﷽
Happy Reading
Tak terasa kini Azzar telah menyelesaikan ujian nasionalnya yang menjadi langkah awal baginya untuk melangkah ke jenjang kedewasaan. Dirinya bukan lagi seorang remaja cuek akan tanggung jawab, melainkan saat ini dirinya mengemban tanggung jawab sebagai seorang suami sekaligus ayah bagi keluarga kecilnya.
*Huek...Huek...Huek*
Pukul empat pagi, suara orang muntah terdengar menggema di kamar pasutri muda yang baru menyelesaikan sholat tahajudnya itu.
"Mas Azzar masih mual?" Tanya Dijah sembari mengelus lembut kepala sang Suami yang kini tengah berbaring lemas di pahanya.
"Insya Allah, udah agak mendingan. Cuman perutku yang nggak enak." Sahut Azzar yang terdengar lirih dan tak bertenaga.
"Dijah bikinin teh hangat dulu ya, Mas."
"Nggak usah Sayang, kamu disini aja temenin aku."
"Biar enakan Mas perutnya. Dijah bikinin teh hangat ya?"
Tanpa menyahut pertanyaan dari Dijah, Azzar malah menggeleng sambil menduselkan kepalanya di perut buncit Dijah yang kini sudah memasuki usia enam bulan itu.
"Assalamualaikum anaknya, Abi. Kamu lagi ngapain di dalam, Nak?" Ucap Azzar di depan perut Dijah yang seolah tengah berinteraksi dengan anaknya.
Dijah yang melihatnya hanya bisa tersenyum lembut sambil mengusap rambut suaminya yang mulai panjang.
*Dug...dug*
Mata Azzar terbelalak seketika saat melihat tonjolan di perut sang Istri yang tertutup baju terusan itu,
"Sa-Sayang baby-nya nendang. Halo anak Abi, lagi main bola ya di sana." Sahut Azzar sambil mencium perut Dijah dengan sayang.
"Iya Mas, baby-nya tahu kalau ini Abinya." Ucap Dijah lembut, meskipun Dijah sedikit meringis karena tendangan buah hatinya cukup kuat di dalam sana.
Azzar tak kuasa menahan harunya ketika melihat dirinya yang sebentar lagi akan menjadi seorang ayah. Tiba-tiba Azzar bangun dari baringannya dan duduk menghadap sang istri yang hanya menggunakan baju hamilnya dan menggulung bun rambutnya dengan membiarkan beberapa helaian rambutnya yang nampak imut bahkan terkesan Azzar lah yang berusia lebih tua daripada Istrinya itu.
"I love you, istriku." Ucap Azzar sambil memandang tepat di kedua mata sayu dengan iris coklat Istrinya itu.
Mendengar ucapan tiba-tiba dari sang Suami, sontak membuat kedua pipi Dijah memerah malu dibuatnya.
"Ma-Mas." Dijah pun menjadi salah tingkah sendiri, dan berusaha menutupi wajahnya yang tengah merona hebat itu.
"Kenapa, Sayangku? Mungkin kamu terkejut dengan ungkapan perasaanku ini, tapi Mas juga tidak tahu kapan perasaan ini mulai tumbuh di hati Mas tetapi rasanya aku sangat membutuhkanmu dan menyayangi kamu. Tapi kok nggak di jawab sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Mudaku [End]
Romance{Part masih lengkap} *Tahap Revisi* Ketika Cinta Tak Memandang Tempat Berlabuh