Hari ini merupakan hari dimana kaisar Leon akan melaksanakan perayaan penambahan usianya, jika ditanya apakah aku bersemangat mengikuti pesta ini, jawabannya tidak. Tentunya aku hanya akan bosan dan dikucilkan seperti biasanya. Lagian aku juga tidak mempunyai relasi dengan anak-anak bangsawan seusiaku.
Perayaan berlangsung pada malam hari, dan sedari pagi aku sudah disibukkan dengan berbagai macam persiapan. Perayaan ini langsung ditangani oleh Arabella yang diawasi oleh nenek Verbeda, hal ini juga termasuk salah satu ujian untuk kelayakan kenaikan pangkat dirinya.
Seharian ini aku belum mendapat kabar terbaru dari Arnold tentang hubungan Arabella, Count Gerald dan Obelina. Sepertinya dirinya membutuhkan waktu lebih lama untuk menyelidiki hal ini, hanya saja aku berharap sebelum para utusan pulang masalah ini sudah selesai.
Lagian jika benar Obelina bukan anak kaisar Leon, Arabella bisa dihukum dengan sangat berat berani berbohong dan mempermainkan keluarga kekaisaran. Sehingga aku tidak akan punya penyesalah lagi di dunia ini.
Untuk Obelina, aku sebenarnya tidak ingin membuatnya mati. Sifatnya itu pasti turun dan dididik dari sang ibu, maka hal ini akan menjadi tanggung jawab Arabella sebagai sang ibu. Jika memang terbukti dirinya bukan anak kaisar, kemungkinan dirinya hanya akan menjadi rakyat biasa.
Aku juga belum mendapat balasan dari kakek Derin dan kakek Leo tentang pembuktian orang tua kandung itu, sepertinya mereka juga sedang sibuk dengan urusan mereka. Saat ini aku hanya bisa menunggu, menunggu, dan menunggu.
Suara pintu yang diketuk membuat pikiran tentang masalah tadi langsung buyar dari kepalaku, setelah mengizinkan orang itu masuk yang ternyata Cleo, aku hanya menatap dengan heran
"sudah saatnya anda menuju aula pesta, Yang Mulia" ujarnya. Memang sebelumnya aku sudah mewanti-wanti agar dirinya tidak melakukan penghormatan yang hanya akan membuang waktu jika hanya ada dirinya dan aku seorang.
Aku menghembuskan nafas dengan kasar, aku hanya bisa menyemangati diriku sendiri, ketika sampai disana aku hanya akan berperang dengan kata-kata. Tidak tahu jika ada yang membuat kesabaranku habis, mungkin akan aku buat beku mulutnya itu agar berhenti berbicara.
Aku bangkit dari duduk ku, "mari kita pergi" ujarku berjalan keluar dari kamar.
**
POV AUTHOR
Teriakan penjaga yang mengumumkan kedatangan seseorang membuat atensi orang-orang yang menghadiri pesta teralihkan, ingin menyaksikan seseorang yang masuk ke dalam aula hanya seorang diri.
Dengan gaun berwarna merah yang sama dengan iris matanya, orang itu... bukan, gadis kecil itu berjalan menuju sisi aula pesta yang lainnya. Lebih tepat menghampiri keluarga kekaisaran yang lainnya.
"Hormat saya kepada Matahari Kekaisaran Clarines, Yang Mulai Kaisar Meroleon Vender Wisteria" ujar gadis kecil itu memberikan hormat
"bangunlah, putri" jawab dari kaisar
"terima kasih, Yang Mulia Kaisar" jawab gadis kecil itu dengan senyuman kecilnya
"pergilah berbaur dengan sekitar" ujar kecil kaisar yang hanya bisa di dengar oleh orang-orang yang ada disekitarnya.
Gadis kecil itu tidak menjawab, ia masih mempertahankan senyum kecilnya, lalu berbalik dan mengasingkan diri duduk di sofa yang ada di tepi-tepi aula pesta seorang diri.
Obelina yang saat itu bersama dengan 3 orang temannya yang dikenalnya di academi berjalan mendekat kearah gadis kecil atau bisa dikatakan tokoh utama wanita dari novel ini, Canaria.
"selamat malam, adikku" sapa Obelina
POV AUTHOR END
Aku yang sedari awal melihat Obelina dan 3 orang temannya berjalan mendekatiku, sudah bisa menebak jika mereka akan memulai perang kata-kata. "selamat malam juga, kakak" balasku seadanya. Banyak alasan bagiku jika mereka mempermasalahkan aku yang tidak sopan membalas sapaan Obelina
Salah satu dari teman Obelina menutup separuh wajah bagian bawahnya dengan kipas, "mohon maaf, putri. Saya rasa anda tidak sopan berbicara seperti itu kepada kakak anda" ujarnya
"mohon maaf lady, saya rasa kurang sopan juga jika lady menyela pembicaraan kami tanpa izin dan juga tanpa memperkenalkan diri terlebih dahulu. Apalagi disaat kami berbicara dalam bahasa informal, yang artinya bisa dikatakan itu termasuk pembicaraan privasi" jawabku dengan senyuman.
Mereka terdiam sesaat, "mohon maafkan sikap teman-teman kakak, Cana. Mereka tidak tahu hubungan kita yang 'sangat baik' sehingga mereka marasa jawabanmu tidak layak untuk seorang putri" balas Obelina.
Aku kesal, sungguh. Kenapa kalimatnya harus dibelit-belitkan coba, mengapa tidak langsung ke intinya saja. "aku tidak akan mempermasalahkannya kak, itu sudah biasa terjadi kepada putri-putri bangsawan yang terlalu disayang oleh orang tuanya, sehingga tata kramanya kurang" balasku
"dan juga, kakak. Kalimat kakak barusan juga membenarkan kalimat sapaan yang kakak ucapkan tadi juga tidak layak bagi seorang putri. Jika kakak bertanya mengapa aku juga membalas sapaan kakak dengan bahasa informal, itu karena lawan bicaku yang lebih dulu berbicara informal" lanjutku
Sepertinya ceramah singkatku ini membuat mereka terdiam dengan wajah memerah menahan marah, beruntung saat ini kami di sudut ruangan, jika di tengah ruangan tentunya akan lebih membuat mereka malu.
Dari kejauhan aku bisa melihat nenek Verbeda memberikan kode untuk aku menuju tempatnya, akhirnya aku bisa mengakhiri ini. aku berdiri, "Putri Obelina dan lady-lady sekalian, saya mohon izin karena Yang Mulia Ibu Suri memanggil saya, permisi" pamitku menunduk sedikit atau mungkin bisa dibilang anggukan kecil, lalu pergi dari mereka
HAPPY READING
AYUMI, 19-9-21
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm The Villain [HIATUS]
FantasyDi sebuah alun-alun ibu kota kekaisaran, sudah terpasang sebuah alat pancung bagi pendosa. Di alat pancung itu telah bersiap seorang gadis muda yang akan dipancung, tak ada air mata ataupun perasaan yang tergambar di wajah gadis yang sudah pucat itu...