New

10.4K 636 3
                                    



Happy Reading

Malam yang begitu sakral yang meresmikan keduanya sebagai suami istri seutuhnya telah dilalui oleh Azzar dan Dijah untuk pertama kalinya. Begitu indah ketika bisa memadu kasih dalam ikatan hubungan yang halal di mata Allah SWT, dengan pahala yang mengalir di setiap melodi cinta yang mereka mainkan karena telah terikat sebagai pasangan halal dalam lafadz Ijab Qobul yang telah terucap.

Dijah yang merasakan beban yang menimpa pinggang rampingnya, mulai mengerjapkan matanya. Ia dapat melihat tangan kekar dengan urat-urat yang menonjol tengah memeluk pinggangnya erat.

Seketika itu antesinya berubah ketika melihat wajah tampan seseorang yang tak lain adalah suaminya tengah tertidur dengan wajah polosnya.

Sungguh Dijah ingin sekali menyembunyikan dirinya saat ini supaya tidak bertemu dengan suaminya itu, mengingat malam yang telah mereka lalui sebagai suami istri yang sesungguhnya.
Bahkan pipinya tidak berhenti memerah saat ini ketika mengingat hal itu dan di tambah melihat wajah tampan suaminya yang begitu dekat dengan wajahnya.

"Ya Allah hamba malu." Jerit batin Dijah sambil tangannya menarik selimut hingga menutupi wajahnya yang dari tadi sudah memerah tidak ada hentinya.

"Emh." Erang Azzar yang mulai terbangun dari tidur pulasnya sambil mempererat sesuatu yang berada di pelukannya.


Ketika membuka matanya ia dapat melihat selimut yang tengah menutupi wajah seseorang yang ia tahu adalah istrinya itu. Tanpa sadar Azzar tersenyum sekaligus terkekeh melihat Dijah yang sudah barang tentu sangat malu saat ini.

"Morning."
"Humaira." Ucap Azzar yang sengaja menggoda Dijah karena biasanya Dijah akan sangat tersipu ketika ia panggil dengan sebutan itu.

Dijah mulai menurunkan sedikit selimut yang menutupi wajahnya sebatas matanya saja.

Pipinya semakin memerah ketika melihat Azzar yang tengah tersenyum manis ke arahnya, karena tak kuat menahan rasa malunya akhirnya ia menarik selimutnya lagi sampai menutupi wajahnya kembali.

"Hei, jangan ditutup gitu. Nanti kamu susah nafas loh."
"Oh atau jangan-jangan kamu mau aku kasih nafas buatan ya." Ujar Azzar dengan tangan yang berusaha membuka selimut Dijah dengan lembut.

Perlahan Dijah menurunkan selimutnya kembali sampai batas hidung kecilnya sambil mengedip-ngedipkan matanya polos.
Azzar yang melihat itu hanya bisa tersenyum gemas ke arah istrinya itu. Dengan sengaja Azzar mengedipkan sebelah matanya ke arah Dijah sambil menggerakkan bibirnya seolah sedang mencium Dijah.

Tentu saja Dijah yang melihat kelakuan Azzar yang seperti itu langsung menutup kembali wajahnya dan tanpa sadar semakin beringsut menyembunyikan wajahnya di dada bidang Azzar.

"Ya Allah." Batin Dijah berteriak.

"Hahahaha, kamu lucu banget sayang." Sahut Azzar yang tidak bisa menyembunyikan tawanya lagi dengan tangan mengelus puncak kepala Dijah yang untuk pertama kalinya ia melihat rambut panjangnya tanpa tertutupi hijab.

"Sayang, istriku, humairaku. Buka dulu dong selimutnya aku mau bicara sesuatu dulu, mumpung belum adzan."

Dengan menahan rasa malu yang tinggi, Dijah mulai membuka selimutnya sedikit sampai lehernya.

Azzar yang melihat Dijah sudah menurunkan selimutnya, langsung disuguhi dengan pemandangan kedua pipi Dijah yang sangat merah merona yang tanpa sadar membuatnya terkekeh.

*Cup*

Kecupan panjang ia bubuhkan di kening sang istri dengan begitu lama.

"Terima kasih telah menjaganya untukku, Suamimu." Kata Azzar sambil tersenyum manis ke arah Dijah.

Imam Mudaku [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang