﷽
Happy Reading
Seorang wanita cantik dengan pipi chubby-nya yang kemerah-merahan tengah sibuk melayani pembeli yang begitu ramai di kedai sederhana miliknya. Dirinya tak pernah menyangka jika kedainnya bisa ramai seperti ini, ia kira dagangannya tidak laku bahkan terkesan tak disukai oleh orang banyak, tetapi alhamdulillah Allah memberikan anugrah rezeki ini kepadanya.
Meskipun lelah, dirinya selalu bersyukur dan senantiasa beristighfar dalam hati agar tak ada kata mengeluh dalam kehidupan yang begitu harus disyukuri ini. Karena setiap apapun ujian kita, berat atau ringan semuannya selalu diberikan balasan yang sepadan oleh Tuhan yang maha Esa. Jadi, What's the problems?, always thankfull with our live, it is the dimond of akida in our mind, heart, and mounth.
"Kamu istirahat dulu aja, Nduk. Dari tadi kamu belum istirahat lo." Ujar wanita paruh baya yang baru saja datang ke kedai milik sang Putri dan melihat sang putri yang tampak begitu kelelahan itu.
"Iya Bu, sebentar ya." Sahut wanita muda itu yang masih melayani pembelinya.
"Udah, sini biar Ibu aja. Kamu istirahat sana ya, kamu juga harus pikirkan anakmu loh. Ayo sana!"
"Huh, iya Bu. Terima kasih ya."
"Terima kasih apa to, ini memang tugas Ibu. Dah sana istirahat ya."
"Baik, Bu. Kalau begitu titip warungnya ya, Bu. Aku pulang dulu ya, assalamualaikum"
"Iya. Walaikumussalam warakhmatullah"
Wanita muda itu kini berjalan menuju rumah sederhana milik Ibunya dan membawa beberapa buah untuk ia nikmati sembari melihat hamparan sawah di belakang rumah yang begitu menyejukkan, dengan duduk nyaman di salah satu gubuk di sana. Hawa sejuk langsung menerpa kulit putihnya, dengan jilbab berwarna peach miliknya yang terkibas indah mengikuti hembusan angin persawahan.
"Sudah dua bulan lamanya, tak terasa kamu akan hadir di dunia ini Nak." Monolog wanita itu sembari mengelus perut buncitnya yang sebentar lagi memasuki usia kelahirannya.
Tak pernah ada yang tahu begitu banyak kesulitan yang ia hadapi sebelum mencapai titik ketenangan seperti saat ini. Rumit, menyesakkan, menyakitkan, dan melelahkan adalah kesatuan ujian yang diberikan kepadanya yang terbungkus begitu indah sampai tak ada siapa pun yang mengetahuinya kecuali dirinya dan Tuhan yang Maha Mengetahui.
"Bantu Bunda selalu ya, meskipun nanti kamu cuman punya Bunda. Tetapi satu hal yang harus kamu tahu, kalau Bunda akan memberikan kasih sayang yang sangat berlimpah untukmu Nak. Jadi, semangati Bunda selalu ya Nak di dalam sana." Ujar Dijah dengan tersenyum lembut ke arah perutnya degan air mata yang mulai mengalir menuruni pipi kemerahannya, bahkan senyumannya semakin lebar ketika merasakan tendangan sang buah hati yang seolah mengerti dengan ucapannya.
Benar, dia adalah Khadijah Safira Abdullah. Istri seorang Azzar Abdullah Firdaus yang kini tengah hidup di desa tempat kelahirannya tanpa seorang Suami di sisinya.
Pasti kalian bertanya, apakah yang terjadi sebelumnya hingga mengharuskan Dijah seperti ini.
Quick Flashback
Sudah terhitung seminggu Azzar suaminya tidak pulang ke rumah, bahkan untuk mengabari Dijah saja tidak pernah. Apakah sebegitu tak dianggapnya Dijah? Apakah selama ini hanya kepalsuan yang membalut pernikahan mereka? Dijah sungguh sedih, sakit, dan tertekan akan hal ini. Namun, dirinya berusaha berpikir positif akan Suaminya. Tetapi kalau dirinya sudah lelah maka Dijah hanya bisa berhenti dan bertawakal kepada sang pemilik kehidupan dan penentu jalan takdirnya. Allah SWT.
Hari ini, dirinya memutuskan untuk pergi berbelanja. Karena suaminya tidak bisa dihubungi, tetapi dirinya selalu mengirimkan pesan untuk izin keluar apabila sesuatu itu sangat mendesak dan meskipun pesannya tak pernah dibaca.
Dirinya sedang memilih sayuran yang berada di supermarket dekat perumahannya, tetapi sayuran yang semula ia pegang langsung terjatuh seketika begitu antesinya terpusat pada seorang pria tinggi tegap dengan balutan kemeja hitam di tubuh kekarnya yang membuat aura tampan melekat di dalam dirinya. Jangan lupakan gadis kecil yang berada di gendongannya dan wanita cantik bersurai panjang yang berada di sampingnya. Benar-benar terlihat seperti keluarga bahagia bukan.
Air matanya luruh seketika dari kedua mata sayunya, ia masih bisa menunjukkan senyuman manis di wajah imutnya itu. Sakit, lelah, dan kecewa itulah yang ia lambangkan dengan senyuman di wajah ayu miliknya.
"Aku pergi Suamiku, aku sudah lelah. Terima kasih atas kehidupan pernikahan yang luar biasa, yang telah kau berikan selama ini ." Lirih Dijah dengan air mata dan senyuman yang bercampur jadi satu menjadi kekecewaan begitu mendalam.
Benar sekali, seorang pria yang dilihat Dijah dengan bersama wanita dan anak kecil itu adalah Azzar Suaminya. Yang ia tunggu kedatangannya selama seminggu tanpa kabar itu. Dan akhirnya Dijah mengambil keputusan besar dalam kehidupannya. Karena dirinya sudah...lelah.
Secarik kertas ia tinggalkan di meja kamarnya bersama sang Suami itu, berharap dengan ini Suaminya bisa melepaskan apa yang sudah ia kecewakan selama ini.
"Bismillah, Dijah akan melaluinya dengan anak Dijah sendiri." Lirih Dijah sembari membawa tas besar dan meninggalkan istana sang Suami dengan hati yang telah tergores begitu dalam.
Kenangan indah yang sempat terukir di dalam benak Dijah bersama sang Suami, entah mengapa kini telah terkabur oleh rasa kecewa dan amarah yang mendominasi relung hatinya. Biarlah ia serahkan urusan rumah tangganya ini kepada Yang di atas, karena ia kini hanya bisa berdoa dan berserah. Tenanganya seperti hilang dan entah mengapa terkubur bersama rasa kecewa terhadap perilaku sang Suami.
"Semoga tindakanku ini adalah cara terbaik untuk masalah ini." Batin Dijah berucap.
Flashback off
Di sisi lain ada seorang pria yang sudah dua bulan seperti mayat hidup, rahang yang ditumbuhi bulu brewok yang cukup lebat di tambah rambut hitamnya yang mulai gondrong. Benar-benar seperti seseorang yang tak terurus sama sekali, bahkan kamarnya kini terlihat seperti gudang dengan pakaian yang berserakan di mana-mana dan pecahan kaca juga menghiasi tempat itu.
Jemarinya tak pernah melepaskan bingkai foto yang menampilkan dirinya dan seseorang yang begitu berarti dalam hidupnya. Dirinya hanya bisa meringkuk di bawah tempat tidur acak-acak itu dengan air mata yang terus mengalir dari sudut mata tajamnya yang terlihat sayu.
Tak pernah terbayangkan oleh dirinya, akan datang hari dimana dirinya akan kehilangan kembali orang yang sangat berharga dalam hidupnya. Sungguh rasanya begitu menyakitkan dan menyesakkan, seakan dirinya kehilangan arah dan tujuan dalam hidupnya.
Bismillah
Semoga suka ya
Tanggapan part ini???😬
Mellow ngak temen-temen?, bisa bikin nangis ngak?😔
Kalau belum, ana tambahin di part selanjutnya ya😄👍👍
Salah siapa ya??? Menurut temen-temen Azzar jahat atau ngak nih😄
Jangan benci Azzar lo😄
ana bikinnya bener-bener mau nangis tahu supaya bisa menjiwai.😄
Jangan lupa vote and comment👍
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Mudaku [End]
Romansa{Part masih lengkap} *Tahap Revisi* Ketika Cinta Tak Memandang Tempat Berlabuh