Setelah menyelesaikan urusan di toko kue, kami langsung pulang ke istana. Di dalam kereta Aslan masih terlihat lesu, sepertinya ia sangat-sangat berharap untuk bisa mencicipi kue yang aku bawa ini. Rasa ibaku muncul melihat wajah lesunya, hanya saja aku tetap harus bertahan sampai di istana.
Kami turun dari kereta tak jauh dari gerbang istana, setelah kereta pergi kami masuk melalui pintu rahasia yang aku buat beberapa bulan yang lalu jika aku ingin keluar secara diam-diam. Pintu rahasia ini langsung menuju belakang pavilium bulan, sehingga tidak akan ada orang yang curiga jika aku keluar dari istana.
Kami pulang hari sudah sore, untungnya tak banyak penjaga yang bertugas saat ini. Kami mengendap-endap untuk langsung bisa masuk pavilium, aku berhenti di depan pintu ruang belajar.
"Zac, tolong panggilkan yang lainnya. Bilang aku ingin bicara" pintaku
"baik, Yang Mulia" jawab Zacker, ia langsung pergi meninggalkanku dan Aslan.
Aku membuka pintu ruang belajar dan langsung masuk ke dalamnya, aku meletakkan keranjang yang beresi kue di meja, lalu aku duduk di sofa, membuka sepatu dan jubah yang aku pakai, dan merebahkan diri. Untungnya sofa ini panjang, jadi muat untuk tubuh kecilku ini berbaring.
"duduklah, jangan berdiri terus. Saat ini hanya ada kita, aku lelah" ijinku kepada Aslan. "jangan coba-coba mengambil kue yang ada di keranjang, kalau tidak ingin jadi batu" ancamku.
"baik......" jawab Aslan yang masih lesu, tapi aku bisa mendengar dirinya duduk di sofa yang ada diseberangku.
Aku menutup mata, rasanya aku benar-benar lelah dan mengantuk saat ini. Ingin aku tidur, hanya saja beberapa jam lagi akan ada makan malam keluarga yang harus aku datangi, jadi belum saatnya aku tidur.
Suara pintu yang diketuk membuat aku segera bangun dari posisiku, aku menyuruh orang itu masuk. Terlihat Zacker bersama yang lainnya masuk ke dalam ruangan.
"ambillah satu masing-masing dari kalian, lebihnya taruh saja di dalam kamarku. Axe ambil 2, satu lagi untuk Anna. Aslan jangan lebih dari satu. Tolong siapkan air hangat, aku ingin mandi sebelum pergi makan malam nanti" ujarku mengintruksikan.
Aku berdiri dan menjinjing sepatu yang aku pakai tadi, aku terlalu lelah untuk memakainya kembali, lalu berjalan ke arah pintu lainnya yang langsung terhubung dengan kamarku. Aku merebahkan badanku diatas ranjang empuk yang biasa aku tiduri.
Aku teringat surat yang kemarin malam Arnold berikan kepadaku, berisi tentang Obelina membeli sebuah racun dari pedang gelap yang sebenarnya adalah teman Arnold. Aku belum mendapat informasi untuk apa racun itu, hanya saja aku cukup merasa khawatir saat ini.
Jika racun itu untukku, tentunya racun itu tidak akan terlalu berpengaruh terhadapku. Selama 3 bulan ini aku sudah melakukan beberapa kali percobaan tentang racun terhadap tubuhku, dan tidak ada efek samping yang mematikan.
Hanya gejala kecil di awal ketika racun mulai menjalar di dalam tubuhku, setelah itu aku tidak akan merasakan apa-apa lagi. Karena merasa aneh dengan tubuhku, aku melakukan percobaan dengan darahku, ternyata darahku lebih beracun daripada racun itu sendiri.
Aku menceritakan hal ini kepada kakek Leo dan kakek Derin, mereka tidak tahu alasan pastinya mengapa tubuhku seperti itu, hanya saja mereka beranggapan jika tubuhku memang sudah terlahir sangat istimewa dari awalnya. Terlihat dari penampilanku yang sangat berbeda dari anak-anak kebanyakan.
Akhirnya aku tidak terlalu mengambil pusing hal ini, aku hanya perlu menjaga agar aku tidak sampai terluka agar orang-orang tidak tahu. Sejujurnya aku hanya tidak ingin orang lain mengasinggiku karena aku yang berbeda dari yang lain, merasa berbeda itu sebuah kutukan bagiku, kutukan yang membuat aku merasa sendiri.
*
Acara makan malam berlangsung dengan baik, Obelina juga tidak banyak bicara, hanya saja aku merasa sedikit risih dengan tatapan kaisar Leon kepadaku. Sesudah kepulanganku dari Gurandel, aku sering merasa kaisar Leon menatapku, hanya saja aku tidak terlalu memikirkannya.
Bukan hanya sering menatapku ketika kami dalam ruangan yang sama, ia juga menyogok salah satu penjaga yang ada di pavilium untuk mengetahui semua kegiatanku. Aku mengetahui ketika aku keluar dari kamar diam-diam pada malam hari dan melihat pengawal itu yang secara diam-diam masuk ke dalam ruang kerja kaisar Leon.
Aku menggunakan elemen tanah untuk bisa menguping pembicaraan mereka melalui dinding bangunan, dan disitu pengawal itu melaporkan seluruh kegiatanku dari aku bangun sampai tidur lagi. Sejujurnya aku tidak tahu maksud kaisar Leon melakukan itu untuk apa, hanya saja aku rasa itu tidaklah perlu aku risaukan, jadi aku biarkan saja.
Saat ini aku di dalam kamar menghabiskan waktu dengan membaca buku, suara jendela yang diketuk langsung menyadarkanku. Aku meletakkan buku di atas meja, meredupkan cahaya lampu kamar, dan mengambil jubah yang sudah aku sembunyikan di bawah ranjang.
Aku membuka jendela, terlihat Noah sudah menantiku. Jika kalian bertanya apa yang akan aku lakukan bersama Noah malam-malam begini, jawabannya adalah berlatih sihir.
Jadi jangan harap aku akan melakukan hal aneh dengan Noah, hal aneh yang aku maksud itu seperti membuat banjir satu ibu kota. Karena sebelumnya hal itu pernah terjadi ketika aku masih berusaha mengontrol elemen air ku, sehingga sampai seminggu setelah itu ibu kota di sibuk kan dengan perbaikan masal akan dampak dari banjir itu.
Noah sampai melarangku menggunakan elemen air selama sebulan, dan ia memilih untuk mengajari ku pengendalian elemen di tempat yang jauh dari rumah penduduk.
# pagi semua.....
Ini bab terakhir yg Ayu update hari ini ya, jd tolong jgn minta lebih.... Soalnya setelah ini Ayu bakalan sibuk bgt.....
Ayu juga mau kabarin, klu mulai dari hari ini Ayu bakalan update 2 hari sekali. Sekali update Ayu usahain minimal 2 bab ya....
Sampai sini dulu ya minna-san....
Jangan lupa tinggalin jejaknya, kasih bintang and coment nya, sekalian bagi yg mau share juga boleh, trus follow akun Ayu ya
Arigathanks
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm The Villain [HIATUS]
FantasyDi sebuah alun-alun ibu kota kekaisaran, sudah terpasang sebuah alat pancung bagi pendosa. Di alat pancung itu telah bersiap seorang gadis muda yang akan dipancung, tak ada air mata ataupun perasaan yang tergambar di wajah gadis yang sudah pucat itu...