Ketika

9.7K 637 4
                                    




Happy Reading

"M-Mas." Ujar Dijah dengan nada gugupnya, seraya memandang Azzar dengan tatapan sayunya.

"Hem?" Jawab Azzar yang masih senantiasa mengusap lembut sebelah pipi Dijah yang semakin memerah itu.

Bahkan kini tangan Azzar mulai turun ke tengkuk Dijah, seraya menarik lembut kepala Dijah yang membuat wajah mereka semakin dekat. Bahkan hembusan nafas beraroma mint yang begitu hangat dari Azzar, sangat terasa di kulit wajah Dijah.

Dijah semakin dibuat kaku dengan tingkah Azzar ini, tangan mungilnya mencoba menahan Azzar dengan mendorong dadanya. Tetapi kekuatan Azzar tidak sebanding dengan tenaga kecil Dijah.

Allahu Akbar

Allahu Akbar

Allahu Akbar.

Hingga suara adzan membuat Dijah langsung mencoba mendorong Azzar dengan sekuat tenaga, dan hasilnya berhasil. Kini Dijah sudah lepas dari kungkungan badan tegap Azzar dan berdiri dari duduknya.

"Ma-Mas itu sudah adzan Isya', Dijah mau wudhu dulu." Ujar Dijah gugup dengan kepala tertunduk dan langsung berlari ke kamar mandi.

Azzar yang menyadari apa yang telah diperbuatnya, hanya bisa menghela nafas kasar sambil mengacak rambutnya frustasi.

"Kenapa sulit banget ngendaliin tubuh gue kalau udah lihat tatapan sayunya. Astaghfirullah." Gumam Azzar sembari mengusap wajahnya kasar.

>>>................<<<


Di dalam kamar mandi, Dijah hanya memegang dadanya yang dapat ia rasakan deguban jantungnya terasa begitu cepat.

"Astaghfirullah, Mas Azzar kenapa sih kok berubah jadi begini?" Gumam Dijah, seraya kedua tangannya menagkup pipi chubby-nya yang masih merona itu.

Dijah hanya bisa menghela nafasnya guna menetralkan kegugupannya, sebelum mulai untuk berwudhu.

Sedangkan Azzar lebih memilih untuk berwudhu di kamar mandi yang berada di kamar bawah bawah, sembari kedua tangannya mengusap wajahnya kasar ketika memikirkan apa yang barusan dia lakukan.

*Cklek...*

Setelah selesai berwudhu, kini Dijah sudah keluar dari kamar mandi dengan wajah yang tampak berseri-seri karena terkena basuhan air wudhu. Tetapi Dijah langsung mengerutkan keningnya, ketika dirinya tidak melihat keberadaan Azzar di dalam kamar. Dijah mengira Azzar mungkin salat di kamar lain atau pergi ke masjid.

-

-

-

*Cklek...*

Tiba-tiba ketika mendengar suara pintu yang terbuka, sontak membuat Dijah yang akan bersiap memakai mukenahnya menjadi terhenti dan mengalihkan padangannya ke arah pintu. Dirinya  dapat melihat sosok Suaminya yang tengah berjalan memasuki kamar, seraya menyibak rambut basahnya yang membuat bulir-bulir air dari rambutnya juga ikut terkibas. Melihat pemandangan itu, seketika membuat wajah Dijah merona hebat karena menurutnya Suaminya itu semakin terlihat berkarisma dan tampan.

Dijah yang menyadari kalau dirinya terlalu lama menatap Azzar, langsung memalingkan wajahnya dan meneruskan memakai mukenahnya dengan pipi yang masih memerah hebat. Terlebih ia tadi juga melihat tubuh kekar milik Azzar yang tercetak jelas di kaos putih polosnya, yang membuat Azzar terlihat layaknya orang dewasa bukan anak remaja pada umumnya.

"M-Mas mau salat bersama?" Ucap Dijah dengan susah payah, dan mulai memberanikan dirinya untuk melihat ke arah Azzar.

"Khem, boleh." Balas Azzar yang tiba-tiba merasakan suasana yang cukup canggung di antara mereka, sembari memakai sarung miliknya.

Dijah pun mulai menggelar dua sajadah yakni untuk dirinya dan sang Suami. Sedangkan Azzar yang sudah memakai sarungnya, kini memposisikan dirinya di depan Dijah sebagai imam untuk salat mereka.

Jujur saja Dijah merasa perasaanya menghangat seketika, begitu dirinya merasakan bagaimana salat berjamaah dengan sang Suami.

"Allahu Akbar, Bismillahirrahmanirahim..."  Suara berat milik Azzar pun mengalun dengan begitu lantangnya, untuk memimpin setiap gerakan sholat yang mereka kerjakan yang membuat Dijah merasa kalau dirinya telah menjadi seorang makmum sesungguhnya.

-

-

-

-

-


*Assalamualaikum." 

Setelah mengucap salam terakhir, tanpa di duga oleh Dijah kini Suaminya itu membalikkan badannya dan menatap dalam ke arah Dijah yang juga tengah melihatnya. Dijah yang sudah mengetahui bawasannya ia harus mencium tangan sang Suami setelah salat pun, sontak mengulurkan tangannya di depan Azzar yang membuat sang empunya langsung menyambutnya. Tetapi tiba-tiba dirinya tersentak kaget begitu merasakan kecupan singkat yang diberikan oleh Dijah di punggung tangannya, yang membuat dirinya secara spontan tergerak untuk mencium kening sang Istri dengan begitu lembut sambil memejamkan kedua matanya.

*Cup*

Tentu saja Dijah yang diperlakukan seperti itu hanya mampu tertegun, dengan tindakan sang Suami yang sulit untuk ditebak itu. Ia mulai menyelami arti dari kecupan lembut yang Azzar berikan yang membuat kedua matanya terpejam perlahan dengan kedua pipinya yang sudah berubah merah merona.

Setelah beberapa menit bertahan dalam posisinya, kini Azzar dengan lembut mulai melepaskan kecupan di kening Dijah dan menjauhkan sedikit tubuhnya dari Dijah. Azzar menatap kedua mata sayu milik Dijah yang kini juga menatapnya. Dirinya kembali dibuat takjub dengan tatapan mata Dijah yang menghanyutkan juga menenangkan itu, ia bahkan sulit mengalihkan pandangannya saat ini seakan semuanya terfokus ke dalam satu titik di dalam ke dua mata Istrinya itu.

"Dijah." Ucap Azzar dengan nada yang sudah berubah menjadi nada yang sangat lembut, sembari tangannya yang tanpa sadar mengusap kedua pipi Dijah yang masih merah merona sejak tadi.

"I-iya, Mas." Suara lembut Dijah mengalun indah di gendang telinga Azzar, yang semakin membuat dirinya hilang fokus saat ini.

"Bolehkah aku meminta hak-ku malam ini sebagai Suamimu?" Ujar Azzar yang membuat Dijah terkejut bukan main, kedua pipinya kini sudah berubah menjadi semerah tomat ketika  mendengar kalimat itu akhirnya keluar dari bibir suaminya itu.

"Ya Allah." Batin Dijah berucap.

Kata-kata yang selama ini menjadi salah satu hal yang sering terpikirkan oleh Dijah, akhirnya terucap dari bibir Suaminya. Ia bahkan terlalu terkejut sampai lupa dengan posisinya saat ini yang begitu dekat dengan Azzar. Azzar yang menyadari keterdiaman Dijah, dengan lembut  dirinya mulai merangkul pinggang Dijah dan mendekatkan tubuhnya ke arah dirinya.

Dijah terlalu shock dengan kalimat yang tiba-tiba muncul tanpa didugannya, ia masih menunduk dalam dan menutup kedua matanya rapat dan tanpa sadar ia meremas kaos bagian depan sang Suami karena terlalu gugup. 

Melihat kegugupan Dijah, sontak membuat jantung Azzar berdegup semakin kencang. Sungguh hal seperti ini adalah pengalaman pertama untuk dirinya, meskipun ia bisa di bilang termasuk anak yang nakal tetapi untuk masalah berhubungan secara lebih dalam dengan perempuan merupakan pengalaman yang asing untuk dirinya. Ia benar-benar tidak menyangka, gadis yang akan menjadi pasangan dalam hal seperti ini adalah gurunya sendiri. Bukankah takdir itu terkadang terasa begitu lucu dan mengejutkan, karena dalam benaknya sama sekali tidak pernah terlintas untuk menikah di usia muda terlebih dengan wanita yang lebih tua darinya. Selama ini dirinya hanya memikirkan tentang hal kebebasan sebagai anak muda dan kebahagiaan untuk dirinya sendiri, tetapi ternyata Tuhan malah memberikan beban tanggung jawab yang lebih besar untuknya di usia yang bisa dibilang sangat muda ini.












Bismillah

Semoga suka ya☺☺

Jangan lupa vote and comment☺

Penasaran ngak?🤭

Imam Mudaku [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang