Happy Reading
Malam yang penuh dengan taburan bintang itu, kini mulai terganti dengan cahaya temaram dari sang mentari yang mulai terbit dan diiringi suara adzan yang begitu menggema di setiap sudut cakrawala alam semesta yang elok dengan lafadz suci saling bersahutan satu sama lain.
Azzar yang mendengar suara adzan pun mulai mengerjapkan matanya, entah mengapa kini dirinya merasakan kenyamanan dengan tubuhnya yang seperti tengah memeluk sesuatu. Karena merasa aneh dengan sesuatu yang tengah di peluknya itu, dengan perlahan dirinya mulai membuka kedua matanya. Sontak kedua matanya membola seketika, begitu melihat sosok yang berada di pelukannya saat ini. Dirinya masih terpaku dengan sosok Dijah yang masih terlelap, dengan wajahnya yang menempel pada dada bidangnya.
Kini Azzar malah dibuat terkekeh dengan tingkah Dijah, yang kini tengah menggusak hidung mungilnya untuk mencari kenyamanan di dada bidang Azzar.
"Eungh." Erangan halus mulai keluar dari mulut Dijah, sembari menggeliatkan badannya pelan.
Dengan perlahan, Dijah pun mengerjapkan kedua matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya. Dirinya mulai mengernyitkan keningnya bingung, ketika melihat sesuatu yang menurutnya aneh tengah berada di hadapannya. Setelah kesadarannya perlahan mulai terkumpul, dirinya pun menyadari kalau yang berada di hadapannya saat ini adalah dada bidang seseorang yang sontak membuatnya terbelalak tak percaya dengan kedua pipinya yang sudah merona hebat. Dengan gerakan pelan, kini Dijah mendongakkan wajahnya untuk melihat wajah sang pemilik dada bidang itu. Jantungnya seakan ingin lepas dari tempatnya, ketika melihat wajah tampan Azzar yang tengah menyunggingkan senyuman tipis ke arahnya sambil mengedipkan sebelah matanya ke arahnya. Dirinya yakin pasti wajahnya kini sudah menjadi sangat merah dibuatnya.
>>>...................<<<
Setelah peristiwa yang sangat tidak terduga tadi pagi, kini Azzar tengah membersihkan tubuhnya untuk bersiap pergi ke sekolah. Azzar sebelumnya telah melaksanakan salat subuh di masjid atas dorongan dari Dijah, meskipun sejujurnya Dijah masih malu ketika mengingat kejadian tadi. Tapi kewajiban seorang istri untuk mengingatkan sang suami bila sedang futhur, membuatnya harus melakukannya karena jujur saja Azzar masih sering bolong untuk masalah ibadah wajib.
Memang Dijah merasa aneh ketika menyiapkan setelan seragam, juga buku pelajaran untuk Azzar. Ia merasa dirinya sedang menyiapkan kebutuhan untuk anaknya.
Setelah menyiapkan segalanya, Dijah kemudian melangkah keluar kamar untuk membantu menyiapkan sarapan untuk Syifa dan Suaminya karena dirinya sekarang harus membiasakan dirinya untuk mengurusi keperluan rumah tangganya terlebih dahulu sebelum berangkat bekerja.
"Selamat pagi, Bi." Ujar Dijah, ketika telah memasuki dapur dan melihat Bi Lira sedang menumis sesuatu.
"PagI, Non."
"Bibi mau masak apa?"
"Bibi rencananya mau masak nasi goreng sama ayam goreng, Non."
"Dijah bantuin ya Bi."
"Jangan atuh, Non. Udah biar Bibi saja."
"Ngak apa-apa, Bi. Ini juga tugas Dijah sebagai seorang anak sekaligus seorang Istri yang harus mengurus keluarganya."
"Ya sudah deh, Non."
"Yeayy, hatur nuwun ya Bi."
"Iya, Non. Sami-sami."

KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Mudaku [End]
Romance{Part masih lengkap} *Tahap Revisi* Ketika Cinta Tak Memandang Tempat Berlabuh