Bab 10 - Interogasi

15K 2K 1
                                    

Malam ini aku menghabiskan waktu dengan membaca buku bisnis, buku ini masih buku dasar, sesuai denganku yang baru belajar. Suara jendela yang diketuk mengalihkan perhatianku, aku melihat siluet seseorang menggunakan jubah di balik jendela. Seseorang itu membuka tudung kepalanya, dan aku melihat bahwa itu Arnold. Aku ingat telah membuat janji untuk bertemu malam ini secara diam-diam.

Aku segera mengambil karet gelang untuk mengikat rambut panjangku agar mudah bergerak nantinya, dan tak lupa jubah bertudung yang cukup lusuh, aku menyembunyikannya di belakang lemari agar tak ada orang yang tahu. tak lupa aku juga mengambil sepatu yang cukup mudah dibawa untuk bergerak.

Setelah merasa siap, aku segera membuka jendela. Aku cukup kesusahan untuk memanjat jendela yang cukup tinggi bagi tubuh kecil ku ini. tapi dengan mudahnya Arnold mengangkatku untuk bisa keluar melalui jendela ini.

"terima kasih, Arnold" ujar ku setelah kami berada di luar.

"sama-sama, Yang Mulia" jawabnya

"mari kita pergi, aku takut ada orang yang curiga aku keluar dari kamarku" pintaku

"baik, Yang Mulia. Mari ikuti saya" balas Arnold. Ia kembali menutup tudung jubahnya menutupi kepalanya, ia juga menggunakan topeng berwarna hitam.

Aku hanya mengikuti langkah Arnold menuju tempat yang kami tuju, penjara bawah tanah yang ada di bawah pavilium ini.

*

Setelah cukup memakan waktu untuk sampai di depan pintu penjara bawah tanah, aku meminta Arnold untuk berhenti sebentar. "aku tak ingin pelayan itu mengetahui diriku, bisakan Arnold menutup mata pelayan itu ketika aku berbicara dengannya?" pintaku

"baik, Yang Mulia. Saya akan meminta anggota saya menutup mata pelayan itu, Yang Mulia bisa menunggu di dalam, di tempat yang tidak terlihat pelayan itu" jawab Arnold memenuhi permintaan ku

Kami masuk ke dalam, sungguh aroma yang tidak mengenakkan, namun aku sudah pernah merasakan aroma tak enak ini. Arnold memintaku untuk menunggu tak jauh dari tempat Vali, pelayan Obelina di sekap. Arnold menghampiri salah satu anggotanya, setelah mendapat instrusi dari Arnold, anggotanya itu mendekati Vali dan menutup mata Vali dengan sapu tangan.

Aku bisa mendengar teriakan Vali yang meminta untuk dilepaskan, dan tentunya hal itu tak mendapat tanggapan apa-apa. Setelah mendapat kode dari Arnold, aku berjalan mendekati Vali yang duduk dibangku di tengah ruangan sel penjara dengan kedua tangan dan kaki yang terikat.

"apa kau suka dengan kamar baru mu ini, pelayan Vali?" tanyaku menyapanya. Aku berdiri menyandar di jeruji besi sel penjara sambil menatap Vali, aku juga membuka tudung kepala yang aku pakai sedari tadi

"siapa kau?" tanyanya dengan nada kesal, atau mungkin lebih tepat marah

"seseorang yang telah kau hancurkan di masa lalu, dan kini aku menuntut balas" jawabku

"apa maksudmu sialan?! Aku tak pernah menyakiti orang" teriaknya. Wah, sungguh kata-kata yang tak baik untuk di dengar anak kecil sepertiku

"lalu, mengapa kau mengirimkan teh yang berisi racun kepada permaisuri?" tanyaku santai

Vali diam, sepertinya ia tak tahu akan berkata apa karena aku mengetahui hal ini. "ap... apa... yang kau katakan! Aku tak pernah berbuat seperti itu" bantahnya dengan gugup

Aku tersenyum, dirinya kira aku masih bodoh seperti dulu, melihat ia gugup seperti itu saja sudah meyakinkanku. "apa yang dijanjikan Obelina dan Arabella? Uang? Tanah? Jabatan? Status?" tanyaku

"siapa kau sebenarnya?" tanyanya yang tak menjawabku

"malaikat pencabut nyawa mu?!" tanyaku balik dengan senyuman. Tapi sayang Vali tak bisa melihat senyuman ku saat ini.

Vali tak berkata apa-apa, ia hanya diam. Aku masih ingat bagaimana setianya Vali kepada Obelina, sampai-sampai dahulu ia rela mati demi Obelina. Di masa lalu Vali mati menggantikan Obelina karena Obelina ingin dibunuh oleh pembunuh yang saat itu mengincar Putri Mahkota.

"melihat bagaimana setianya dirimu terhadap Obelina dan Arabella, tak ada gunanya bertanya kepadamu lagi. Selamat menunggu hukuman mati mu, pelayan Vali" ujarku. Aku meninggalkan sel penjara itu untuk kembali menuju kamarku, tentunya langkahku ini diikuti oleh Arnold.

Perjalanan kembali menuju kamar ku tak selama perjalanan pergi tadi karena sudah tak banyak pengawal yang bertugas, dengan bantuan Arnold aku masuk dengan mudah ke dalam kamar.

"Arnold, tunggu sebentar" pintaku agar Arnold tak segera pergi. Aku segera mengambil peti kecil yang aku sembunyikan di bawah tumpukan kain yang ada di dalam lemari, aku menyerahkan peti itu kepada Arnold. Arnold mengambil peti itu dengan heran

"di dalamnya ada beberapa perhiasan yang biasa dipakai ibunda, buatlah bukti dengan perhiasan itu bahwa Vali menjualnya di pelelangan ilegal. Kamu yang mendapat tugas dariku menyelidiki pelelangan ilegal yang ada di kekaisaran ini menyadari jika perhiasan yang di jual adalah perhiasan ibunda, sehingga kamu menangkap orang yang telah mencuri perhiasan itu dari ibunda. Dengan alasan itu kamu menangkap Vali yang mencuri perhiasan ibunda"

"sampai hari rapat rutin kekaisaran seminggu lagi diadakan, jangan tunjukkan wajahmu di ibu kota. Kita akan membuka kasus meninggalnya ibunda seminggu lagi. minta salah satu anggotamu untuk menggantikan tugas mu di sini selama kamu pergi penyelidikan pelelangan ilegal"

"sehari atau dua hari sebelum rapat rutin kekaisaran seminggu lagi, aku akan pergi menemui pengawal yang menjadi saksi itu. aku akan memberi kabar melalui anggotamu itu" ujarku panjang lebar. Sungguh aku harus memutar otak untuk bisa menemukan ide penangkapan Vali.

"baik, Yang Mulia. Saya akan melakukannya" jawab Arnold dengan tegas

"pergilah, hati-hati di jalan pulang" ujarku mengingatkan

"baik, Yang Mulia. Saya permisi" pamitnya yang langsung pergi meninggalkanku

Aku segera menutup jendela kembali, jubah dan sepatu yang aku gunakan tadi aku sembunyikan kembali di belakang lemari. besok aku akan meminta Anna secara diam-diam untuk membersihkannya, walau aku yakin Anna pasti banyak bertanya nantinya.






# pagi Minna..... Ayu is back 😁😁😁
Ayu mau kasih kabar buruk nih, untuk seminggu ke depan Ayu bakalan hiatus dulu 😭😭😭
Ayu lagi demam, flu, sm batuk juga. Bukan Corona ya, jgn di do'a in juga, ntar Ayu gk jd up lg. Emg udh penyakit rutin sih klu dh masuk musim kyk gini, mudah kumat sakitnya. Jadi mohon bersabar buat nantiin lanjutannya ya
See u next bab minna-san......

Jgn lupa tinggalin jejak kalian ya....
Arigathanks

I'm The Villain [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang