Pagi ini setelah menyelesaikan sarapan, aku berencana akan pergi keliling ibu kota, namun rencana itu harus tertunda karena Kaisar memanggil diriku menuju ruang rapat kekaisaran. Benar, aku melupakan jika hari ini adalah hari rapat rutin kekaisaran.
Anna segera menyiapkan diriku, mulai dari mengganti gaun yang aku pakai dengan yang lebih sepadan dengan tempat yang aku tuju, memakaikan beberapa perhiasan sederhana, dan merapikan rambutku.
Setelah semua persiapan selesai, aku berjalan menuju ruang rapat ditemani oleh Anna. Cukup memakan waktu untuk bisa sampai ke ruangan itu, mungkin hampir 10 menit perjalanan.
Di depan pintu, penjaga pintu memberi hormat kepadaku, aku membalas dengan angukan. Salah satu dari mereka mengumumkan kedatanganku
"Yang Mulia Putri Mahkota Canaria Roseliana Wisteria memasuki ruangan" ujar pengawal itu dengan lantang. Tentu saja orang-orang di dalam ruangan pasti mendengarnya
Pintu ruangan dibuka, aku masuk seorang diri. Pelayan memang tidak diizinkan untuk masuk, begitulah peraturannya. Di dalam ruangan aku bisa melihat ada kaisar, selir, kakak tiri ku, para duke, perdana menteri, baron Dexter yang merupakan ayah si selir, dan petinggi-petinggi menteri dan komandan kemiliteran.
Semuan menunduk hormat atas kedatanganku, tentunya kecuali kaisar, jabatannya satu tingkat di atas ku. Aku berjalan lurus menghadap kaisar, "panjang umur untuk matahari Kekaisaran Clarines, Yang Mulai Kaisar Meroleon Vender Wisteria" ujarku sambil memberi hormat.
"duduklah, putri mahkota" jawab Kaisar yang masih memperlihatkan wajah dinginnya kepadaku.
"baik, Yang Mulia" jawab ku. Bukannya pergi menuju bangku untuk putra atau putri kerajaan, aku berdiri di depan bangku permaisuri yang saat ini di duduki oleh selir.
Aku memandang selir dengan tajam, tak memperlihatkan ekspresi apa-apa. Aku yakin saat ini banyak yang memperhatikanku, namun aku tidak akan peduli. Selir tentunya membalas pandangan ku, ia terlihat seperti meremehkan ku saat ini.
Masih dengan memandang tajam selir, "perdana menteri Tesla" panggilku tanpa berpaling
"ya, Yang Mulia Putri Mahkota" jawabnya. Aku tahu ingat perdana menteri karena beberapa kali aku sering bertemu dengannya ketika ibunda masih ada.
"dalam buku peraturan tata krama kekaisaran yang berlaku saat ini, jika Yang Mulia Permaisuri mangkat dari jabatannya, siapa yang bisa menduduki bangku beliau?" tanyaku yang masih menatap tajam selir
Seketika raut wajah selir tidak karuan, aku sangat yakin dirinya paham apa yang aku maksud. Aku bisa melihat selir mengepalkan tangannya, sepertinya ia menahan marah dan malunya saat ini. Aku juga mendengar suara berbisik orang-orang yang ada di belakan ku, aku sangat yakin jika orang-orang yang berpihak kepada selir sedang memendam amarah.
"dalam buku peraturan tata krama kekaisaran, yang bisa menduduki bangku permaisuri ketika beliau mangkat adalah Yang Mulia Ibu Suri, atau bisa juga putra mahkota atau putri mahkota kekaisaran yang menjabat saat itu" jawab perdana menteri
Aku tersenyum kecil mendapat jawaban dari perdana menteri, "lalu, apakah ada yang bisa merubah isi buku peraturan tata krama kekaisaran, perdana menteri?" tanya ku lagi. Aku memang sengaja memancing selir saat ini, hari ini aku hanya memberi peringatan.
"yang bisa merubah isi buku peraturan tata krama kekaisaran hanyalah saintess dari kuil suci" jawab perdana menteri. Memang benar hanya saintess lah yang bisa merubah isi buku peraturan tata krama kekaisaran, hal ini sudah menjadi peraturan turun-temuran dari awal dibentuknya kekaisaran.
"jadi, apa hukuman bagi yang melanggar isi buku peraturan tata krama kekaisaran, perdana menteri?" tanya ku lagi, saat ini aku bukan memandang selir, tapi aku menatap kaisar yang terlihat marah menatapku.
Bagaimana respon ku? Tentu saja aku menatap dengan senyuman cantik ke arah kaisar itu. tidak mungkin aku menatap dingin ke arah kaisar, yang ada aku dijatuhi hukuman karna lancang terhadap kaisar.
"hukuman diberikan sesuai seberapa banyak larangan yang telah dilakukan, hukuman paling ringan adalah 50 kali cambukan, dan yang paling berat adalah hukuman mati" jawab perdana menteri dengan tegas
Aku berbalik memandang perdana menteri dengan senyuman, "terima kasih atas jawabannya, perdana menteri" ujarku sambil menganggukkan sedikit kepala
"tidak apa, Yang Mulia. Sudah tugas saya" balas perdana menteri yang balas membungkuk
Aku kembali berbalik dan berdiri di depan kaisar, "mohon maaf telah menyita waktu Anda, Yang Mulia Kaisar. Saya akan kembali ke bangku saya" ujar ku memberi hormat dan berjalan menuju bangku yang ada di sebelah Obelina.
Aku tak menyapa Obelina, tapi dari mata kami yang sebentar saling menatap bisa aku lihat amarah yang dipendamnya. Setelah aku duduk di bangku, rapat dimulai setelah kaisar memberi instruksi.
# hai semua..... Jangan lupa tinggalin jejaknya ya, terima kasih and sampai jumpa di next bab
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm The Villain [HIATUS]
FantasyDi sebuah alun-alun ibu kota kekaisaran, sudah terpasang sebuah alat pancung bagi pendosa. Di alat pancung itu telah bersiap seorang gadis muda yang akan dipancung, tak ada air mata ataupun perasaan yang tergambar di wajah gadis yang sudah pucat itu...