Happy Reading
"Penyebab kambuhnya penyakit jantung dari Bu Syifa, salah satunya adalah karena faktor kelelahan yang mungkin beliau terlalu menforsir pekerjaannya atau melakukan sesuatu yang cepat membuat tubuhnya lelah. Saya sarankan agar Bu Syifa bisa mengontrol aktivitasnya, jangan sampai terlalu kelelahan dan terlebih pola makan beliau juga perlu di jaga. Saya takut penyakit jantungnya akan kambuh lagi dan itu cukup membahayakan beliau nantinya. Saya akan berikan resep obatnya dan tolong kamu awasi beliau dengan baik. Beliau sebaiknya di rawat di sini dulu, kira-kira dua sampai tiga hari agar saya dapat memantau keadaan beliau." Jelas dokter itu sambil menuliskan resep obat untuk diberikan kepada Azzar.
"Baik, Dokter. Saya akan selalu mengawasi Mama saya."
"Dan satu lagi, jangan biarkan pikirannya terlalu tertekan atau sampai stres ya." Balas Dokter sembari memberikan resep obat yang telah di tuliskannya tadi.
"Baiklah, Dok. Kalau begitu saya permisi dahulu." Jawab Azzar sebelum berjalan keluar dari ruangan Dokter tersebut dan akan menebus obat untuk Mama-nya.
>>>.....................<<<
Di sisi lain, saat ini Dijah tengah duduk di atas ranjangnya seraya mengobrol dengan sang Ibu via telephone.
"Assalamualaikum, Bu. Ibu gimana kabarnya?"
"Walaikumussalam, Nduk. Alhamdulillah Ibu baik-baik aja di sini, kamu gimana disana?. Kamu betah kan kerja di tempat baru kamu?"
"Alhamdulillah, Bu. Dijah juga baik di sini dan Dijah juga nyaman sama pekerjaan baru Dijah. Oh iya Bu, Ibu apa ada yang dibutuhkan di desa?, kalau butuh sesuatu bisa beritahu Dijah ya Bu."
"Ngak Nduk, Ibu ngak butuh apa-apa. Yang penting kamu di sana baik-baik saja udah cukup buat Ibu. Kamu udah kepikiran buat nikah belum Nduk?, kalau sudah ada calon boleh to dikenalin ke Ibu secepatnya."
"Apaan sih Ibu nih, Dijah masih mau fokus dulu sama pekerjaan Dijah. Nanti semisal udah ada jodohnya, pasti bakal Dijah kenalin ke Ibu kok." Sahut Dijah yang sedikit malu kalau membicarakan tentang perihal pernikahan atau masalah laki-laki.
"Ya udah, yang penting jangan lupa dipikirkan ya Nduk. Ibu ini semakin lama juga semakin tua, Ibu mau di masa tua Ibu bisa melihat cucu Ibu dari kamu."
"Ya Allah, Ibu jangan bilang begitu. Insya Allah kalau Allah sudah percaya sama Dijah untuk menikah pasti nanti akan didekatkan dengan jodoh Dijah, yang terpenting pikirkan kesehatan Ibu dulu ya." Suara Dijah pun perlahan berubah menjadi serak karena berusaha menahan tangisnya, ia mengakui kalau dirinya memang sangat lemah apabila dihadapkan dengan hal apapun yang terkait orang tuanya.
"Iya Nduk, kamu juga ya. Jangan bekerja terlalu keras, uang bisa di cari tapi kesehatan sangat sulit di dapatkan. Udah ya Nduk, Ibu mau bantu Bu Sani yang mau hajatan. Wassalamualaikum."
"Walaikumussalam warakhmatullah." Dijah pun meletakkan ponselnya di atas nakas setelah panggilannya terputus.
"Menikah?, hal itu sangat berat Bu. Mengingat diriku yang tidak pernah dekat dengan seorang pria terlebih kepribadianku yang sangat pemalu." Ucap batin Dijah yang pikirannya tengah dipenuhi oleh permintaan sang Ibu agar dirinya bisa segera memasuki jenjang pernikahan.
oOo
Ke-esokan harinya, Dijah sudah bersiap untuk bersih-bersih lingkungan rumah kontrakannya karena hari ini sekolah tengah libur jadi dirinya bisa beristirahat sekaligus merapikan rumah kontrakannya ini. Dijah kini hanya mengenakan hoddie-nya yang berwarna merah muda dan dipadu-padankan dengan rok yang berwarna senada.

KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Mudaku [End]
Romance{Part masih lengkap} *Tahap Revisi* Ketika Cinta Tak Memandang Tempat Berlabuh