Aku sampai di istana ketika langit sudah menggelap, di dalam kamar Anna sudah menantiku dengan wajah khawatirnya. Seingatku, semenjak kepergian ibunda, Anna lebih banyak khawatir kepadaku. Walau akhirnya dirinya harus mati terbunuh karena berusaha membawaku pergi ketika esoknya aku harus dihukum pancung.
Ketika Anna akan menyiapkan makan malam ku, aku meminta dirinya untuk menyiapkan air mandi karena aku ingin mandi baru setelah itu makan. Anna tentunya tak akan membantah akan permintaanku ini.
Sampai akhirnya saat ini aku sedang berendam di dalam sebuah bathup, menghilangkan lelah badan seharian ini. Di kuil suci tadi, penyihir agung dan pendeta agung sudah mengetahui jika aku adalah putri mahkota, tapi untuk kehidupanku yang sebelumnya hanya penyihir agung yang tahu.
Aku juga tak melarang pendeta agung jika ingin tahu, hanya saja aku meminta penyihir agung untuk tak membahasnya di depanku, penyihir agung pun menyetujui hal itu. mengetahui aku anak ibunda, mereka memintaku untuk memanggil mereka dengan kakek, tentu saja aku tak menolak.
Banyak anak yang menginginkan seorang kakek yang selalu ada untuknya, termasuk aku yang juga ingin memiliki kakek yang dekat dengan ku. Walau aku memiliki kakek dari kedua orang tua ku, namun kakek dari pihak ayah berada di perbatasan dan dari pihak ibu berada di kerajaan tetangga. Sedangkan kedua kakek ku ini masih berada di ibu kota dan termasuk orang penting di kerajaan.
Kami juga membahas jika aku memiliki kekuatan yang sangat besar di dalam diriku. Kakek Leo mengatakan aku bisa menjadi penerusnya, menjadi penyihir agung jika aku melatih kekuatanku. Aku juga sempat mencoba bola kristal elemen yang ada di kuil suci untuk mengetahui elemen sihir yang ada dalam tubuhku, dan hasilnya cukup mengejutkan.
Ketika aku menyentuh bola kristal elemen itu, tak lama bola kristal bersinar dengan 4 warna sampai akhirnya bola kristal elemen retak. Kakek Leo dan kakek Derin sangat terkejut, sampai akhirnya aku membuat 2 bola kristal elemen lainnya retak kembali, barulah kedua kekek itu percaya.
Kakek Leo mengatakan akan mengirim seorang guru yang sangat handal dalam sihir untuk melatihku dalam waktu dekat, dirinya sangat ingin langsung menjadi guruku, namun ia masih memiliki banyak pekerjaan yang harus segera diselesaikan.
Berbeda dengan kakek Leo yang langsung ingin aku belajar sihir, kakek Derin malah ingin menjadikan aku sebagai saintess karena aku juga memiliki kekuatan penyembuh yang dimiliki saintess pada dasarnya. Hanya saja pelatihan untuk menjadi saintess ketika seseorang sudah masuk usia dewasa, ketika sudah debutante, usia 19 tahun.
Untuk saat ini kakek Derin hanya akan mengajarkan mantra-mantra penyembuh sederhana yang biasa dimiliki penyihir pada umumnya, dan itu juga diwakilkan oleh orang lain. Sepertinya penyihir yang akan menjadi guru ku nanti yang akan mengejarkan hal ini juga.
Kakek Leo sempat menanyakan apakah aku akan membalaskan kematian ibunda, tentunya aku mengatakan akan membalas, hanya saja aku masih butuh waktu untuk mencari bukti-bukti yang kuat. Kakek Derin hanya berpesan jangan membunuh orang, aku juga berjanji pada mereka dan diriku sendiri untuk tidak akan membunuh seseorang, kecuali disaat pilihan hanya antara aku atau orang itu yang mati.
Kedua kakek itu tak banyak berkomentar setelahnya, hanya mereka berjanji akan membantuku jika aku dalam kesulitan. Aku tak akan menolak bantuan mereka, aku butuh orang-orang yang bisa mendukung ku disini. Tak akan aman jika aku tak memiliki orang-orang yang bisa aku percaya disini.
Sepertinya sudah lebih setengah jam aku berendam, badanku juga sudah mulai dingin. Sebaiknya aku segera menyelesaikan acara mandi ku saat ini, perutku juga sudah mulai lapar.
*
AUTHOR POV
Selepas kepergian putri mahkota dari kuil suci, kedua pria tua yang memiliki pangkat tinggi itu masih berada di ruang kerja pendeta agung. Saat ini pikiran mereka dipenuhi oleh satu orang, seorang gadis kecil yang tadi mereka temui, sang putri mahkota.
"siapa yang akan kau pilih menjadi guru sihirnya?" tanya Derin
Sejenak Leo terdiam, "aku rasa Noah cocok untuk menjadi gurunya" jawabnya
"bukannya ia harus mempersiapkan diri untuk mengangkatan penyihir agung baru?" heran Derin. Seingatnya, murid Loe yang bernama Noah itu akan mengantikan dirinya menjadi penyihir agung.
"itu masih 2 tahun lagi, saat ini ia juga tidak ada kerjaan" jawab Leo santai
"terserah kau saja" pasrah Derin. "jadi.... apa yang kau lihat diingatan Canaria?" tanyanya
"ia mengulang hidupnya kembali, lebih tepatnya ia kembali ke 12 tahun sebelum kematiannya" jawab Leo. "aku tak tahu itu semua karna kekuatan sihir atau kekuatan saintess atau malah berkah dewa yang diturunkan kepadanya. Yang sangat jelas aku lihat, setelah permaisuri meninggal hidupnya semakin tak layak" lanjutnya.
Derin hanya diam mendengarkan Leo bercerita, ia tahu masih banyak yang ingin dikatakan Leo
"setahun meninggal permaisuri, ia diturunkan dari posisi putri mahkota dan diasingkan di pavilium salju karena dituduh membakar gudang persenjataan istana. 5 tahun setelah itu dirinya dikirim ke perbatasan karena mengacaukan persiapan perjamuan kerajaan, padahal saat itu salah satu pelayan yang sebenarnya mengacaukan persiapan perjamuan itu. 4 tahun setelahnya ia dipanggil kembali ke istana, namun tetap diasingkan ke pavilium salju. Setahun setelah itu seharusnya Canaria melakukan debutante, tapi pihak istana tak mengijinkannya untuk ikut. 2 minggu sebelum ulang tahun ke 20 dirinya diperintahkan untuk menjadi selir kerajaan Checklofi, dan akan dikirim 2 minggu setelah pemberitahuan itu, tepat ketika berusia 20 tahun. 3 hari sebelum keberangkatan, Canaria dituduh memberikan Obelina racun sehingga membuat Obelina keguguran, dirinya ditangkap dan dikurung di penjara pyrus. Keesokan harinya Anna pelayan pribadi dan Axe pengawal peibadi Canaria membawa Canaria kabur, namun tertangkap. Anna dan Axe dibunuh di tempat di depan mata Canaria. Keesokannya bertepatan ulang tahun ke 20, Canaria di hukum pancung di alun-alun ibu kota" cerita panjang Leo
Derin yang sedari tadi hanya mendengarkan cerita Leo merasa kecewa, ia kecewa terhadap dirinya sendiri yang tidak bisa melindungi Canaria. Padahal dirinya masih mengingat seminggu yang lalu Laticia, mendiang permaisuri, mengiriminya pesan meminta tolong untuk menjaga sang putri, Canaria. Ia merasa sangat bersalah dan bersyukur, ia bersyukur karena dewa masih memberikannya kesempatan untuk menepati permintaan Laticia.
"sedikit membuatku tak menyangka, itu semua adalah permuatan selir Arabella" ujar Leo setelah meminum minuman yang ada di meja. "Obelina memberi tahu Canaria sebelum hukuman pancung itu terjadi, ia membeberkan semua perbuatan dirinya dan sang ibu yang membunuh permaisuri dan menjebak Canaria selama ini, semua itu adalah hasil pemikiran ibunya dan sang kakek, Baron Dexter" lanjut Leo
Wajah tua Derin seketika berumah merah, sungguh ia merasa sangat marah mendengar itu semua. "jika tahu perbuatan mereka akan seperti ini dikemudian hari, aku tak akan memberikan berkat kepada mereka"
"sudahlah, pendam amarahmu itu. Percayakan saja semuanya kepada Canaria, aku yakin ia bisa menyelesaikan semuanya. Lagian aku berencana lusa akan membawa Noah menuju istana untuk memberitahu kaisar jika Noah akan menjadi pengawal Canaria beberapa waktu" ujar Leo
"pengawal? Bukan guru?" tanya Derin heran
"Canaria tidak ingin orang-orang tahu jika dirinya penyihir, aku bisa lihat dirinya saat ini ingin bermain aman agar orang-orang tidak mencurigainya" jawab Leo.
"kabarkan aku ketika kau pergi, aku akan ikut denganmu" ujar Derin
"baiklah, aku pamit. Hari sudah malam, aku yakin Derich sudah memaki-maki ku saat ini" pamit Leo yang langsung hilang di depan mata Derin
Derin hanya bisa menghembuskan nafas, "sampai saat ini aku belum terbiasa dengan sihir teleport nya itu" gumamnya.
AUTHOR POV END
# hello semua..... Bab ini lebih panjang dari yang biasanya, soalnya tanggung kali kalau di potong. Semoga suka ya.....
Jangan lupa tinggalin jejak dengan kasih bintangnya, kalau Ayu ada typo tolong di tandai ya, ntar Ayu koreksi lagi
Terima kasih sudah mampir, sampai ketemu di bab selanjutnya
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm The Villain [HIATUS]
FantasyDi sebuah alun-alun ibu kota kekaisaran, sudah terpasang sebuah alat pancung bagi pendosa. Di alat pancung itu telah bersiap seorang gadis muda yang akan dipancung, tak ada air mata ataupun perasaan yang tergambar di wajah gadis yang sudah pucat itu...