Happy Reading
"Dan satu lagi, aku tidak akan mengandalkan uang dari orang tuaku untuk membiayai keperluan rumah tanggaku nantinya. Aku akan berusaha mencari pekerjaan agar keluargaku tetap tercukupi nafkah lahiriyah-nya. Memang rumah yang aku tinggali sekarang cukup besar dan pastinya kamu menganggap diriku tidak bisa lepas dari bantuan orang tua, tapi percayalah aku akan membahagiakan keluarga kecilku nanti dengan caraku sendiri." Jelas Azzar panjang lebar, yang entah mengapa membuat Dijah sangat tersentuh dengan pemikiran Azzar yang sangat dewasa itu.
"Berikan saya waktu tiga hari ya, saya ingin meminta petunjuk dari Allah mengenai hal ini. Selain itu, saya juga perlu membicarakan hal ini dengan Ibu saya. Percayalah saya tidak bermaksud meragukan kedewasaanmu dan kemampuanmu, saya yakin kamu adalah laki-laki yang bertanggung jawab dalam berbagai masalah. Saya hanya ingin mempertimbangkan hal ini, karena kita belum mengenal lebih jauh. Tunggulah tiga hari saja, saya akan memberikan jawabannya kepadamu." Ucap Dijah seraya tersenyum lembut ke arah Azzar.
Azzar pun hanya terdiam, sembari menatap senyuman yang terukir di bibir Dijah yang entah mengapa membuat perasaannya terasa begitu aneh.
"Kalau begitu saya pulang dulu, sampaikan salam saya pada Bu Syifa nanti. Dan apabila beliau menanyakan tentang keputusan saya, kamu bilang saja saya masih memikirkannya. Saya pamit dulu, sekali lagi maafkan saya yang belum bisa memberikan keputusan." Kata Dijah, sambil berdiri dari duduknya dan membawa tas miliknya.
"Tunggu, biar aku antar." Balas Azzar yang juga ikut berdiri, yang membuat Dijah hanya tersenyum tipis ke arahnya.
"Tidak usah, kamu harus menjaga Bu Syifa di sini. Saya pamit dulu ya, permisi. Assalamualaikum." Dijah pun berjalan keluar dari rumah Syifa itu, meninggalkan Azzar yang tengah memandangnya dengan tatapan yang tersirat sebuah emosi yang hanya Tuhan dan dia yang tahu.
>>>...........................<<<
Setelah peristiwa lamaran yang tak terduga yang terjadi di rumah Azzar, Dijah pun langsung memberitahu sang Ibu ketika ia sudah sampai di rumahnya. Mendengar hal tersebut, Ibu Dijah hanya bisa menyerahkan semua keputusan kepada Dijah karena yang akan menjalankan kehidupan rumah tangga nantinya adalah putrinya itu. Ibu-nya hanya bisa mendukung apapun keputusan Dijah, karena ia yakin pada putrinya ketika akan memilih suatu keputusan pasti sudah mempertimbangkan segala sesuatunya.
Kini terhitung sudah dua hari semenjak permintaan Dijah kepada Azzar, agar memberikannya waktu selama tiga hari untuk memikirkan permintaan Syifa. Hari ini Dijah tidak seperti biasanya, yang dirinya terlihat begitu sibuk bolak-balik dari ruangan kelas ke lapangan. Karena hari ini ada acara bazzar dan yang bertugas salah satunya adalah kelas dua belas IPS satu yang berada di bawah perwaliannya, maka dirinya sibuk memantau dan membantu anak didiknya untuk menyiapkan keperluan bazzar.
"Eh, Dij. Hari ini bazzarnya dari kelas dua belas IPS satu ya?" Tanya Salma kepada Dijah, ketika melihat temannya itu begitu sibuk bolak-balik dari kelas ke lapangan.
"Iya Ma, ini aku mau ke sana buat ngecek lagi."
"Tapi kayaknya, anak didik kamu yang nanti ada yang pasti ngak ikut deh." Dijah pun mengernyitkan keningnya bingung, ketika mendengar penuturan dari rekan gurunya itu.
"Siapa Ma? Menurutku pasti semua ikut kok, ini kan acara wajib."
"Ya siapa lagi kalau bukan Azzar, Dij. Karena selama aku ngajar di sini, aku ngak pernah lihat Azzar sewaktu teman-temannya sibuk kegiatan bazzar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Mudaku [End]
Romance{Part masih lengkap} *Tahap Revisi* Ketika Cinta Tak Memandang Tempat Berlabuh