Sudah 3 bulan lebih berlalu semenjak kakek Xavier mengirim kaisar Leon menuju perbatasan, melalui Black Shadow aku juga mengetahui Obelina membuat relasi dengan anak-anak bangsawan yang memiliki status cukup tinggi di berbagai kerajaan maupun kekaisaran di academy. Sedangkan Arabella tidak melakukan apa-apa karena disibukkan dengan pelatihan permaisurinya.
Beberapa hari yang lalu akhirnya aku berhasil membuat Anna dan Axe menikah, membutuhkan waktu, usaha, tenaga, dan strategi untuk bisa membuat mereka berdua menikah. Memang mereka beralasan tidak terlalu terburu-buru untuk menikah, hanya saja aku yang sudah tidak tahan untuk segera menikahkan mereka berdua.
Aku juga meminta kakek Derin untuk memberi berkat di upacara pernikahan mereka, tentunya kakek Derin tidak menolaknya. Ia malah senang bisa memberikan berkat kepada dua orang yang sudah sangat berjasa di hidupku ini. Setelah pemberkatan, Anna dan Axe memelukku dengan haru karena aku mereka bisa mendapat berkat dari pendeta agung.
Aku hanya membalas dengan membalas pelukan mereka sambil tersenyum, sungguh aku bahagia melihat bagaimana wajah bahagia mereka berdua ketika menikah. Kakek Leo, kakek Xavier dan nenek Charlote, ibu suri, tidak sempat untuk menghadiri pernikahan Anna dan Axe karena memiliki kesibukan tersendiri, namun mereka memberikan hadiah pernikahan yang cukup besar.
Anna dan Axe tetap bekerja menjadi pelayan dan pengawal ku, hanya saja waktu kerja mereka aku batasi. Ini adalah persyaratan yang kami sepakati agar Anna dan Axe bisa menikah, menyebalkan memang, tapi ini semua karena mereka tidak bisa berpisah dariku. Mereka mengatakan aku masih terlalu kecil, sehingga mereka mengkhawatirkanku. Dari segi fisik memang, tapi dari segi jiwa aku sudah 20 tahun, miris memang.
Arnold yang sudah beberapa minggu ini uring-uringan karena Veronica selalu menolak dirinya, membuat aku sedikit frustasi. Padahal Arnold sudah mendapat ijin dari keluarga Erditio untuk mendekati Veronica, tapi Veronica selalu menolak Arnold tanpa alasan yang jelas. Dan akhirnya aku harus turun tanggan untuk mengurusi hal ini.
3 hari yang lalu aku mengirimi Veronica surat untuk bertemu, dan Veronica membalas sore ini akan menemui ku. Aku tahu Arnold mengetahui aku dan Veronica saling mengirimi surat untuk janji bertemu, hanya saja ia tidak tahu jika hari ini kami akan bertemu. Untungnya hari ini Arnold disibukkan dengan urusan Black Shadow, sehingga dirinya tidak hadir di istana.
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunanku, setelah mengijinkan masuk, aku bisa melihat Veronica masuk ke dalam ruang kerja ibunda yang saat ini sudah aku jadikan ruang belajarku.
"panjang umur untuk bintang kekaisaran Clarines, Yang Mulia Putri Mahkota Canaria Roseliana Wisteria" ujar Veronica sambil memberi hormat.
"duduklah, hakim agung Veronica" ujarku mempersilahkannya.
"terima kasih, Yang Mulia" jawabnya, ia segera duduk di hadapanku.
"Arinda, tolong siapkan minuman dan cemilan untuk kami" pintu ku kepada Arinda yang saat ini berada di dalam ruangan.
"baik, Yang Mulia" jawabnya segera keluar menyiapkan permintaanku.
"bagaimana kabarmu, hakim agung Veronica?" tanyaku mencoba berbasa-basi setelah Arinda keluar dari ruangan.
"Veronica saja, Yang Mulia. Terasa sedikit canggung jika anda memanggil saya seperti itu" pinta Veronica kepadaku.
"baiklah, Veronica. Bagaimana kabarmu?" tanyaku lagi
"saya baik, Yang Mulia. Seperti yang Yang Mulia lihat saat ini" jawabnya dengan senyuman
Aku juga membalas dengan senyuman, selama menunggu Arinda kembali aku mencoba berbasa-basi dengan Veronica. Aku tak ingin pembicaraan kami terhenti ketika Arinda datang membawakan minuman dan cemilan nantinya.
Setelah beberapa saat akhirnya Arinda datang bersama Anna membawakan permintaanku, setelah mereka menjajakan di atas meja, aku meminta mereka untuk meninggalkan kami berdua saja.
"silahkan dinikmati, jika kamu tidak menyukainya, aku akan meminta pelayan untuk menggantinya" ujarku mempersilahkan
"tidak, Yang Mulia. Saya menyukainya" balas Veronica cepat.
Sejenak aku menikmati teh hangat yang dibawakan Arinda dan Anna, aku juga bisa melihat Veronica juga menikmati teh hangat ini. Aku meletakkan kembali cangkir teh di atas meja, lalu memandang Veronica dengan sedikit serius. Veronica sepertinya menyadari pandanganku, ia juga meletakkan cangkir teh nya.
"maaf jika sebelumnya aku seperti mencampuri urusan pribadimu, hanya saja jika kamu berkenan, bolehku aku tahu mengapa kamu menolak Arnold?" tanyaku berterus terang. Memang aku bukan orang yang mudah untuk berbasa-basi.
Aku bisa melihat Veronica menghembuskan nafas berat, "tidak, Yang Mulia. Saya tidak keberatan jika Yang Mulia ingin tahu, memang sebaiknya saya mengatakan alasan saya. Hanya saja saya berharap Yang Mulia tidak akan kecewa dengan alasan saya" balasnya
Sungguh aku semakin dibuat penasaran, "aku berjanji tidak akan kecewa dengan apapun alasanmu menolak Arnold" balasku.
"saya sudah lama menyukai seseorang, tapi saya tidak tahu harus mencari orang itu dimana. Padahal saya sering bertemu dengan orang itu, tapi saya sama sekali tidak berani untuk berbicara dengannya. Sejujurnya saya sangat ingin tahu tentang orang itu, bagaimana rupa aslinya, apakah ia sudah memiliki kekasih. Saya sangat ingin mengetahui hal itu" ujar Veronica.
"kamu sering bertemu dengannya tapi tidak mengetahui rupanya, bagaimana bisa?" tanyaku heran
"setiap kami bertemu, ia selalu menggunakan topeng. Bagaimana rupanya saya tidak akan mempermasalahkannya, saya sangat menyukai sikapnya, bagaimana dirinya selalu menolong orang yang lemah. Saya menyukai hal itu. Awalnya memang saya hanya menggaguminya saja, tapi semenjak dirinya menyelamatkan saya dari pembunuhan, saya menyadari jika saya menyukainya"
"seandainya dirinya sudah memiliki kekasih atau istri, saya akan menyerah. Saya tidak akan merubut milik orang lain, hanya saja saya sangat penasaran tentang dirinya" jawab Veronica. Dikepala ku saat ini tergiang sosok Arnold yang menggunakan topeng Black Shadow, tapi jika ini benar, kisah mereka berdua benar-benar sangat lucu.
"boleh aku tahu siapa orang itu?" tanyaku.
"yang saya tahu namanya Phantom, ia ketua dari Black Shadow" jawab Veronica
Seketika aku tidak bisa membendung tawaku, aku tak tahu harus bagaimana mendefinisikan hubungan dua orang ini. Yang satu cinta bertepuk sebelah tangan, yang satu lagi mencintai dalam diam, tapi sebenarnya mereka saling mencintai.
"mengapa anda tertawa, Yang Mulia?" tanya Veronica heran.
Aku ingin segera menjawab tapi aku sulit untuk meredakan tawaku, aku butuh beberapa saat untuk bisa tenang kembali. "Veronica, kamu ingin bertemu dengannya?" tanyaku
Veronica terdiam, sepertinya dirinya sedikit tidak menyangka aku akan menanyakan hal ini.
"kamu pasti tahu aku memiliki hubungan yang baik dengan Black Shadow, bukan?!" ujarku merayu. Sungguh saat ini aku benar-benar gemas untuk bisa mempertemukan kedua orang ini.
"apakah boleh?... ah, maksud saya apakah tidak menyulitkan Yang Mulia?" tanyanya ragu-ragu. Tapi aku bisa melihat sorot pengharapan dari matanya.
"tidak, tentu tidak. Malah aku senang bisa memperkenalkan dirimu dengan Phantom. Sedikit informasi, Phantom itu pria yang tampan, saat ini dirinya juga sedang patah hati karena ditolak oleh pujaan hatinya. Jika kamu mencoba mendekatinya mungkin kamu akan mendapatkan hatinya" ujarku sambil tersenyum jenaka ke arahVeronica.
#pagi semuanya, Ayu kembali lagi dengan kisah Canaria.....
Gimana pendapat kalian setelah baca bab ini, geregetan kah? Klu iya comen ya, klu gk juga komen 😁😁
Oh iya, Ayu pengen bagiin visual dr tokoh" di cerita ini. Cuma Ayu pengen saran dr kalian, visualnya dr 3D atau 2D nih? Klu dr 3D, ayu itu pecinta cogan korsel, jd klu kalian pilih 3D palingan cogan" korsel.
Ayu tunggu comenan kalian semua ya
Sampai ketemu di bab selanjutnya
Arigathanks minna-san....
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm The Villain [HIATUS]
FantasyDi sebuah alun-alun ibu kota kekaisaran, sudah terpasang sebuah alat pancung bagi pendosa. Di alat pancung itu telah bersiap seorang gadis muda yang akan dipancung, tak ada air mata ataupun perasaan yang tergambar di wajah gadis yang sudah pucat itu...