pagi tadi yang seharusnya aku mengikuti kelas tata krama, harus diundur menjadi siang setelah makan siang. Sorenya baru dilanjutkan kelas dansa sampai menjelang melam. Setelah makan malam seharusnya aku tidak memiliki jadwal lainnya, namun saat ini aku sudah kembali berada di taman pavilium salju yang jarang dilalui orang-orang.
Aku bersama Noah, sesuai kesepakatan kami sebelumnya jika setiap malam selesai makan malam kami akan berlatih sihir. Jika kemarin Noah hanya memintaku untuk berlatih mengumpulkan mana, hari ini ia juga memintaku untuk berlatih mengumpulkan mana lagi. Aku tak tahu mengapa, setiap berlatih mengumpulkan mana rasanya stamina ku semakin mudah terkuras.
"mengapa setiap aku mengumpulkan mana, staminaku juga ikut terkuras?" tanyaku yang sudah susah mengambil nafas.
"kapasitas mana yang ada dalam tubuh mu itu cukup besar karena kamu pengguna semua elemen, namun tubuh mu belum sanggup untuk menerima mana yang sangat banyak itu. Maka dari itu staminamu banyak terkuras" jawabnya. "lakukanlah latihan ringan setiap paginya untuk meningkatkan staminamu itu, seperti berlari mengelilingi lapangan, membawa beban, dan lainnya. Kamu juga bisa mencontoh dari latihan para kesatria" lanjutnya
"lakukan secara bertahap, mulailah dari yang terendah dulu. Tapi setiap minggu dinaikkan targetnya. Hal ini yang akan meningkatkan staminamu sehingga tidak akan kesulitan lagi dalam menyerap mana" penjelasan Noah yang cukup mudah aku pahami.
"lebih baik kita akhiri latihan hari ini, besok pagi-pagi sekali aku akan meminta Cleo atau Anna untuk membanggunkanmu. Kita mulai latihan pagi untuk menambah staminamu" lanjutnya.
Baru 2 kali aku belajar sihir dari Noah, dan aku bisa membayangkan bagaimana nasibku seterusnya. Aku sangat bisa menyadari jika Noah tipikal guru yang tegas dan disiplin, perkataannya yang terlalu jujur itu sedikit membuat kesal, tapi aku sadar jika yang dikatakan Noah memang benar.
Akhirnya kami kembali ke pavilium bulan tanpa disadari oleh orang-orang. Memang kami latihannya sembunyi-sembunyi, aku hanya merasa kalau aku masih harus menyembunyikan fakta jika aku penyihir. Aku tak ingin menarik banyak musuh, aku hanya perlu menggunakannya nanti disaat yang mendesak saja.
*
Sesuai perkataan Noah semalam, Anna dan Cleo membangunkanku pagi-pagi sekali, matahari saja masih belum menampakkan dirinya. Dengan sigap, Anna dan Cleo mempersiapkan semua kebutuhanku, pakaian yang menggunakan celana agar aku mudah bergerak, surai putih panjangku yang diikat seperti ekor kuda agar lebih leluasa bergerak.
Aku memang memiliki perbedaan yang sangat mencolok dari orang lain, surai berwarna putih dan bola mata yang bewarna merah seperti ruby. Sebelum ibunda meninggal, aku hanya menghabiskan waktu di sekitaran pavilium bulan saja, ibunda cukup cemas ketika mengetahui orang-orang mencelaku karena perbedaan ini. Maka dari iru dirinya tak terlalu memberikan aku ijin untuk keluar dari pavilium kecuali acara resmi yang mengharuskan aku datang.
"sudah selesai, Yang Mulia" ujar Anna yang selesai mengikat surai panjangku.
"terima kasih" ujar ku
"sudah kewajiban kami, Yang Mulia" balas Anna
"Maaf sudah membuat kalian bangun pagi-pagi sekali. Aku juga mohon bantuannya untuk seperti ini lagi dikemudian hari. Aku akan pergi dengan Noah dan Axe, jadi kalian bisa kembali dan istirahat" ujarku. Memang aku cukup merasa bersalah sudah membuat Anna dan Cleo bangun lebih awal dari yang lainnya.
"aku pergi dulu, aku akan kembali sebelum waktunya sarapan" ujarku pamit. Aku langsung keluar dari kamar meninggalkan Anna dan Cleo.
Di depan pintu kamar sudah berdiri Noah dan Axe, "mari kita pergi" ajakku. Kami pergi bersama menuju lapangan latihan yang saat ini masih belum dipakai oleh prajurit untuk berlatih, jadi kami menggunakan kesempatan itu untuk latihan menambah staminaku.
*
Sore hari ini aku menghabiskan waktu di taman, menikmati indahnya bunga yang bermekaran ditemani teh hangat dan kue kering. Aku hanya ditemani oleh Axe, Anna dan Cleo memiliki pekerjaan lain yang harus segera mereka kerjakan. Sedangkan Noah, tadi siang dirinya mendapat panggilan menuju menara penyihir.
"Axe..." panggilku.
"ya, Yang Mulia. Anda membutuhkan sesuatu?" tanyanya
"apakah kamu tak ingin menikah?" tanyaku yang langsung ke inti permasalahan. Sungguh aku kepikiran hal ini, dikehidupan sebelumnya Axe sama sekali tidak menikah, padahal usianya saat aku meninggal sudah masuk kepala tiga.
Aku bisa melihat keterkejutan di wajah Axe, "tentu saja saya ingin, Yang Mulia" jawabnya
"lalu, mengapa sampai saat ini kamu belum menikah? Pemuda diusiamu saat ini sudah menikah, bahkan sudah ada yang memiliki anak" penasaranku.
Aku bisa melihat raut wajah Axe yang berubah sedih, sungguh fenomena yang sangat-sangat jarang bisa aku lihat. "ia lebih mencintai tuan yang dilayaninya dari pada saya, Yang Mulia" jawabnya
Aku terdiam sejenak, "apa tuan yang dilayaninya itu lebih tampan darimu?" tanyaku. Axe itu memiliki wajah yang tampan, lebih tampan daripada prajurit yang pernah aku temui. Sungguh mengherankan, bagaimana mungkin gadis itu lebih menyukai tuannya.
"bukan, Yang Mulia. Tuan yang dilayaninya adalah seorang gadis kecil yang sudah kehilangan ibunya. Dia merasa bersalah jika harus meniggalkan gadis kecil itu" jawab Axe.
"baritahu padaku, siapa gadis kecil yang menjadi tuannya itu. Aku akan berbicara padanya dan mencarikan pelayan baru yang sesuai untuknya" jawabku. Yang benar saja, jika tahu permasalahannya seperti ini sedari dulu, aku tidak akan melihat Axe mati demi melindungiku.
Aku melihat Axe tersenyum cerah kepadaku, sungguh aku tidak tahu apa maksud dari senyumannya itu. Dulu ketika ibunda masih hidup, aku sangat sering melihat senyuman cerah Axe, tapi setelah ibunda meninggal Axe sangat jarang memperlihatkan senyum cerahnya itu.
"apakah Yang Mulia berjanji akan melakukan hal itu untuk saya?" tanyanya penuh harap.
Aku tak tahu mengapa, sepertinya aku merasa janggal dengan semua ini. "baiklah, aku berjanji" janjiku. Walau aku merasa janggal, aku akan tetap berusaha untuk bisa membahagiakan orang-orang berharga yang ada disekitarku
Aku saat ini bisa melihat bagaimana bahagianya Axe, senyuman cerahnya itu juga marasukiku. Aku juga tersenyum melihat bagaimana bahagianya Axe. Aku akan berusaha membujuk tuan dari gadis yang dicintai Axe agar ia bisa menikah dengan gadis pujaan hatinya.
"Yang Mulia, apa anda ingin tahu siapa gadis yang saya cintai itu?" tanya Axe
"tentu, siapa?" tanyaku. Aku juga penasaran siapa gadis yang dimaksud oleh Axe
Aku melihat senyuman Axe yang sedikit terasa janggal dimataku, "gadis itu ada dibelakang Yang Mulia saat ini, ia berjalan bersama temannya" ujar Axe
Aku yang penasaran, membalikkan badan untuk melihat siapa yang dimaksud Axe. Yang aku lihat saat ini hanyalah Anna dan Cleo yang berjalan kesini.
Tunggu sebentar......
Cleo bukan gadis lagi, dirinya sudah menikah dan memiliki seorang putra berusia 3 tahun. Hanya Anna yang masih gadis, saat ini dirinya juga sudah masuk usia untuk menikah.
Jangan bilang......
Aku membalikkan badan, kembali berhadapan dengan Axe. Aku melihat senyuman cerahnya itu lebih cerah dari sebelumnya, "anna?" tanyaku.
Axe membalasku dengan anggukan, dari sorot matanya terlihat jelas jika memang Anna yang dicintai Axe.
Fakta apa lagi ini, Dewa........ jika sedari dulu aku menyadarinya, dua orang ini tak akan mati dengan sia-sia seperti itu.....
#ditampakkanlah sifat tidak peka Canaria terhadap sekitarnya 🤣🤣🤣
Ohayo minna-san.......
Berhubung kmrn Ayu gk up, jd Ayu kasih double up deh buat hari ini
Semoga suka yaSee u next bab, arigathanks minna
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm The Villain [HIATUS]
FantasyDi sebuah alun-alun ibu kota kekaisaran, sudah terpasang sebuah alat pancung bagi pendosa. Di alat pancung itu telah bersiap seorang gadis muda yang akan dipancung, tak ada air mata ataupun perasaan yang tergambar di wajah gadis yang sudah pucat itu...