Abi?

11K 653 20
                                    



Happy Reading

Menjadi perempuan memang harus mampu ikhlas dan sabar ketika dihadapkan pada kodrat mereka nantinya, yakni menjadi istri dan ibu yang perlu adanya tetesan keringat juga taruhan nyawa yang terus membayanginya ketika dirinya mengandung selama sembilan bulan sang buah hati.

Begitu pun dengan Dijah, kandungan yang semula tidak diketahuinya. Kini telah terhitung berusia satu bulan, hingga perut yang awalnya datar menjadi terlihat sedikit buncit yang cukup berpengaruh pada tubuh Dijah yang mudah lelah.

Bahkan walaupun hamil, Dijah tetap mengajar meskipun Suaminya menyarankan Dijah untuk ambil cuti lebih awal agar tubuhnya tidak terlalu lelah. Namun, Dijah mengatakan bahwa keadaannya baik-baik saja karena kalau Dijah dirumah saja kemungkinan dirinya akan merasa terkungkung dan bosan.

                                                                                  ~oOo~

"Baiklah, karena kalian sebentar lagi akan melaksanakan ujian. Ibu harap kalian bisa memaksimalkan belajar kalian, mainnya di tunda dulu. Fokuskan pada presentase belajar kalian agar nantinya bisa maksimal dalam mengerjakan soalnya. Karena materi PAI sudah selesai dan kalian juga sebentar lagi akan berpisah dengan Ibu, Ibu hanya berharap kalian bisa menjadi manusia yang berguna dan membanggakan agama, bangsa, dan juga orang tua kalian." Ujar Dijah yang kini tengah berdiri di hadapan anak didiknya.

"Aamiin, terima kasih Bu." Sahut semua siswa.

"Aamiin. Iya, sama-sama. Nah, sebelum Ibu akhiri ada yang mau ditanyakan?"

"Saya, Bu." Sahut seorang siswinya memiliki rambut dengan model pendek itu.

"Iya, Nabila."

"Kan kita mau berpisah nih Bu, saya mau tanya agak pribadi sama Ibu. Hehehehe, Bu Dijah sekarang lagi hamil ya?"

Dijah yang mendengar pertanyaan itu langsung menegang seketika dan hanya bisa mengerjapkan matanya.

"Em, I-iya alhamdulillah."

Jawaban Dijah membuat semua muridnya terkejut, tapi memang terlihat bahwa perut Dijah agak sedikit buncit dibandingkan sebelumnya. Memang hanya nampak samar, tetapi jika dilihat dari dekat akan tampak jelas perubahan bentu perut Dijah yang sedikit membuncit.

"Wah, tapi Bu Dijah nggak pernah cuti lama tuh. Biasanya guru disini yang nikah izinnya lama, Bu? Kok Ibu ngak?"

"I-itu karena acaranya cuman sebentar kok, jadi nggak perlu menyita banyak waktu juga." Dijah hanya mampu mengerjapkan matanya gugup, sembari menelan ludahnya kasar karena merasa kecemasannya semakin meningkat. Terlebih sedari awal pelajaran ada mata yang selalu memperhatian gerak geriknya.

"Gila, Man. Ternyata Bu Dijah dah jadi bumil. Huh, penasaran gue sama Suaminya. Tapi Bu Dijah auranya makin cakep bener, heran gua. Biasanya bumil itu biasa aja, kok Bu Dijah bisa wow gitu yak." Bisik Naufal kepada pemuda tampan nan dingin yang sedari tadi tak pernah melepaskan tatapannya pada gurunya, terlebih perutnya yang memang sedikit terlihat membuncit itu.

*Tak*

"Adoooh, ngapa sih lo Zzar. Jangan solimi ane lu. Kasar bat sumpeh deh."

"BE.RI.SIK." sahut Azzar penuh penekanan.

"Ya elah, kaya Suaminya bu Dijah aja lu cemburu gitu. Posesip." Celetuk Naufal yang langsung mendapat tatapan tajam dari Azzar.

"Hehehe, tajem amat tuh mata. Kaya acara di Tv deh, setajam silet. Biasa aje bro, slow."

Imam Mudaku [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang