Bab 32 - Count Gerald

6.1K 887 18
                                    

Sudah 6 hari berlalu semenjak aku berkunjung ke toko pedang, hari ini aku ditugaskan untuk menyambut kedatangan utusan dari beberapa kekaisaran yang akan menginap di istana karena lusa akan dilakukan pesta, lebih tepatnya pesta ulang tahun kaisar Leon.

Sedari pagi sudah banyak tamu-tamu undangan yang hadir, aku dan juga perdana menteri Tesla bertugas untuk menyambut kedatangan tamu-tamu undangan itu. Seharusnya Obelina juga ikut dalam penyambutan tamu, hanya saja aku tidak tahu dirinya sudah lari kemana.

Sore harinya kegiatan ini baru berakhir ketika seluruh tamu undangan yang akan menginap sudah hadir di istana, jujur aku merasa sangat-sangat lelah karena terlalu lama berdiri sedari pagi. Beruntungnya aku dan perdana menteri Tesla masih sempat untuk makan siang, jika tidak mungkin aku sudah tidak sanggup berdiri lagi saking lelahnya.

Malam harinya, seluruh tamu undangan yang menginap di istana di undang untuk ikut perjamuan makan malam. Perjamuan ini dilakukan di ruangan yang lebih luas karena banyaknya tamu yang hadir, sekitar 20 orang dari perwakilan masing-masing kekaisaran maupun kerajaan.

Acara makan malam ini berlangsung dengan baik, hanya saja aku merasa sedikit janggal dengan seorang pria berpangkat Count yang menjadi salah satu utusan dari Gurandel. Dirinya terlalu sering menatap Arabella dan Obelina secara bergantian dari jauh, aku juga bisa melihat bagaimana Arabella yang merasa risih ditatap terus oleh Count itu.

Aku jadi mencurigai jika mereka ada hubungan, hanya saja yang sedikit membuatku kepikiran, jika dipandang dengan seksama, aku merasa jika wajah Count itu sedikit mirip dengan Obelina. Aku tidak tahu apakah ini memang pandanganku yang salah atau bagaimana, hanya saja setelah ini aku akan meminta tolong Arnold untuk mengawasi Count itu.

2 hari yang lalu aku mendapat surat dari paman Killua jika dirinya ataupun yang lain tidak dapat menghadiri pesta karena ada masalah internal di kekaisaran, maka dari itu dirinya mengutus 2 orang perwakilan dari Gurandel. Sang perdana menteri yang bernama Delon dan Count yang sedari tadi menjadi objek pemikiranku.

Setelah acara perjamuan selesai, aku langsung menuju kamarku, aku benar-benar ingin langsung tidur saat ini. Rasanya lebih baik berlatih sihir, pedang, ataupun panahan daripada berdiri menyambut tamu dari pagi sampai sore.

Setelah mengganti pakaian dengan pakaian tidur, suara pintu yang diketuk membuat langkahku yang akan menghamburkan badan ke atas ranjang harus terhenti. Aku mengambil sebuah jubah untuk menutupi pakaian tidur yang cukup tipis ini.

Setelah mengijinkan masuk, Arinda masuk ke dalam kamar, sebelum berbicara ia memberi hormat. "maaf, Yang Mulia. Perdana Menteri Delon dari Gurandel ingin bertemu dengan anda" ujarnya.

"pinta dirinya menunggu di ruang tamu, tolong siapkan teh. Aku akan segera kesana" jawabku.

"baik, Yang Mulia" jawab Arinda. Ia memberi hormat, lalu keluar dari kamarku.

Aku menghembuskan nafas lelah, rasanya ingin menangis. Apalagi melihat ranjang yang sudah di depan mata tapi tidak bisa aku nikmati. Aku mengambil baju yang paling sederhana dan mudah untuk digunakan didalam lemari, setelah memakainya aku langsung keluar dari kamar.

Di ruang tamu pavilium, aku melihat hanya perdana menteri Delon. Ia memberikan hormat ketika aku masuk, "maafkan kelancangan saya yang berkunjung malam-malam seperti ini, Yang Mulia" ujarnya.

"tak apa, duduklah" ijinku. Aku duduk di hadapannya, "ada apa?" tanyaku ketika dirinya sudah duduk. Beruntungnya teh hangat sudah tersaji di meja, jadi tidak akan ada yang menganggu pembicaraan kami.

"saya mengantarkan surat dari keluarga kekaisaran untuk anda" ujarnya sambil mengeluarkan 6 buah amplop surat dari saku jas nya dan meletakkan di atas meja

Aku mengambil ke-6 amplop surat itu, di depannya tertulis nama masing-masing pengirim. Dari pama Killua, bibi Luyana, nenek Viola, kakek Alliandro, kak Edward, dan Aura. Dan aku bisa merasakan bagaimana perdana menteri Delon kesusahan dengan ke-6 surat ini.

"perdana menteri, jika aku boleh tahu. Siapa pria yang duduk disebelahmu ketika perjamuan tadi?" tanyaku yang ingat tentang Count tadi, aku hanya tahu ia berpangkat Count dari surat resmi nama-nama yang menjadi utusan.

"ia Count Gerald, Yang Mulia. Yang Mulia Kaisar memilihnya untuk menemani saya datang kesini" jawabnya

"bisakah perdana menteri ceritakan tentang dirinya lebih lanjut? Aku hanya penasaran, ketika aku ke Gurandel beberapa bulan yang lalu aku belum pernah melihatnya" tanyaku

"Count Gerald baru diangkat menjadi Count 2 minggu yang lalu menggantikan ayahnya yang meninggal karena kecelakaan. Yang saya tahu, selama ini ia banyak menghabiskan waktunya untuk berdagang di berbagai kekaisaran ataupun kerajaan, jadi sayang tidak terlalu kenal dekat dengannya" jawab perdana menteri

"berarti tak banyak orang yang kenal dengannya?" tanyaku menarik kesimpulan

"benar, Yang Mulia" jawab perdana menteri membenarkan

"ah, maafkan aku. Aku lupa mempersilahkan perdana menteri untuk minum" ujarku yang melupakan perihal minuman yang sudah tersaji di atas meja.

"tak apa, Yang Mulia. Tadi saya sudah minum sambil menunggu anda" jawabnya cepat. "saya permisi, Yang Mulia. Sudah terlalu larut saya menyita waktu anda" pamitnya.

"baiklah, terima kasih atas suratnya, perdana menteri" ujarku

"sama-sama, Yang Mulia. Saya permisi" ujarnya, memberi hormat lalu keluar dari ruangan.

Setelah perdana menteri keluar, aku meletakkan surat-surat itu disampingku, aku mengambil cangkir teh yang belum aku minum sedari tadi. Setelah menyisakan sedikit, aku meletakkan cangkir teh itu kembali di atas meja.

Aku keluar dari ruangan sambil membawa surat-surat itu, di depan pintu telah menunggu Arinda, Aluna, Zacker, dan Aslan. "Arinda, tolong bereskan yang di dalam. Aluna, tolong bawakan kertas dan alat tulis ke kamarku, aku ingin mengirim surat malam ini. Aku akan kembali dengan Zac dan Aslan" intruksiku.

"baik, Yang Mulia" jawab Arinda dan Aluna serentak. Mereka langsung pergi melakukan apa yang aku pinta.

"Zac, Aslan, ayo" ajakku. Kami berjalan bersama menuju kamar ku yang memang tak terlalu jauh dari ruang tamu.

"kalian berjagalah disini, aku akan meminta kalian untuk mengirim surat kepada Arnold malam ini juga" ujarku ketika kami sudah sampai di depan pintu kamar.

"baik, Yang Mulia" jawab mereka serentak yang langsung mengabil tempat berjaga di depan pintu kamarku

Aku masuk ke dalam kamar, yang tak lama sudah disusul oleh Aluna sambil membawa kertas dan alat tulis untukku.


***

MOHON MAAF ATAS KETIDAKNYAMANANNYA

HAPPY READING ALL

AYUMI, 9-9-21

I'm The Villain [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang