Keadaan

10.3K 681 1
                                    




Happy Reading

"Maaf, saya terpaksa melakukan hal itu. Seharusnya anda berterima kasih kepada saya karena telah menyelamatkan anda dari preman tadi. Bukannya malah seperti ini. Lagian itu bukan bibir kan, saya hanya mencium kening. Mengapa anda sensitif seperti ini." Balas Azzar datar tanpa merasa bersalah sedikit pun.

Dijah tidak menyangka bahwa Azzar bisa-bisanya berbuat dan berkata demikian tanpa merasa bersalah sedikit pun. Ia ingin memarahinya juga membentaknya, namun dirinya tidak bisa. Karena meskipun ia marah-marah sekalipun, pasti akan disepelekan begitu saja.

Tanpa menanggapi ucapan Azzar, Dijah pun langsung bergegas pergi meninggalkan tempat itu tanpa memerdulikan Azzar kembali. Hatinya terasa sakit mengingat perkataan dan perbuatan Azzar terhadapnya.

"Huh, dasar cewek." Ucap Azzar yang juga langsung pergi dari sana.

>>>................<<<


Sesampainnya di sekolah, Dijah terlihat sangat lesu dan tidak bersemangat mengingat kejadian tadi. Ingin rasanya ia menangis meluapkan dan menumpahkan segala keluh kesahnya, namun ia masih mengingat prinsip hidupnya untuk selalu kuat dalam segala permasalahan apapun yang tengah menimpanya.

"Dijah, kamu kenapa?. Kok tumben lesu gitu, jangan-jangan kamu sakit. Kalau sakit mending ngak usah ngajar aja Dijah, daripada nanti pingsan kan." Ucap Salma yang melihat kondisi Dijah yang terlihat tidak bersemangat dan wajahnya yang terlihat sedikit pucat.

"Aku ngak papa kok, Ma. Paling cuma kecapekan tadi habis jalan jauh ke halte buat nunggu bus ke sini. Ayo! Kita ke kelas, udah bel kan." Balas Dijah seraya berdiri dari duduknya dan mengambil beberapa buku yang dibutuhkannya untuk mengajar nanti.

"Iya deh, ayo!" Ujar Salma sambil berjalan di samping Dijah menuju kelas yang akan di ajarnya.

-

-

-

-

"Bismillah." Ucap batin Dijah sambil menggenggam gagang pintu kelas yang akan di ajarnya itu.


"Assalamualaikum, semuanya." Ucap Dijah ketika sudah berada di dalam kelas dan berusaha untuk tersenyum, walau itu sulit mengingat penyebab kesedihannya juga berada di kelas yang tengah ia masuki ini. Memang benar, sekarang Dijah sedang mengajar di kelas dua belas IPS satu dan tepatnya adalah kelas yang ditempati oleh Azzar.

"Walaikumussalam warakhmatullah, Bu." Sahut para siswa serentak.

"Hari ini kita ada dua jam pelajaran, saya akan membaginya menjadi satu jam untuk materi dan satu jam untuk membahas bazzar yang akan dilaksanakan dua hari lagi. Jadi, saya akan memberikan kesempatan untuk kalian supaya bisa merencanakannya dengan baik." Ujar Dijah yang berusaha bersikap seceria mungkin, meskipun hatinya sedang dilanda kesedihan.

"Baik, Bu." sahut para siswa serempak.

Dijah pun memulai kegiatannya untuk mengajar para anak didiknya itu, dirinya berusaha seprofesional mungkin dengan tidak melibatkan permasalah pribadi dengan kegiatan mengajarnya. Ia tak ingin anak didiknya sampai terganggu akan hal itu. Dijah berusaha fokus mengajar dan mengindari untuk tidak memandang ke arah Azzar, yang entah mengapa dapat ia rasakan kalau Azzar sedari tadi tengah menatapnya begitu intens.

oOo


Satu jam kemudian...

Imam Mudaku [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang