Setelah sarapan, aku bertemu Arnold yang merupakan sekretaris pribadi ibunda di ruang kerja ibunda. Aku meminta Anna untuk memanggil Arnold ketika sarapan tadi, awalnya Anna bertanya heran, tapi aku memintanya untuk tidak bertanya lebih lanjut.
"mengapa Yang Mulia memanggil hamba?" tanyanya selepas Anna pergi setelah meletakkan teh dan cemilan.
"Black Shadow, aku tahu kamu yang memimpin organisasi itu" ujar ku yang langsung ke inti pembicaraan
Wajah Arnold seketika memperlihatkan ketidak senangannya, tapi ia hanya diam dan menyesap teh yang ada.
"aku tahu sedikit titik terang dalam kasus kematian ibunda, maka dari itu aku ingin meminta bantuan Black Shadow dalam hal ini" jawabku
"apa bayaran yang bisa kami dapatkan?" tanyanya
"mension di bagian selatan ibu kota untuk markas baru?" tanyaku balik sambil menyesap santai teh yang masih hangat ini. Sebenarnya aku tahu Arnold sangat ingin menguak kasus kematian ibunda, namun ia tidak sedikitpun mendapatkan petunjuk tentang itu.
Arnold seperti sedang berfikir, aku yakin bukan bayaran yang aku katakan tadi yang difikirkannya, melainkan sikapku yang berubah. Aku tahu sikapku sangat manja ketika masih di usia ini, sampai-sampai dengan mudahnya aku dibohongi.
"baiklah, akan saya terima" jawabnya
Aku tersenyum kecil dengan jawaban Arnold, aku meletakkan cangir teh itu kembali ke atas meja. "cari penjaga yang berjaga di kediaman ibunda ketika malam itu terjadi, aku yakin saat ini mereka masih di ibu kota, kemungkinan mereka ada di kediaman Baron Dexter. Tangkap juga pelayan pribadi Obelina bernama Vali, buat saja alasan palsu jika pelayan itu pulang kampung bertemu keluarganya" ujarku
"apa yang akan kami lakukan kepada mereka, Yang Mulia?" tanya Arnold
"pelayan itu kurung saja di penjara bawah tanah pavilium ini, tak ada orang yang tahu jika pavilium ini memiliki penjara bawah tanah bukan?!" jawabku. "untuk pengawal itu, terserah ingin diamankan dimana. Mereka adalah saksi kunci untuk kasus ini, jadi tolong perlakukan dengan baik" lanjutku
"baiklah, saya akan segera memberikan kabar terkait hal ini" jawab Arnold serius.
"sekarang aku butuh Arnold si sekretaris ibunda" ujarku dengan tersenyum
Arnold kembali merubah ekspresi wajahnya seperti biasa ketika menjadi Arnold si sekretaris.
"tolong siapkan pengajar terbaik untuk ku di bidang politik dan pemerintahan, ekonomi dan bisnis, tata krama, dansa, pedang dan panahan, serta strategi perang. Untuk jadwalnya bisa dimulai minggu depan, tapi kosongkan jadwalku ketika rapat rutin kekaisaran diadakan. Mulai besok aku akan mengikuti rapat rutin itu" ujarku
Arnold diam, sepertinya dirinya benar-benar terkejut dengan permintaanku. "apa Yang Mulia yakin ingin mempelajari semua hal itu?" tanyanya
"aku harus, Arnold. Kerajaan ini dalam krisis, jika diteruskan kerajaan ini bisa hancur" jawabku
Arnold menghembuskan nafasnya dengan berat, "baiklah, saya akan segera menyiapkan semuanya" jawabnya
"kamu bisa pergi Arnold, tolong sampaikan kepada Anna untuk menyiapkan kereta tanpa lambang kerajaan dan jubahku, serta ramput palsu. Aku ingin mengunjungi kuil suci untuk mendoakan ibunda" pinta ku
Arnold berdiri, "baik, saya akan menyampaikannya kepada Anna. Saya pamit, Yang Mulia Putri Mahkota" pamitnya segera meninggalkan ku.
Selepas kepergiannya, aku hanya diam memandang ruangan ini sambil meminum teh. Biasanya dulu aku duduk disini sambil memperhatikan ibunda mengerjakan tugas ditemani Arnold dan Cleo yang merupakan pelayan pribadi ibunda.
Tak lama lagi aku yakin Cleo akan dijatuhi hukuman mati karena dituduh meracuni ibunda, padahal kematian ibunda sudah lewat beberapa hari namun baru setelah beberapa minggu kemudian kematian yang awalnya disebabkan penyakit berubah menjadi kematian disebabkan racun.
# hello semua, setelah membaca jangan lupa tinggalin jejak dengan kasih bintang and comment nya ya.....
Aku bakalan usahain buat bisa update tiap hari, tp kalau lagi sibuk banget aku usahain paling sedikit 10 bab per bulan, and itu jadwal update nya gak nentu
Terima kasih banyak" yang udah baca cerita perdana aku ini
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm The Villain [HIATUS]
FantasyDi sebuah alun-alun ibu kota kekaisaran, sudah terpasang sebuah alat pancung bagi pendosa. Di alat pancung itu telah bersiap seorang gadis muda yang akan dipancung, tak ada air mata ataupun perasaan yang tergambar di wajah gadis yang sudah pucat itu...