Happy Reading
Setelah Dina pergi meninggalkannya, tanpa diduga ternyata dirinya malah melihat Azzar yang tengah berjalan ke arahnya sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya. Melihat hal itu, sontak membuat Dijah kehilangan kata-katanya. Dijah ingin segera bergegas pergi dari sana, tetapi suara berat yang terdengar di telinga Dijah membuatnya menghentikan langkahnya.
"Katanya Ibu mau ambil absensi." Ucap Azzar dengan nada datarnya, setelah berada di hadapan Dijah yang tampak mengalihkan pandangannya itu.
"I-iya, kamu kan yang bawa. Saya mau ambil itu." Balas Dijah yang berusaha menutupi kegugupannya itu, sembari mencoba memandang wajah Azzar.
"Benarkah itu, kalau saya ngak mau kasih." Ucap Azzar sembari tersenyum miring ke arah Dijah.
"Ta-tapi saya butuh itu." Dijah pun menampilkan tatapan polosnya, sembari menatap ke arah Azzar.
"Hahaha, Ibu lucu banget sih. Manis lagi, ini Ibu guru cantik." Ucap Azzar seraya tertawa geli ketika melihat kelakuan Dijah yang begitu polos itu, sambil memberikan kertas absensi kelasnya kepada Dijah.
Dijah pun merasa kedua pipinya langsung memanas, ketika di goda oleh anak didiknya itu. Sungguh dirinya ingin segera berlalu dari hadapan Azzar, untuk menyembunyikan wajahnya yang saat ini tengah malu karena godaannya itu. Dengan gerakan cepat, Dijah pun langsung mengambil kertas itu dan ingin berjalan pergi meninggalkan Azzar.
"Pipinya merah lagi, tambah manis kan." Ujar Azzar, seraya terkekeh geli ketika melihat kedua pipi gurunya itu merona karena dirinya.
>>>............................<<<
Tak terasa kini sudah tiga hari terlewati semenjak hari itu, kini Dijah sudah harus siap dengan pilihan hatinya untuk memberi kepastian terhadap permintaan Syifa itu.
Azzar
Assalamualaikum.
Aku berharap kamu sudah memutuskannya.
Aku tunggu kamu di kafe dekat sekolah, sore ini ba'dha ashar.
Walaikumussalam warakhmatullahInsya Allah
Dijah pun menghela nafasnya pelan, selama tiga hari yang ia minta untuk mempertimbangkan permintaan Syifa itu dirinya gunakan untuk salat Istikharah dan merundingkannya dengan sang Ibu. Dirinya berharap semoga apapun keputusan yang akan di ambilnya nanti, adalah pilihan yang terbaik untuk kehidupannya.
"Bismillah, semoga keputusanku ini yang terbaik." Monolog Dijah pada dirinya yang kini tengah bersiap untuk datang ke kafe yang dijanjikan dengan Azzar.
Setelah beberapa menit siap-siap, Dijah pun akhirnya keluar dari kontrakannya dengan gamis berwarna merah yang telah membalut tubuhnya yang dipadu-padankan dengan handsock berwarna abu-abu dan hijab segi empat panjang berwarna hitam dengan ditambah tas ransel kecilnya yang ia cangklong di belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Mudaku [End]
Romance{Part masih lengkap} *Tahap Revisi* Ketika Cinta Tak Memandang Tempat Berlabuh