Setelah melakukan sarapan bersama dengan para tamu undangan, beruntungnya aku bisa menghindar dari perkumpulan para nyonya atau permaisuri dari tamu-tamu yang datang, yang saat itu dipandu oleh nenek dan Arabella. Tentunya dengan alasan aku harus belajar karena kemarin aku sudah tidak masuk.
Sebelum sarapan, aku mendapat kabar dari mata-mata yang ada di kediaman Obelina, jika dari kemarin Obelina sedang sibuk dengan urusan gaun dan perhiasan yang akan dipakainya dalam pesta besok.
Aku benar-benar tidak mengerti bagaimana jalan fikir Obelina saat ini, jika dikehidupan sebelumnya ia akan menghabiskan waktu untuk ikut pertemuan sosialita sambil menjelek-jelekkan namaku, maka seharusnya hari ini ia ikut dengan nenek dan Arabella.
Hari ini rapat rutin kekaisaran ditiadakan, sehingga jam belajarku yang seharusnya setelah makan siang aku ganti setelah sarapan. Beruntungnya sebelum jam makan siang aku sudah selesai dengan kegiatan belajarku ini.
Setelah makan siang, aku meminta Zac untuk menjemput pedang pesananku seminggu yang lalu. Aku masih memiliki beberapa hal yang harus aku kerjakan di ruang kerja ku, salah satu nya tugas esai yang diberikan oleh guru politik dan bisnis ku.
**
Aku tidak tahu sudah berapa lama waktu berlalu, yang bisa aku lihat saat ini langit yang tadinya berwarna biru, kini sudah berwarna jingga. Aku menyelesaikan semua tugas-tugas yang sudah diberikan oleh guru-guru ku itu, dan bertepatan ketika seseorang mengetuk pintu ruang kerja ku.
Setelah mengizinkan orang itu masuk, aku melihat Zac dan juga Arnold datang bersamaan. "ada apa?" tanyaku memotong salam hormat mereka
"maaf, Yang Mulia. Saya ingin melaporkan tentang permintaan anda tadi malam" jawab Arnold
Aku membalas dengan anggukan, "Zac?" tanyaku menanti perkataanya
"saya sudah membawa pesanan anda, Yang Mulia. Barangnya jga sudah ada di kamar anda" jawabnya memberi tahu
"baiklah, terima kasih. Dan tolong tinggalkan aku dengan Arnold sebentar" balas dan pintaku
"baik, Yang Mulia. Saya pamit" ujarnya. Setelah memberi hormat ia langsung keluar dari ruangan ini.
"duduklah, Arnold" ujarku mempersilahkan. Sepertinya pembicaraan ini akan sangat serius melihat dari raut wajah Arnold yang terlihat tidak senang.
Ia duduk sesuai permintaanku, "maafkan saya, Yang Mulia. Tapi sepertinya hal ini akan sedikit sulit untuk ditangani" ujarnya
"ada apa?" tanyaku heran
"siang tadi Count Gerald bertemu dengan selir Arabella disalah satu bar, mereka menyewa tempat tertutup untuk berbicara. Saya sedikit sulit untuk mendengar pembicaraan mereka, hanya saja saya melihat sepertinya mereka berselisih paham. Saya hanya mendengar sedikit permasalahan mereka tentang ayah putri Obelina bukanlah kaisar Leon" jawab Arnold ragu-ragu
"apa?... tunggu... bagaimana bisa?" tanyaku heran dan terkejut
"saya masih mencari informasi kebenarannya, hanya saja ketika sebelum selir Arabella diangkat menjadi selir, banyak isu-isu yang beredar jika dirinya banyak menjalin hubungan dengan beberapa pria bangsawan di luar kekaisaran" jawab Arnold
"sial..... orang-orang yang bisa membuktikan hal ini sudah mati semua" ujarku kesal. Jika tahu akan ada hal semacam ini, aku tidak akan cepat-cepat membunuh antek-antek ular itu, membuat salit kepala saja
"Arnold, telusuri isu itu kembali, cari dari mana sumbernya dan selidiki. Aku harap kamu bisa menyelesaikannya sebelum Count Gerald kembali ke Gurandel. Dan juga.... apa di kekaisaran ini ada yang bisa membuktikan orang tua biologis seorang anak? Dari sihir atau dari apa begitu" tanyaku
"saya kurang tahu tentang itu, Yang Mulia. Saya rasa anda bisa menanyakan hal itu kepada Penyihir Agung atau Pendeta Agung, kemungkinan mereka mengetahui sesuatu terkait hal tersebut" jawab Arnold
"baiklah, aku akan menanyakan hal itu kepada kedua kakek itu. Terima kasih atas informasinya, kamu bisa kembali. Dan juga, titip salamku untuk Veronica dan adik kecilku, ingin rasanya aku segera bertemu dengannya" ujarku, mengingat 3 minggu lagi Veronica dijadwalkan akan melahirkan oleh dokter.
"tentu, Yang Mulia. Tidak lama lagi anda bisa bertemu dengannya" jawab Arnold dengan senyum kecilnya. Sungguh terlihat bagaimana bahagianya dirinya menemukan belahan jiwanya dan juga tidak lama lagi buah hati mereka akan segera lahir. Aku sungguh berharap ibu dan anak itu selamat ketika proses melahirkan.
"tentang isu itu, saya akan segera memberitahu anda segera jika ada titik terangnya. Saya permisi, Yang Mulia" pamit Arnold. Setelah memberi hormat dirinya keluar dari ruanganku.
Setelah Arnold pergi, aku melirik ke arah jendela yang sudah berganti malam. Dari tempat aku duduk saat ini, aku menyalurkan mana milikku menuju lampu sihir yang ada di tengah bagian atas ruangan, seketika ruangan yang tadinya sudah mulai gelap seketika terang menderang.
Aku berdiri dari sofa yang aku duduki, berjalan menuju kamar melalui pintu penghubung yang ada di dalam ruangan. Aku kembali menggunakan sihir untuk mengaktifkan batu sihir yang ada di atas ruangan, setelah menyala berjalan mendekati sebuah kotak kayu panjang yang ada di dekat jendela.
Membuka kotak itu perlahan, terlihat pedang berwarna biru gelap seperti dalamnya lautan, dan gagang pedang yang berwarna hitam yang membuat pedang itu sangat menyatu dengan kedua warna itu. Di permata biru gelap yang ada di penghubung bilah pedang dengan gagangnya, aku membacakan beberapa mantra sihir dan mana milikku di dalamnya.
Diantara mantra sihir itu, terdapat mantra pelacak dan mantra perintah jika pedang itu bisa digunakan atas seizinku. Pedang ini akan aku berikan sebagai hadiah ulang tahun kaisar Leon nantinya, sebenarnya aku tidak ingin repot-repot memberikan mantra sihir kepada pedang ini, hanya saja pesan ibunda yang membuatku merasa perlu memasang mantra sihir itu.
Suara ketukan pintu mengalihkan pandanganku dari pedang itu, sebelum menjawab panggilan itu, aku menutup kembali kotak pedang itu dan menyimpannya di bawah ranjang. Setelah itu barulah aku mengizinkan orang itu masuk.
Terlihat Aluna dan Arinda masuk ke dalam kamarku, "ada apa?" tanyaku memotong ucapan hormat mereka
"malam ini tidak ada jamuan makan bersama, jadi koki istana bertanya anda ingin makan apa untuk malam ini?" tanya Arinda
"aku ingin sandwich dan teh jasmine. Aku tidak ingin makan makanan yang berat, tolong sampaikan itu kepada kepala koki istana" jawabku
"baik, Yang Mulia. Apa anda butuh yang lainnya?" tanya Aluna
"tolong siapkan air hangat, aku ingin mandi sebelum makan malam" jawabku lagi
"baik, Yang Mulia. Kami permisi" pamit mereka serentak. Mereka memberikan hormat dan langsung meninggalkanku di dalam kamar.
Sambil menunggu, aku mengambil sebuah buku ilmu sihir baru yang diberikan Noah baru-baru ini. Aku menghabiskan waktu dengan membaca buku itu sampai Aluna dan Arinda kembali.
Happy Reading
Ayumi, 17-9-21
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm The Villain [HIATUS]
FantasyDi sebuah alun-alun ibu kota kekaisaran, sudah terpasang sebuah alat pancung bagi pendosa. Di alat pancung itu telah bersiap seorang gadis muda yang akan dipancung, tak ada air mata ataupun perasaan yang tergambar di wajah gadis yang sudah pucat itu...