It's You

10.5K 650 2
                                        




Happy Reading

Dijah saat ini tengah berjalan menuju kelas yang akan diajarnya dengan pipi yang masih merona sejak tadi, ditambah Salma yang terus menggodanya ketika ia sampai di ruang guru tadi karena melihat pipinya yang memerah.

Kini Dijah telah sampai di depan kelas yang akan diajarnya, ia mengatur nafasnya perlahan karena jujur saja dirinya masih gugup dan malu secara bersamaan.

"Bismillah."

"Assalamualaikum."
Suara lembut nan halus itu membuat aktivitas dalam kelas itu seketika menjadi hening bagaikan terkena terpaan angin kecil yang menyejukkan dan membuat semua hal menjadi setenang deburan ombak di laut lepas.

"Walaikumussalam warakhmatullahi wabarakatuh."

"Selamat pagi semuanya, bagaimana kabarnya hari ini?."

"Alhamdulillah baik bu."

"Alhamdulillah, baik karena materi PAI hari ini adalah materi terakhir di bab ini maka minggu depan ibu akan adakan ulangan harian ya. Jadi kalian bisa mempersiapkan dengan baik untuk ulangannya. Oh dan satu lagi karena di sekolah kita KKM-nya 80 dan kalau semisalnya ada siswa di sini yang nilainya 79 atau 79,5 dan dia sudah ikut hafalan dengan sempurna seperti yang ibu perintahkan dulu maka nilainya akan ditambahkan untuk nilai ulangan itu dan tidak perlu remidi lagi. Jadi sudah barang tentu you must study harder right now. You understand about this?."

"Yes Miss."

"Alhamdulillah kalau begitu."
"Baik sekarang akan saya jelaskan materi terakhir di bab ini, silahkan buka buku modul kalian halaman tiga ratus dua ya."


Selama mengajar pandangan seorang pemuda tidak lepas dari sosok guru mudanya yang selalu menjadi titik fokus yang paling membuat dirinya terpikat, seperti ada sebuah magnet yang membuat dirinya susah berpaling darinya.

Dijah merasakan ada yang aneh dengan dirinya, memang ketika menjelaskan banyak siswanya yang sedang melihatnya tetapi ia merasakan ada tatapan yang membuat perasaannya sedikit gugup.

Akhirnya ia memutuskan untuk melihat ke sekeliling kelas.

Hingga tatapannya terpaku pada sosok pemuda yang kini juga masih setia menatapnya sejak tadi. Seutas senyuman tersungging di bibir pemuda itu.

Melihat pipi Dijah yang tambah merona, dirinya hanya bisa terkekeh pelan dan semakin menggodanya dengan mengedipkan sebelah matanya sambil mencium cincin yang tersemat di jari kekarnya.

Sungguh wajah Dijah terasa sangat panas, dirinya ingin sekali menyembunyikan wajahnya saat ini. Dijah segera mengalihkan pandanganya ke arah lain.

"Ba-baiklah apakah ada pertanyaan tentang materi kita hari ini?"

"Saya ingin bertanya." Ucap seorang pemuda yang sedari tadi membuat Dijah tak berhenti untuk tersipu malu dibuatnya. 

"Si-silahkan Azzar!"

"Mungkin hal ini sedikit keluar dari materi hari ini. Apakah boleh?"

"Tentu saja. Silahkan!"

"Saya mau bertanya mengenai seorang wanita terutama seorang istri, saya pernah mendengar dari seorang ustadz. Beliau berkata mengenai ayat zuyinalinnas hubwu syahwati minnannisa. Dijadikan terasa indah di pandangan manusia itu syahwat minnannisa yang beliau ungkapkan bawasanya syahwat juga merupakan bagian dari cinta. Lalu bagaimana tentang syahwat dalam hal kebutuhan biologis, apakah itu artinya Allah mengatakan bawasannya seorang istri adalah sebagai syahwat untuk suaminya?" Tanya Azzar sambil tersenyum menggoda.

Imam Mudaku [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang