Bab 23 - Tamu dari Hearslit

11.7K 1.6K 14
                                    

Seminggu telah berlalu semenjak aku membawa Veronica ke markas Black Shadow, sehari setelah hari itu secara bergantian Arnold dan Veronica menemui ku menyampaikan keluhan mereka. keluhan karena aku tidak mengatakan jika Veronica akan datang ke markas dan keluhan karena aku tidak mengatakan sosok lainnya dari seorang Arnold. Aku juga ingin mengeluh kepada mereka karena kebodohan dua orang itu, untung saja aku tidak sampai mengatakanya.

Siang ini aku disibukkan dengan sebuah acara penyambutan tamu resmi dari kekaisaran tetangga, tepatnya dari kekaisaran Hearslit. Yang datang adalah kaisar sebelumnya dan ibu suri, aku yakin mereka datang dengan maksud tertentu, hanya saja aku tidak tahu apa maksud tertentu itu.

Acara ini tidak dilakukan secara besar-besaran, hanya acara penyambutan kecil yang dilakukan di istana. Hanya keluarga kekaisaran dan beberapa pejabat tinggi pemerintahan yang menyambut datangnya tamu. Tentunya kaisar Leon, Arabella dan Obelina tidak ikut dalam acara ini.

Setelah melakukan serangkaian acara formal, akhirnya aku bisa melepaskan diri dari acara itu. Jadwal pelajaran yang dilakukan siang ini akhirnya harus diundur dilakukan minggu depan, tentunya guru yang mengajariku tidak akan mengeluh karena acara ini acara resmi yang mewajibkan aku hadir.

Setelah melakukan makan malam, aku hanya menghabiskan waktu di dalam kamar sambil membaca buku sihir yang diberikan Noah kemarin. Malam ini kami tidak melakukan latihan sihir karena Noah dipanggil kakek Leo, ia harus menyelesaikan beberapa pekerjaan, dan itu mungkin akan memakan waktu beberapa hari.

Suara pintu yang diketuk mengalihkan pandanganku dari buku, setelah aku mengijinkan masuk. Aku melihat Zacker memasuki kamar, ia menunduk hormat sebelum berbicara.

"tuan Arnold menitipkan surat ini kepada Yang Mulia" ujarnya sambil memberikan sebuah surat.

Aku menerima surat itu, "terima kasih" balasku.

"saya permisi, Yang Mulia" pamit Zacker. Setelah melakukan hormat, ia langsung meninggalkan kamarku.

Aku membuka surat itu dan membacanya, inti dari surat yang dikirimkan Arnold adalah tentang Obelina yang menjelek-jelekkan diriku kepada teman-temannya sesama siswa academy. Aku hanya tersenyum menanggapi hal ini, aku sudah memikirkan hal ini akan terjadi.

Untuk saat ini aku tidak akan melakukan apapun, hanya menunggu beberapa bulan lagi Obelina akan kembali ke istana karena libur semester, dan saat itu aku akan membalikkan semuanya. Aku rasa aku tidak perlu menulis balasan untuk surat ini segera, besok aku dan Arnold juga akan bertemu, lebih baik saat itu saja aku mengatakan balasan dari surat ini.

Aku membakar surat pemberian Arnold, aku tak ingin ada orang lain yang tahu tentang isi surat ini. Jika pihak lain tahu, ini akan menjadi ancaman untukku ataupun orang-orang yang ada disekitarku. Setelah itu aku kembali melanjutkan bacaan ku yang terhenti.

*

Esok sorenya setelah aku menyelesaikan pembelajaran, Cleo datang menyampaikan jika nenek Verbeda ingin menemuiku. Tanpa membuang waktu aku segera pergi menghadap. Setelah bertanya kepada pelayan yang berada di pavilium kediaman nenek Verbeda, aku menuju gazebo yang ada di taman pavilium.

"hormat saya kepada ibu suri kekaisaran Clarines dan ibu suri kekaisaran Hearslit" ujarku sambil memberi hormat kepada kedua ibu suri dari kekaisaran yang berbeda.

"duduklah, Canaria" ujar nenek Verbeda. Sedangkan ibu suri dari kekaisaran Hearslit yang bernama Penelope hanya memberikan senyuman yang terasa menyejukkan, aku jadi teringat dengan senyuman ibunda.

"terima kasih, Yang Mulia" balasku. Aku duduk di antara kedua ibu suri ini, sungguh aku cukup kagum dengan kecantikan mereka yang tidak termakan usia. Aura seorang wanita terpandang juga begitu menguar sehingga aku semakin mengagumi keduanya.

"sudahlah, jangan terlalu formal. Saat ini nenek ingin mengenalkanmu dengan teman se-academy nenek dulu" ujar nenek Verbeda.

"Putri bisa memanggil saya nenek Penelope. Cucu saya biasa memanggil seperti itu" ujar ibu suri Hearslit dengan senyuman.

Sebelum menjawab aku membalas dengan senyuman, "nenek juga bisa panggil aku Canaria, seperti nenek Verbeda memanggilku" balasku

Nenek Penelope tertawa kecil, "sungguh seorang putri yang penuh kesopanan" ujarnya

"terima kasih atas pujiannya" balasku merendah.

Kedua nenek itu tertawa kecil melihat respon ku, "aku jadi berharap bisa memiliki seorang cucu seperti mu, Canaria. Bukan hanya sopan, ceria, rendah hati, pintar, tapi juga berbakat. Sungguh sebuah anugrah Clarines memiliki seorang putri yang memiliki kemampuan sebagai penyihir agung sekaligus seorang saintess" ujar nenek Penelope yang membuatku seketika terdiam.

"tunggu sebentar, apa maksud mu dengan memiliki kemampuan sebagai penyihir agung sekaligus saintess, Penelope?" tanya nenek Verbeda heran.

Aku melupakan fakta jika nenek Penelope seorang saintess di masa jayanya dulu. Di kekaisaran Hearslit memiliki tradisi lagi jika setiap putri mahkota yang terpilih adalah seorang penyihir agung atau seorang saintess. Tradisi ini sudah dimulai semenjak dibentuknya kekaisaran Hearslit, dan aku tidak tahu mengapa tradisi ini bisa terjadi.

"kamu tidak tahu jika cucu mu ini seorang penyihir dan saintess? Aku juga bisa merasakan jika Canaria sudah berlatih sihir, sangat terlihat ia sudah bisa memanipulasi mana yang ada disekitarnya" ujar nenek Penelope.

"tidak, aku baru mengetahuinya" jawab nenek Verbeda yang langsung menatapku dengan serius.

Sepertinya aku tidak punya pilihan lain selain memberitahukannya kepada nenek Verbeda, aku mengambil nafas terlebih dahulu sebelum menjawab tatapan nenek Verbeda. "aku baru mengetahuinya beberapa bulan yang lalu, lebih tepatnya sehari setelah ibunda dimakamkan. Saat aku pergi ke kuil suci untuk mendoakan ibunda, aku bertemu penyihir agung dan pendeta agung yang menghampiriku, aku mengetahuinya dari mereka"

"karena aku tidak ingin kejadian ibunda juga terjadi kepadaku, aku memilih untuk menyembunyikan fakta ini. Penyihir agung mengirimkan Noah sebagai guru sihirku, semenjak itu aku belajar sihir" ujarku menjelaskan secara garis besarnya.

"maafkan aku menyembunyikan hal ini dari nenek, selanjutnya aku tidak akan melakukannya lagi" lanjutku dengan wajah memelas. Setelah ini aku harus berdoa di kuil karena berbohong kepada nenek, maafkan aku nenek.

"sudahlah, nenek tidak menyalahkanmu, nenek rasa pilihanmu sudah tepat. Hanya saja nenek harap ketika debutante mu nanti, orang-orang sudah tahu tentang hal ini" balas nenek Verbeda.

"baik, nenek. Aku akan melakukannya" jawabku.

Seterusnya kami menghabiskan waktu saling mengobrol, kebanyakan nenek Verbeda dan nenek Penelope menceritakan kisah mereka ketika masih di academy dulu kepadaku, sesekali mereka juga menceritakan kisah perjalanan mereka ketika menjadi permaisuri di kekaisaran masing-masing. Aku cukup terhibur dengan kisah-kisah yang mereka ceritakan, hal ini juga menambah wawasanku tentang berbagai hal.

















# Ayu balik lagi nih, ada yg kangen gk ya???? (Gak, lempar sendal)

Di bab 21 Ayu janjiin visual tokoh dari cerita ini kan, cuma Ayu lg bingung mau nentuin visualnya siapa. Setelah Ayu timbang", Ayu milih visual 2D untuk isi visual tokohnya, maafin Ayu yg udh gantungin kalian yg berharap 3D 🙏🏻

Sampai sini aja deh bacotan Ayu
Sampai ketemu di next bab, minna-san.....
Jangan lupa tinggalin jejaknya ya
Arigathanks

I'm The Villain [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang