Bab 3 - Kuil Suci

21.6K 2.6K 8
                                    

Siang ini aku sampai di kuil suci, untuk makan siang aku meminta Anna menyiapkan beberapa sandwich di dalam keranjang piknik, sehingga aku makan siang hanya di dalam kereta. Awalnya Anna bersikeras untuk ikut denganku, namun aku menolak dengan tegas. Saat ini aku hanya ditemani Axe yang merupakan pengawal pribadi ku dan seorang kusir yang melajukan kereta.

Aku ke kuil suci bukan hanya ingin mendoakan ibunda, aku juga ingin bertemu pendeta agung. Pendeta agung merupakan pangkat tertinggi dari pendeta-pendeta yang ada di seluruh kuil di kerajaan, pendeta-pendeta ini nantinya akan dibantu oleh suster-suster sesuia bidang kerja mereka masing-masing.

Aku turun dari kereta seorang diri, aku meminta Axe untuk menunggu di kereta saja. Tentunya Axe menolak, namun aku kembali berhasil membujuk Axe untuk membiarkan aku pergi sendiri. Dengan menggunakan jubah yang dibagian kepalanya memiliki tudung, aku masuk seorang diri ke dalam kuil.

Di depan pintu kuil, salah satu suster menghampiriku. "ada yang bisa saya bantu, gadis kecil?" tanyanya

"bisakah anda membantu saya untuk berdoa? beberapa hari yang lalu ibu saya meninggal. Saya ingin berdoa untuknya" pintaku

Suster itu tersunyum ramah, "tentu, mari ikuti saya" pintanya.

Kami berjalan masuk, aku dipandu menuju ruang doa yang ada di kuil. Sesekali orang yang berselisih jalan melirik ku, mungkin karena aku menggunakan jubah dan tudung yang menutupi wajahku. Aku menghiraukan mereka semua, inginku hanya berdoa untuk ibunda saat ini.

"carilah tempat yang nyaman untuk kamu berdoa, gadis kecil. Jika membutuhkan sesuatu, saya ada di sudut ruangan" ujar suster itu

"terima kasih" balasku. Aku berjalan menuju bangku-bangku yang ada untuk memanjaatkan doa kepada dewa yang telah memberikan kehidupan.

*

AUTHOR POV

Di dalam kuil suci, lebih tepatnya di dalam ruang kerja pendeta agung. Saat ini pendeta agung ditemani oleh seorang pria tua yang sebaya dengannya, mereka sedang menyesap teh hangat dan ditemai beberapa kue kering di atas meja.

Pria tua yang sebaya dengan pendeta agung itu adalah penyihir agung, dalam sistem pemerintahan kerajaan, jabatan mereka setara dengan jabatan ibu suri. Jika tidak ada kaisar ataupun putra mahkota di tempat, keputusan yang mereka ambil adalah keputusan utama.

Dua orang pria tua ini telah menjabat jabatan mereka selama 43 tahun, sepak terjang kedua nya tentu tidak bisa diragukan lagi. Mereka sudah menjabat jabatan itu ketika berusia 20 tahun, sungguh dua orang terpilih dibidang masing-masing.

Kegiatan menyesap teh mereka terhenti seketika, mereka saling pandang dengan tatapan yang serius.

"apa kau merasakannya?" tanya pendeta agung

"ya, aku merasakannya. Kekuatan yang sangat luar biasa" jawab penyihir agung sambil meletakkan cangkir teh di atas meja

"ingin mencarinya?" tanya pendeta agung kembali

"tentu, aku butuh murid. penyihir-penyihir saat ini tidak ada yang memenuhi syarat menjadi murid ku. Kekuatan sebesar ini, aku tidak akan menyiakannya" jawab penyihir agung

"sepertinya saat ini dirinya berada di ruang doa" ujar pendeta agung meletakkan cangkir tehnya di meja

"aku akan pergi, apa kau ikut?" tanya penyihir agung sambil berdiri

"tentu, aku ingin tahu seperti apa orang yang memiliki kekuatan sebesar ini" jawab pendeta agung yang juga ikut berdiri

Mereka berjalan bersama menuju ruang doa yang tidak terlalu jauh dari ruang kerja pendeta agung.

AUTHOR POV END







# jangan lupa tinggalin jejak dengan kasih bintang yang banyak ya......
Terima kasih

I'm The Villain [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang