Semakin Dekat

10.7K 675 5
                                    



Happy Reading

"Kamu itu berbicara dengan Suamimu bukan dengan orang tua murid, mengapa berbicara formal seperti itu seakan aku itu tua sekali." Dengus Azzar yang masih mendengar perkataan Dijah yang sangat formal ketika berbicara kepadanya.

"Ba-baiklah, saya maksudnya aku akan mencobanya."

"Nah, begitu lebih baik. Khem, oh iya. Aku minta maaf tentang perbuatanku tadi yang mungkin menurutmu sangat lancang, aku sama sekali tidak mengira hal tersebut akan terjadi. Salahkan saja wajah vdan tatapan sayumu yang membuatku terbuai, jadi aku bisa berbuat hal seperti itu. Itu juga salah setan yang membisikkan kata-kata yang merayu aku untuk melakukannya." Mendengar ucapan Azzar, sontak membuat Dijah tiba-tiba tersipu di buatnya. Entah mengapa ucapan Azzar itu terdengar tengah memuji dirinya, karena dapat membuat Suaminya itu terbuai.

Bahkan kini Dijah semakin merona dan salah tingkah, ketika melihat Suaminya itu tengah melihatnya dengan tatapan yang begitu intens seraya tersenyum kecil ke arahnya.

"Lucu sekali sih." Gumam Azzar sembari terkekeh pelan, ketika melihat kedua pipi Dijah yang semakin merah merona.

"Ma-masalah tadi itu, tidak apa-apa kok. Bukankah kita sudah sah menjadi suami istri, dan kamu sekarang adalah Suamiku. Jadi, menurutku itu bukan masalah karena kita sudah halal." Balas Dijah yang mencoba menyembunyikan rasa gugupnya, dan tersenyum samar ke arah Azzar.

"Jadi kalau aku melakukan hal yang lebih dari itu, boleh saja dong. Kan katanya kita sudah halal, pastinya bebas dong melakukan yang lebih dari itu. Iya kan?"

Kini Dijah ingin sekali bersembunyi dan menghilang dari hadapan Azzar sekarang juga, dirinya sungguh malu ketika mendengar ucapan Azzar yang begitu blak-blakan itu. Bahkan kedua pipinya semakin merona, ketika melihat Suaminya itu tengah memandangnya dengan senyuman miring yang sudah tersungging di wajah tampannya seraya mengedipkan sebelah matanya ke arah dirinya.

"I-itu maksudnya..."

"Maksudnya apa?"

Sungguh entah mengapa Azzar merasa sangat senang sekali ketika bisa menggoda Dijah, hingga membuat kedua pipi chubby-nya itu menjadi merah merona. Dirinya hanya bisa mengulum bibirnya, ketika melihat Istrinya itu tengah malu sekaligus salah tingkah sendiri karena godaannya tadi.

"Ngak usah tegang begitu, aku cuman bercanda kok. Aku ngak akan maksa kamu buat melayaniku dalam hal itu, karena kita masih sama-sama menyesuaikan diri satu sama lain." Azzar pun masih terkekeh geli, ketika melihat wajah Dijah yang semakin merona itu. Terlebih Istrinya itu terlihat sangat gugup dan salah tingkah.

"I-iya, terima kasih atas pengertiannya Mas." Jantung Azzar pun kembali di buat berdetak cepat, ketika Istrinya itu memanggilnya dengan sebutan barunya.

"Jantung gue." Ucap batin Azzar, saat merasakan degup jantungnya yang berdetak lebih cepat.

"Khem, ya udah. Sekarang kita tidur, kamu tidur di sini sama aku. Ngak usah kaya film-film perjodohan, yang ceweknya ngak mau tidur satu ranjang terus nyuruh cowoknya tidur di sofa. Kamu ngak kaya gitu kan?" Pertanyaan absurd Azzar, sontak membuat Dijah mengerjapkan matanya bingung.

"Ti-tidak kok, Mas. Kita kan sudah suami istri, jadi memang sudah seharusnya tidur di tempat yang sama."

Sebenarnya Azzar berusaha mati-matian untuk menutupi kegugupannya, akibat panggilan dari Istrinya itu. Padahal dirinya lebih muda dari Istrinya itu terlebih masih berstatus sebagai muridnya, tetapi Dijah malah memanggilnya dengan sebutan itu. 

"Biasanya cewek akan menolak kalau diajak tidur bersama dengan laki-laki yang dinikahkan tanpa rasa cinta, tapi kok dia pasrah aja. Apa mungkin dia udah lelah, jadi ngak usah nolak-nolak lagi. Apa malah salah gue ya, yang terlalu berpikir yang ngak-ngak. Gara-gara lihat sinetron perjodohan sama Rangga, gue jadi korban sinetron gini." Ucap batin Azzar yang masih tidak menyangka, kalau Dijah menerima permintaannya. 

Imam Mudaku [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang