Happy Reading
Dijah saat ini merasa jantungnya memompa sangat cepat, di dalam perjalanan menuju sekolah hanya ada suara penyiar radio dan perilaku Azzar yang terus-menerus membuat Dijah selalu tersipu bahkan wajahnya hingga kini masih memerah sejak tadi karena kejadian tadi malam yang seperti peristiwa yang terus terngiang-ngiang dalam benaknya dan sekarang di tambah perlakuan manis Azzar saat ini.
Kini Azzar tengah menyetir dengan satu tangan dengan tangan yang satunya senantiasa menggenggam erat tangan mungil Dijah yang nampak terlingkupi dengan tangan kekarnya. Bahkan sesekali punggung tangan halus Dijah digesekkan di hidung mancungnya gemas dan dikecupnya berulang kali.
Bagaimana dengan Dijah?, sudah bisa ditebak bagaimana keadaan wajah Dijah dengan pipi merah merona dibuatnya yang membuatnya ia menundukkan kepalanya dalam.
"Ya Allah." Ucap batin Dijah terheran dengan sikap Azzar saat ini.
"Ma-Mas nanti turunin Dijah di pertigaan samping sekolah ya." Ucap Dijah sembari menatap Azzar yang masih fokus ke depan.
"Kenapa? Aku mau anterin kamu sampai sekolahan."
"Ma-Mas Dijah takut nantinya ada spekulasi macam-macam tentang kita, Mas kan sebentar lagi ujian. Aku ngak mau pernikahan kita nanti diketahui pihak sekolah yang berujung Mas yang dikeluarkan dari sekolah."
"Tapi..."
"Dijah mohon ya Mas." Potong Dijah dengan suara lembut andalannya.
"Oke, aku akan turutin apa mau kamu. Tapi kamu harus hati-hati, kalau ada apa-apa langsung hubungi aku."
"Iya Mas, Insya Allah Dijah bakal baik-baik saja." Sahut Dijah dengan senyuman manis yang tersungging di wajah ayu-nya, begitu mendengar nada protective suaminya itu.
"Kayaknya gue dah bucin sama Istri sendiri, Ya Allah senyumannya bikin kinerja jantung tidak normal ." Batin Azzar berteriak.
--
-
-
Setelah sampai di tempat yang Dijah minta, kini Dijah bersiap untuk turun dari mobil Azzar.
"Dijah duluan ya, Mas." Ucap Dijah seraya mengulurkan tangannya kepada Azzar.
"Iya." Jawab Azzar dengan tangan menyambut uluran tangan Dijah dan seketika dirinya merasa ada sengatan listrik dalam tubuhnya saat Dijah mengecup lembut punggung tangannya.
Namun, ketika Dijah ingin melepaskan pautan tangannya Azzar masih senantiasa menggenggam erat tangan itu.
Hingga satu tarikan menjadikan tubuh Dijah langsung tersentak lebih dekat dengan tubuh Azzar.
Azzar langsung membubuhkan kecupan lembut dan dalam di kening sang istri.
Dijah benar-benar malu saat ini, ia bingung bagaimana mengkondisikan pipinya yang bertambah merah. Padahal sebelumnya pipinya belum mereda untuk merona.
Azzar yang sudah menjauhkan wajahnya langsung terkekeh melihat betapa merahnya pipi Dijah saat ini.
"Kamu kenapa, Sayang? Kok pipinya merah banget gini." Sungguh Azzar ingin tertawa melihat betapa tersipunya Dijah saat ini.
Tangannya terulur mengusap pipi merah merona Dijah.
Kecupan pun Azzar kembali bubuhkan di kedua pipi dan hidung mungil Dijah, yang membuat pipi Dijah yang sebelumnya masih merah semakin memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Mudaku [End]
Romance{Part masih lengkap} *Tahap Revisi* Ketika Cinta Tak Memandang Tempat Berlabuh