One

9.6K 638 3
                                    




Happy Reading

"Bismillah, say-saya menerima permintaan Bu Syifa untuk menikah dengan kamu." Perkataan yang baru saja terlontar dari mulut Dijah, sontak membuat Azzar terbelalak tak percaya.

"Ka-kamu serius?" Tanya Azzar yang masih tidak percaya dengan apa yang baru di dengarnya itu.

"Insya Allah, saya serius dan yakin dengan keputusan saya ini." Sahut Dijah dengan kepalanya yang kembali tertunduk.

"Saya benar-benar terkejut dengan keputusanmu, tapi saya penasaran apa yang membuatmu bersedia menerima permintaan Mama?"

"Alasan terkuat saya, salah satunya adalah seperti yang kamu ucapkan waktu itu. Kesehatan Bu Syifa memang tidak bisa dianggap sepele, meskipun bisa di bilang saya ini orang asing dalam kehidupan beliau tetapi entah mengapa saya sudah begitu menyayangi beliau layaknya Ibu saya sendiri. Juga, saya memutuskan menerima permintaan Bu Syifa karena saya melihat kesungguhanmu dari pancaran dalam matamu. Keyakinan kamu yang terlihat begitu kuat kalau saya tidak akan tersakiti dan ingin membuat keluarga kamu nanti selalu bahagia, usahamu yang akan belajar tanggung jawab dengan baik, hal itu membuat hati saya sedikit bergetar. Jadi, saya mencoba mempercayakan keputusan ini untuk menjalani pernikahan bersamamu."

"Terima kasih sudah mau memberi kesempatan kepadaku untuk membahagiakan kamu, aku akan berusaha menjadikan kamu wanita satu-satunya yang berada di sisiku selain Mama-ku. Aku juga akan selalu belajar membuatmu tersenyum dan bahagia bersamaku." Kata Azzar dengan nada yang berubah menjadi lembut, seraya tersenyum manis ke arah Dijah yang membuat sang empunya tersipu malu di buatnya. Karena Dijah jarang sekali melihat senyuman Azzar yang benar-benar terlihat tulus seperti sekarang ini, yang ia akui kalau ketampanan anak didiknya itu akan bertambah ketika tersenyum setulus dan semanis itu.

>>>............................<<<


Begitu cepat waktu berlalu, kini Azzar dan Dijah sebentar lagi akan menapaki status baru yang berawal dari bukan siapa-siapa menjadi satu keluarga dengan ikatakan halal di dalamnya. Meskipun keduanya dipersatukan tanpa dasar cinta, tetapi komitmen untuk bersama demi kebahagiaan orang yang sangat berarti dalam kehidupan mereka membuatnya harus yakin bahwa keputusan ini adalah yang terbaik dan sesuai petunjuk yang diberikan oleh sang Maha cinta, Allah SWT.

Lamaran pun telah dilakukan oleh Azzar beserta keluarganya, mengingat Ibu Dijah yang sudah berada di Jakarta. Ibu Dijah pun menerima Azzar beserta keluarganya dengan sambutan yang begitu hangat, satu hal yang dipesankan kepadanya adalah selalu jaga hati putrinya itu dan membimbingnya ke jalan kebenaran. 

-

-

-

-

Akad nikah pun dilaksanakan di kediaman Azzar karena menelisik kondisi Mama-nya yang belum stabil, juga keinginan Mama-nya yang ingin melihat pernikahan antara dirinya dan Dijah. Karena itulah, akhirnya diputuskan untuk melakukan akad nikah di rumah milik Syifa itu. Memang pernikahan Azzar dan Dijah cenderung tertutup, mengingat Azzar yang masih berstatus sebagai siswa yang sebentar lagi lulus.

Dijah telah siap dengan baju pengantin berwarna soft pink dengan jilbab panjang yang menambah kesan elegant dengan tudung transparan yang dihiasi mutiara dan renda, membuat tampilan Dijah terlihat sangat menawan. Tak lupa wajah imutnya dirias dengan begitu natural yang menambah kecantikan wajahnya.

Di dalam kamar yang berada di atas tepatnya kamar tamu yang bersebelahan dengan kamar Azzar, Dijah terlihat sangat cemas bahkan ia tidak berhenti berjalan mondar mandir untuk menghilangkan kegugupannya.

*Cklek...*

Mendengar suara pintu kamar yang di buka, sontak membuat Dijah memandang ke arah pintu yang ternyata Ibu-nya yang tengah berjalan ke arahnya.

"Nduk." 

"Iya, Ibu."

"Masha Allah, ayune putrine Ibu. Kenapa to Nduk, kok wajahnya gitu?, nanti makeup-nya ngak kelihatan bagus kalau kamu murung gitu." Kata Ibu Dijah yang melihat kegugupan di wajah Dijah, hingga membuat wajah Dijah seperti terlihat murung.

"A-aku takut Bu, aku merasa belum siap untuk menjadi seorang istri dan khawatir akan rumah tanggaku nantinya. Kami menikah begitu cepat tanpa perkenalan terlebih dahulu, bahkan cinta pun kamu belum memilikinya satu sama lain." Sahut Dijah dengan nada lirih sambil menundukkan kepalanya.

"Nduk, kamu harus yakin sama petunjuknya Allah. Insya Allah, semuanya akan baik-baik saja. Kamu harus terus berdoa agar di lancarkan rumah tanggamu nanti ya, kamu memang belum tentu tahu mana yang terbaik bagi kamu. Tapi Allah, dia-lah sang Maha mengetahui yang dapat menentukan sesuatu itu tepat atau tidaknya dalam kehidupanmu searang atau nanti. Jadi, intinya adalah percaya akan datangnya sebuah kebahagiaan itu nantinya. Paham?" Ujar Ibu Dijah seraya memeluk putri semata wayangnya itu.

"Iya Bu, Dijah paham. Terima kasih telah merawat Dijah hingga seperti ini, Dijah ngak bakal kaya gini tanpa bantuan yang besar dari Ibu." Dijah pun tak sanggup menahan air matanya, ketika mengingat kembali jasa dari Ibu-nya yang telah membesarkannya dan merawatnya hingga berada di titik ini.

"Iya, Sayangnya Ibu. Ngak boleh nangis ya, nanti riasannya luntur. Udah ya, Ibu hanya bisa mendoakan Barakallahulakuma wa baraka alaikuma wajama baina kuma fil khair. Semoga rumah tangga anak Ibu ini bisa selalu Sakinah ma wadah wa rahmah ya." 

"Aamiin, terima kasih Ibu atas doanya."

"Iya, Nak. Kalau begitu Ibu mau turun dulu, sebentar lagi calon suamimu akan mengucapkan qobul untukmu. Istighfar terus ya, biar hatimu juga tenang." Ucap Ibu Dijah, sebelum berlalu pergi dari kamar yang di tempati putrinya itu.

"Iya, Ibu." Detak jantung Dijah pun semakin tak menentu, ketika mengingat akad nikah yang akan segera di selenggarakan. Sungguh dalam benaknya terpikirkan pertanyaan, apakah menjadi pengantin memang semenegangkan dan deg-degan seperti ini. Dirinya merasa seperti kembali ke masa ketika ia menjalani masa sidang untuk skripsinya.

Hingga suara lantunan ijab oleh penghulu pun terdengar menggelegar ke pendengaran Dijah, yang membuat jantungnya berdetak dua kali lebih cepat.

"Saudara Azzar Abdullah Firdaus bin Malik Abdullah, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan saudari Khadijah Safira Abdullah binti Almarhum Naufal Ashari dengan maskawin cincin berlian dan uang tunai senilai sepuluh juta rupiyah di bayar tunai."

"Saya terima nikahnya Khadijah Safira Abdullah binti Almarhum Naufal Ashari dengan maskawin tersebut di bayar tunai."

"Bagaimana para saksi?"

"Sah."

Semua orang pun mengucapkan syukur, ketika akad nikah berjalan dengan lancar. Tak terkecuali dengan Mama Azzar dan Ibu Dijah, yang sangat bahagia ketika melihat anak mereka yang sudah resmi menjadi sepasang suami istri. Bahkan Dijah pun sekuat tenaga menahan air matanya yang akan luruh dari kedua matanya, ketika mendengar begitu dahsyatnya lafadz qabul yang di ucapkan Azzar yang terdengar begitu tegas tanpa keraguan apapun untuk menghalalkan dirinya di mata Allah. Dirinya berulang kali mengucap syukur kepada Allah, atas kecukupan usianya hingga ia bisa merasakan bagaimana menjadi seorang pengantin wanita yang dapat mendengar lafadz qabul yang membuat hatinya bergetar itu.

Lafadz qobul telah diucapkan oleh Azzar dengan satu tarikan nafas, telah resmi sudah hubungan dua manusia berbeda usia itu yang mulai menapaki alur kehidupan baru sebagai sepasang suami istri dalam pernikahan mereka.





Bismillah

Semoga suka ya😁

Jangan lupa vote and comment...😁😁

Imam Mudaku [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang