Fokus

10.4K 693 4
                                        

17 + (sedikit dewasa ya mohon maaf)



Happy Reading

Kata-kata yang selama ini menjadi salah satu hal yang sering terpikirkan oleh Dijah, akhirnya terucap dari bibir Suaminya. Ia bahkan terlalu terkejut sampai lupa dengan posisinya saat ini yang begitu dekat dengan Azzar. Azzar yang menyadari keterdiaman Dijah, dengan lembut dirinya mulai merangkul pinggang Dijah dan mendekatkan tubuhnya ke arah dirinya.

Dijah terlalu shock dengan kalimat yang tiba-tiba muncul tanpa didugannya, ia masih menunduk dalam dan menutup kedua matanya rapat dan tanpa sadar ia meremas kaos bagian depan sang Suami karena terlalu gugup.

Melihat kegugupan Dijah, sontak membuat jantung Azzar berdegup semakin kencang. Sungguh hal seperti ini adalah pengalaman pertama untuk dirinya, meskipun ia bisa di bilang termasuk anak yang nakal tetapi untuk masalah berhubungan secara lebih dalam dengan perempuan merupakan pengalaman yang asing untuk dirinya. Ia benar-benar tidak menyangka, gadis yang akan menjadi pasangan dalam hal seperti ini adalah gurunya sendiri. Bukankah takdir itu terkadang terasa begitu lucu dan mengejutkan, karena dalam benaknya sama sekali tidak pernah terlintas untuk menikah di usia muda terlebih dengan wanita yang lebih tua darinya. Selama ini dirinya hanya memikirkan tentang hal kebebasan sebagai anak muda dan kebahagiaan untuk dirinya sendiri, tetapi ternyata Tuhan malah memberikan beban tanggung jawab yang lebih besar untuknya di usia yang bisa dibilang sangat muda ini.


Kini Dijah hanya bisa tertunduk malu dengan wajah yang sudah semerah tomat, tanpa berani melihat ke arah dua mata tajam milik sang Suami yang masih menatapnya begitu intens itu. Remasan pada baju kaos milik sang Suami pun semakin erat, ketika dirinya merasakan usapan lembut dari tangan kekar Azzar di pinggangnya.

"Dijah." Panggilan lembut Azzar kepada dirinya sungguh membuat tubuh Dijah semakin menengang di buatnya.

"Kalau kamu belum bisa, ya udah ngak papa. Kamu jangan takut begini, Mas ngak apa-apa kok." Lanjut Azzar sambil membelai kepala Dijah yang masih tertutup mukenah merah mudanya.

Jantung Dijah seakan sudah tidak bisa terkendali lagi, ketika Azzar memanggil dirinya dengan nada begitu lembut seperti itu.

"Ya Allah." Ucap batin Dijah.

"Hei, Dijah." Panggilan lembut Azzar kembali terdengar oleh Dijah, yang membuat sang empunya semakin berdebar di buatnya.

"I-iya, Mas. Insya Allah, Dijah siap melayani Mas dengan sepenuh hati Dijah." Perkataan Dijah sontak membuat Azzar terkejut bukan main, ia mengira Dijah akan berusaha menghindar atau bahkan menolak keinginannya yang ia sendiri tidak mengerti mengapa saat ini ia begitu menginginkan Dijah. Kini jantungnya semakin berdetak kencang, ketika sepasang mata sayu milik Istrinya itu mulai membalas tatapan matanya.

"Ka-kamu yakin? Mas ngak mau memaksa kamu, Dijah"

"I-insya Allah, Mas. Ini sudah menjadi kewajiban Dijah." Balas Dijah dengan nada lembutnya, seraya kembali menunduk karena tak kuasa menatap lamat kedua mata tajam sang Suami lebih lama lagi.

"Kalau begitu tatap aku dan katakan kamu siap menerima hal ini dengan hati yang ikhlas tanpa paksaan." Sahut Azzar sembari mengangkat dagu Dijah agar Istrinya itu mau menatap ke arah wajahnya.

Dijah pun memberanikan diri untuk menatap wajah tampan Azzar yang berjarak sangat dekat di depan wajahnya yang bahkan membuat kedua hidung mereka sampai bersentuhan, dirinya masih memejamkan matanya meskipun wajahnya tidak tertunduk lagi untuk berusaha mengatasi kinerja jantungnya yang bekerja terlalu cepat itu. Hingga ia mulai membuka kedua matanya perlahan dan menatap dalam kedua mata tajam sang Suami. Hal itu semakin membuat Dijah semakin merona, bahkan kedua tangan mungilnya sampai bergetar karena terlalu gugup dengan situasi yang sedang ia hadapi ini.


"I-insya Allah, Dijah siap menyerahkan diri Dijah untuk Mas. Di-Dijah siap melayani Mas dengan sepenuh hati Dijah dan memberikan hak Mas atas Dijah saat ini." Kata Dijah dengan nada yang terbata karena menahan rasa gugup dalam dirinya, dengan kedua pipinya sudah sangat merah merona.

 Mendengar jawaban dari Dijah, Azzar pun mebhembuskan nafasnya perlahan guna mengurangi rasa gugup yang begitu mendominasi tubuhnya itu. Entah dorongan dari mana, kini dirinya malah semakin mendekatkan wajahnya ke arah Dijah.

*Cup*

Kecupan lembut Azzar bubuhkan di kening Dijah, seraya menutup kedua matanya perlahan seakan menikmati hangat kulit Dijah ketika menempel di bibirnya.

"Terima kasih, Istriku." Bisik Azzar di depan telinga Dijah, setelah melepas kecupannya yang membuat sang empunya semakin tidak karuan dibuatnya.

"Ya Allah, hamba malu." Ucap batin Dijah frustasi.

"Kita salat sunnah dulu ya." Ujar Azzar sambil mengelus kepala Dijah dengan lembut.

"I-iya, Mas."

Azzar dan Dijah pun memulai salat sunnah mereka dengan perasaan yang hanya merekalah yang tahu, dan hanya pasangan halal yang terikat lafadz suci di hadapan Allah SWT ketika akan memasuki langkah yang lebih jauh lagi sebagai sepasang suami istri.

-

-

-

-


Setelah melepas mukenahnya, kini Dijah tengah duduk di sofa yang berada di dekat ranjang dengan kepala yang menunduk malu sambil meremas kedua tangannya gugup. Sedangkan Azzar tengah pergi ke kamar mandi.

*Cklek...*

Suara pintu terbuka membuat Dijah seketika mendongakkan wajahnya dan kedua matanya langsung melihat sosok tampan Azzar yang baru keluar dari kamar mandi, Suaminya itu masih menggunakan sarung dan kaos hitam yang membentuk tubuh kekar miliknya.

Wajah Dijah semakin memerah ketika mendapati Azzar tengah berjalan ke arahnya dan langsung membelai kepalanya lembut ketika sudah berada di hadapannya.

Tiba-tiba Azzar mulai membawa Dijah ke dalam gendongnya, yang membuat Dijah secara reflek mengalungkan tangannya ke leher sang Suami. Azzar semakin dalam menatap kedua manik mata Dijah dan membawa tubuhnya ke ranjang.

Dengan lembut, Azzar meletakkan tubuh Istrinya itu di ranjang king size milik mereka.
Kini Azzar sudah berada di atas tubuh sang Istri dengan mata yang tak lepas dari tatapan mata sayu Dijah.

"Aku gugup banget, Astaghfirullah." Teriak batin Azzar gugup.

Tangan Azzar dengan lembut membelai lembut pipi Dijah yang selalu merona, bila di godanya itu.

*Cup*

Kecupan lembut ia bubuhkan di kening sang Istri, juga di kedua pipi Istrinya yang begitu terasa lembut dan chubby itu, dan hidung kecil yang sungguh imut sekali. Hal tersebut membuat Dijah menutup kedua matanya untuk menikmati kecupan lembut sang Suami dengan kedua pipinya yang semakin merona.

Sampai ciuman panjang mendarat di bibir mungil yang berwarna merah muda milik Istrinya itu, yang begitu terasa manis dan lembut.

Dijah sudah pasrah atas apa yang akan Suaminya lakukan nantinya. Dengan kemerlip bintang dan cahaya bulan yang menembus pintu balkon yang tidak tertutup itu, mereka seakan merasakan angin lembut membelai kedua kulit mereka.

Hembusan angin yang begitu tenang, yang menggerakkan secara lembut kain gorden di samping pintu balkon itu beriringan dengan setetes air mata yang jatuh dari sudut mata indah Dijah saat itu. Ia merasa dirinya telah menjadi wanita seutuhnya atas kewajiban yang berhasil ia lakukan untuk sang suami.

Ia sangat bahagia dan bersyukur bisa menjaga kehormataannya sebagai seorang wanita selama ini dan menyerahkannya hanya untuk sang Suami, yang merupakan imam dalam rumah tangga mereka. Seseorang yang harus ia taati dan cintai dengan sepenuh hati, yaitu Azzar yang ia harapkan menjadi tambatan hati terakhir bagi Dijah sebagai imam mudanya menuju jannah  Allah SWT.













Alhamdulillah bisa up nih☺

Bismillah

Semoga suka ya☺

Jangan lupa vote and comment☺


Bye☺

Wassalam

Imam Mudaku [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang