Berkah

10.1K 619 7
                                    



Happy Reading

Azzar kini tengah duduk merenung di balkon kamarnya sembari menikmati angin yang bertiup lembut malam hari ini. Sungguh pikirannya saat ini begitu kacau, seperti ada jaring benang kusut yang sulit sekali untuk ia uraikan.

*Cklek...*

Dijah yang baru saja memasuki kamar, tiba-tiba langsung disuguhkan dengan pemandangan sang Suami yang tengah duduk termenung di balkon kamar sambil melihat ke depan dengan tatapan kosong.

"Mas Azz." Dengan perlahan Dijah mengusap bahu kokoh suaminya itu. Namun, sang Suami belum menyadari kehadiran Dijah saat ini.


"Mas Azzar."

"Eh, iya. Ada apa?" Azzar langsung tergagap dan memposisikan dirinya menghadap Dijah yang berada di sampingnya.

"Mengapa Mas melamun? Apakah ada masalah yang mengganggu pikiran, Mas? Kalau boleh Mas bisa berbagi dengan Dijah sebagai Istri Mas, Dijah akan dengan senang hati mendengarkan keluh kesah Mas." Ucap Dijah dengan nada lembutnya yang jujur saja menjadi suara yang Azzar sukai.

"Ngak ada kok, mungkin aku cuman kecapekan aja."

"Kalau begitu Mas Azzar harus istirahat bukan malah duduk di sini. Ayo Mas istirahatlah, nanti Mas bisa sakit. Ayo, Mas!" Ajak Dijah lembut sambil memegang lengan Azzar.

"Apakah kamu mau menemaniku tidur?"

"Te-tentu mas, bukankah setiap malam kita tidur bersama."

"Baiklah, ayo!" Ujar Azzar sambil menggengam tangan Dijah dan menuntunnya ke arah ranjang king size itu.

Dijah pun menuruti perintah Azzar dan memposisikan tubuhnya duduk terlebih dahulu di atas ranjang untuk kemudian berbaring.

Namun, belum sempat Dijah berbaring. Kini Azzar malah membaringkan kepalanya di atas pangkuan Dijah.

"Ma-Mas."

"Suutt, ini sangat nyaman Sayang. Aku sangat lelah hari ini, jadi biarkan aku menikmati posisi ini walaupun hanya sebentar."

Mendengar hal tersebut, Dijah hanya bisa menghela nafasnya perlahan dan memposisikan tubuhnya bersandar di kepala ranjang.

Tiba-tiba entah reflek atau bukan, Dijah mulai mengelus perlahan rambut hitam milik Suaminya yang mengantarkan rasa yang begitu nyaman untuk Azzar.

Entah mengapa ketika berada di samping Dijah, Azzar dapat merasakan kenyamanan yang begitu Azzar sukai. Ia merasa seperti ada magnet di tubuh Dijah yabg seakan menarik Azzar agar tidak bisa terlepas dari apapun yang berkaitan dengannya.

-

-

-

-

-

Pukul 04.00 WIB...

Azzar yang masih belum bangun sepenuhnya, mulai mengerjapkan matanya perlahan karena perutnya yang tiba-tiba bergejolak. Kemudian langsung berlari ke arah kamar mandi.

"Huek... huek... huek."

Dijah yang masih tertidur, perlahan mulai membuka matanya ketika mendengar suara orang muntah yang begitu nyaring.

Begitu melihat ke arah sisi kanannya, ia tidak menemukan sang Suami di sana. Perlahan Dijah turun dari ranjang sambil mengikat rambut panjangnya dengan model bun ke atas.

"Ya Allah, Mas. Mas kenapa?" Ucap Dijah ketika melihat sang Suami yang berusaha memuntahkan sesuatu, seraya berpegangan pada pingguran kloset. Dijah yang melihat sang Suami yang seperti itu langsung mengurut perlahan tengkuk Azzar.

Imam Mudaku [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang