Bab 22 - Bertemu

11.7K 1.6K 3
                                    

Sudah 2 hari berlalu semenjak aku mengajak Veronica untuk bertemu Phantom, sore ini akhirnya kami bisa bertemu kembali. Di hari sebelumnya aku sudah meminta Veronica untuk bertemu di sebuah penginapan yang ada di bagian selatan ibu kota.

Penginapan ini baru dibuka beberapa minggu yang lalu, namun sudah banyak peminatnya. Salah satu yang menjadi daya tarik dari penginapan ini adalah cafe yang dimilikinya disebelah barat penginapan yang juga dibuka untuk umum.

Cafe ini diminati oleh nona-nona atau nyonya-nyonya bangsawan karena pelayan dan koki yang bekerja adalah pria-pria tampan. Sehingga wanita-wanita bangsawan ini rela berlama-lama untuk bisa menikmati wajah rupawan dari pelayan yang bekerja.

Penginapan ini awalnya adalah sebuah mension, mension yang aku janjikan kepada Arnold jika berhasil menangkap pembunuh ibunda. Seminggu setelah persidangan aku berhasil mendapatkan surat kepemilikan mension ini yang langsung aku berikan kepada Arnold.

Jika hanya menjadikan mension sebagai markas, tentunya Black Shadow akan kekurangan dana untuk memberikan upah kepada pekerjanya. Maka dari itu aku mengusulkan pembuatan penginapan dan cafe karena mension ini cukup luas.

Arnold menyetujui usul ku, sedangkan ide cafe yang memiliki pelayan dan koki pria itu adalah ide Aluna yang sangat menyukai pria tampan. Mengingat anggota pria Black Shadow rupanya cukup di atas standar jika sedikit dipoles.

Suara pintu yang diketuk membuat bacaanku terhenti, setelah mengijinkan masuk, aku melihat seorang wanita menggunakan jubah coklat muda dengan tudung. Ia juga menggunakan topeng yang hanya menutupi wajahnya, tapi aku bisa menyadari jika wanita itu adalah Veronica.

"Veronica, akhirnya kamu datang juga" ujarku. Aku meletakkan buku yang aku baca di atas meja. "mari kita langsung pergi, aku tak ingin kemalaman sampai di istana" lanjutku

"apakah anda, Yang Mulia Putri Mahkota?" tanyanya.

Seketika aku yang sudah bangkit dari kursi terdiam, "mengapa kamu tidak mengenali ku?" tanyaku balik.

"ah, maaf. Surai anda berbeda warna, jadi saya tidak menyadarinya" jawab Veronica cepat.

Aku baru ingat sekarang, saat ini suraiku berwarna coklat seperti warna surai orang-orang di kekaisaran ini. Sehingga aku tidak akan terlihat mencolok dari orang-orang, ini adalah hasil dari latihan ku bersama Noah. Bukan hanya surai putih yang berubah coklat, namun iris mata yang berwarna merah juga berubah menjadi hijau.

"jangan permasalahkan, aku hanya tidak ingin terlalu mencolok di mata orang-orang" jawabku. "selama kita disini, jangan panggil aku 'Yang Mulia'. Cukup panggil Liana saja, orang-orang disini menganalku sebagai Liana" lanjutku

"baik, Liana" jawab Veronica yang cepat memahami suasana.

"mari kita pergi, aku akan menunjukkan jalan" ujarku yang mulai melangkahkan kaki keluar dari kamar penginapan ini.

*

Kami masuk ke dalam sebuah ruangan, ruangan ini seperti ruangan pekerja, terdiri dari beberapa meja kerja yang berisi berbagai tumpukan kertas-kertas. Di dalam ruangan ini hanya ada beberapa pekerja, aku terus memandu Veronica menuju sebuah pintu yang ada di sebelah kanan ruangan ini.

"Liana, apa kamu mencari ketua?" tanya seorang pria yang meja kerjanya berada di depan pintu ruangan yang kami tuju. Dirinya bernama Alfa, ia salah satu petinggi dalam Black Shadow.

"ya, aku mencari Phantom. Ada seseorang yang butuh jasanya" jawabku.

"masuk saja, ia di dalam. Hanya saja aku harap pelangan mu ini tidak memancing amarahnya, sudah beberapa pelangan yang ia tolak karena mereka berbicara tidak sopan" jawab Alfa sambil memperingati.

"tenang saja, aku yakin pelangan yang aku bawa saat ini tidak akan melakukan hal itu" jawabku meyakinkan.

Ia hanya membalas dengan senyuman, Alfa berdiri dan mengetuk pintu ruangan yang kami tuju. Ketukannya bukan seperti ketukan seperti biasa, namun ketukannya memiliki pola ketukan tersendiri, seperti sandi yang hanya mereka tahu.

Setelah mendapat ijin untuk masuk, Alfa membukakan kami pintu. Aku dan Veronica masuk ke dalam ruangan. Tanpa pikir panjang aku langsung duduk di sofa yang ada di dalam ruangan itu. Setelah duduk, aku bisa melihat bagaimana keterkejutan Veronica melihat seseorang yang saat ini melihat diriku dengan tatapan yang tajam.

"Yang Mulia, sudah berapa kali saya katakan untuk tidak datang kesini" sambutan tidak hangat dari ketua Black Shadow yang saat ini tidak memakai topengnya, hanya pakaian formal organisasi.

"aku membawakan pelanggan untukmu, mengapa kamu tidak senang?" tanyaku pura-pura heran.

"anda bisa menjanjikan saya langsung bertemu dengan pelangan itu, anda tidak harus langsung datang kesini. Bagaimana jika sesuatu terjadi kepada anda?!" ujar Arnold khawatir.

"sudahlah, lebih baik kamu sambut pelanganmu itu. Sedari tadi ia hanya berdiri diam disana" ujarku sambil melirik Veronica yang masih berdiri diam di tempatnya.

"lady, silahkan duduk. Maafkan ketidak sopanan saya yang tidak langsung menyambut kedatangan lady" ujar Arnold mempersilahkan.

Aku bisa melihat bagaimana Veronica sudah sadar dari keterkejutannya. Ia tidak berkata apa-apa, hanya anggukan kecil dan ia duduk sebelahku. Sungguh aku ingin tertawa saat ini, tapi aku menahannya.

"Arnold... ah, bukan. Phantom, lady ini ingin meminta tolong mencarikan seseorang" ujarku menyampaikan maksud kedatangan kami.

Arnold memandang ku dengan heran, sesekali ia juga melirik Veronica dengan penasaran. Sedangkan Veronica hanya menunduk, aku tidak tahu apa yang dipikirkannya saat ini. Hanya saja aku berharap dua orang ini bisa menyelesaikan permasalahan hati mereka setelah ini.

"aku harus kembali, tugas ku disini sudah selesai" ujarku sambil berdiri dari sofa. Namun langkahku ditahan oleh tangan Veronica. Ia memandangku dengan tatapan yang tak bisa ku pahami.

Aku membalas dengan senyuman, "tidak akan terjadi hal yang buruk" ujarku menenangkan. Perlahan cekalan tangannya yang menghambat jalanku mulai dilepasnya.

"aku pamit, sampai bertemu dilain waktu" pamitku yang langsung melangkah menuju pintu. Tanganku sudah berada di gagang pintu, tapi langkahku terhenti ketika aku mengingat sesuatu.

"Arnold" panggilku. Bukan hanya Arnold, Veronica juga melirikku.

"jangan sampai aku mendapat keluhan dari Duke Erditio karena dirimu tidak mengantarkan anaknya sampai ke rumah dengan selamat" ujarku sambil mengedipkan sebelah mata, menggoda kedua orang yang akan aku tinggalkan ini.

Setelah mengatakan itu aku langsung keluar dari ruangan ini, aku tak perlu tahu bagaimana proses kelanjutan hubungan kedua orang ini. Aku hanya perlu hasil akhirnya saja, dan itu semoga sesuai harapan.

"Liana, mengapa kamu keluar sendiri?" tanya Alfa menyambutku.

"ah, lady tadi masih membicarakan permintaanya dengan Phantom. Aku harus segera kembali, sampai jumpa lagi, Alfa" pamitku.

"ya, berhati-hatilah" balasnya.

Aku berjalan seorang diri menuju kereta kuda yang sudah terparkir tak jauh dari parkiran khusus kereta yang ada dipenginapan. Di dekat kereta aku bisa melihat Aslan dan Arinda sudah menungguku.

"mari kita kembali" ujarku, sambil dibantu Arinda masuk ke dalam kereta kuda. Tanpa menjawab mereka segera menaiki kereta kuda, Arinda berada di dalam kereta denganku sedangkan Aslan menjadi kusirnya.















# Ayu is back 🎉🎉🎉
Maafkan Ayu yang menghilang beberapa hari ini, minna.... 😭😭😭😭
Ayu lg dlm fase buntu buat lanjutin cerita ini, gk tau kenapa tiba" aja buntu gitu

Ayu juga skrg lg disibukin sm persiapan semester baru, jd mungkin dr bulan Februari klu belum tamat cerita ini, Ayu bakalan sering gk nentu jadwal update nya

Ya udah deh, Ayu kebanyakan bacot
Sampai ketemu di bab selanjutnya, jgn lupa tinggalin jejaknya ya minna-san
Arigathanks

I'm The Villain [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang