Awal Kisah

19.5K 837 5
                                    


Happy Reading

Lantunan ayat suci yang mengalun indah mengawali terbitnya sang mentari dari tempat peraduan. Terbitnya sang mentari dari ufuk timur menandakan dimulainya hari bagi setiap insan manusia yang hidup di muka bumi ini.

Tak terkecuali dengan gadis bernama Khadijah Safira Abdullah atau kerap dipanggil Dijah. Gadis yatim yang merantau ke Jakarta untuk mengadu nasib sebagai guru ini, harus rela meninggalkan sang Ibu di desa. Dijah tinggal di rumah kontrakan minimalis yang bisa dibilang cukup sederhana, karena dirinya memang hidup dari keluarga yang juga jauh dari kata berkecukupan menjadikan gadis itu harus bertahan dengan segala kemampuannya.

"Hari ini aku ngajar di SMA Jaya Garuda, alhamdulillah tempatnya ngak terlalu jauh dari kompleks perumahan ini. Kayaknya cukup pakai bus aja kan ya." Monolog Dijah pada dirinya sembari bersiap-siap dengan baju batiknya karena ia baru pertama kali mengajar di SMA itu otomatis dia belum memiliki seragam resmi SMA tempat dia mengajar.

Setelah siap dengan jilbab segi empat berwarna coklat susu yang sudah terpasang rapi menutupi kepalanya, Dijah kini memulai untuk sarapan dengan masakan yang telah ia siapkan sebelumnya. Walaupun sederhana, tapi Dijah tetap bersyukur bagaimanapun ia masih bisa merasakan makanan yang cukup dan layak.

-

-

-

"Bismillah, semoga hari ini dilancarkan." Ucap Dijah setelah membereskan tempat makannya tadi dan bersiap untuk berangkat ke tempat kerjanya.

__________


Dalam waktu yang bersamaan, di sisi lain ada seorang laki-laki yang selalu menjalani rutinitas paginya dengan kebiasaan buruk yang salam ini belum bisa ia tinggalkan.

" Gila, gua kesiangan. Argh, sial." Ujar laki-laki itu ketika melihat jam yang berada di atas nakas sebelah ranjangnya, dan langsung berlari menuju kamar mandinya. 

Laki-laki itu adalah Azzar Abdullah Firdaus atau kerap dipanggil dengan Azzar. Cowok bad boy berpawakan tinggi dan tampan yang selalu bertingkah diluar aturan dan semaunya sendiri. Dengan gerakan kilat Azzar langsung menyelesaikan ritual mandinya dan siap untuk turun ke bawah.

"Azzar, sarapan dulu Nak. Lagian kamu dibangunin dari tadi ngak bangun-bangun." Ujar seorang wanita paruh baya yang sedang menyiapkan makanan di meja makan, ketika melihat putranya menuruni tangga dengan tergesa-gesa. Dia adalah Mama Azzar, yang bernama Syifa.


"Ngak usah, Ma. Aku langsung berangkat aja, keburu telat." Balas Azzar sembari mencium tangan Mama-nya itu dan berlari keluar dari rumah besarnya itu. 

Setelah berada di dekat motor besarnya itu, tanpa menunggu lagi Azzar langsung menaiki motornya dan melajukan motor besarnya itu dengan kecepatan di atas rata-rata seperti orang kesetanan saja. Dirinya tak perduli dengan kendaraan yang berlalu lalang di depannya, ia berkendara menyelip sana-sini agar bisa sampai ke sekolahnya tanpa terlambat.

-

-

-

Hingga akhirnya, dirinya sampai di depan gerbang sekolahnya. Namun, sayang sekali gerbang sekolahnya telah ditutup rapat.

"Azzar..Azzar..Azzar, kapan kamu mau berubah sih. Heran saya sama kamu, sebenarnya kamu niat sekolah atau enggak. Kalau ngak niat mending kamu kerja aja daripada sekolah cuma bikin malu orang tua." Bentakan seorang Guru BP dengan ciri khasnya yang selalu membawa tongkat dari rotan yang bernama Nina itu pun, telah mengalun merdu di kedua telinga Azzar.

Imam Mudaku [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang