghubunginya, begitu?!
Kayesa masih tidak tahu, sebenarnya apa yang ada di pikiran suaminya itu yang begitu teganya memblokir kontak istrinya sendiri?
"Kay..." Denan hendak meraih tangannya, tetapi Kayesa sontak kembali bergerak untuk menjauh.
"Gak usah pegang-pegang!"
Denan terdiam melihat amarah yang terpancar di kedua mata Kayesa. Tatapan marah yang berkaca-kaca tersebut mungkin sebentar lagi akan pecah mengingat mata Kayesa yang juga menghunus begitu tajam.
"Ngapain pulang?! Tinggal aja di sana!"
"Kay, kok, ngomongnya gitu?" Denan menatap Kayesa lekat mencoba kembali mendekatinya. Namun, respon istrinya itu begitu tak ia pahami.
"Jauh-jauh! Jangan dekat-dekat!"
Seakan Denan adalah virus mematikan, Kayesa sama sekali tidak ingin disentuh.
"DIBILANG JANGAN DEKAT-DEKAT! DENAN KENAPA, SIH?!" Kayesa berteriak emosi saat kedua tangan Denan justru menarik tubuhnya masuk ke dalam pelukan.
"Mau peluk. Kangen Kayesa," ucap Denan dengan nada suara mengiba.
Mengabaikan perkataan Denan, Kayesa memberontak kasar di dalam pelukan. Kayesa tidak akan terlena lagi oleh perkataan laki-laki itu. Kayesa telah telanjur begitu kesal, telanjur begitu tidak menyukai sifat Denan di beberapa hari ini.
"LEPAS!"
"Gak mau..." Denan memeluk erat tubuh Kayesa, tidak peduli jika sang istri tengah memukul dadanya dengan membabi buta.
"Lepas Denan! Lepas!"
Denan menangkap kedua tangan Kayesa yang terus memukulnya. Kedua mata istrinya itu kini memerah dan basah. Dada Denan sontak berdesir, emosi istrinya benar-benar tidak terkendali, Denan nyaris kewalahan menghadapi pukulan kuat Kayesa yang menyerang dadanya.
"Kayesa kenapa marah-marah?" Denan bertanya lembut.
Kayesa membuang tatapannya dengan wajah sinis. Lihatlah, suaminya ini sama sekali tidak sadar diri.
"Gak tau! Pikir aja sendiri!"
Denan menghela napas setelah mendapat jawaban ketus yang keluar dari mulut istrinya. "Kayesa marah karena aku pergi gak bilang-bilang, ya? Kalau gitu, aku minta maaf, ya..."
"Gak mau ngasih!" ucap Kayesa masih dengan amarah yang menguasainya.
"Jadi, aku harus apa supaya kamu ngasih maaf?"
"Gak usah tanya-tanya?! Pikir aja sendiri!"
Denan tersenyum di tengah emosi Kayesa yang belum mereda. Denan tidak menyangka bahwa kedatangannya akan disambut oleh amarah sang istri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Syuamitonirrajim
Spiritual-Spiritual~Romance- Menikah dengan seseorang yang merupakan sahabat sejak kecil mungkin masih bisa keduanya toleransi, tetapi bagaimana jika menikah dengan seseorang yang merupakan musuh sejak kecil? Kayesa tidak pernah membayangkan hal itu akan ter...