37. BERTENGKAR

21 9 0
                                    

"Ini pesanannya, mbak!"

Lutfia tersenyum ramah ke arah para pelanggan. Malam ini cafe agak sedikit sepi. Mungkin di sebabkan cuaca yang agak mendung.

Lutfia menatap ke arah para sahabatnya yang masih stay di sini. Sebelumnya mereka sudah bilang kalau mereka akan menunggu Lutfia dan Nafia selesai bekerja.

Lalu pandangan Lutfia jatuh kepada Nafia yang juga sedang mengantar pesanan pelanggan. Dan salah-satunya adalah Khairol. Ya... Cowok itu juga masih ada di sini.

Lutfia pun kembali fokus ke pekerjaannya. Ia berjalan menghampiri meja Danu. Cowok itu juga sama, masih ada di sini. Tadi cowok itu memesan sebuah makanan ringan. Mungkin untuk menemaninya menghabiskan waktu di sini.

Lutfia melihat ke arah meja sahabatnya, lebih tepatnya ke arah Nisa. Cewek itu terlihat menyedihkan. Ia menatap Danu dengan pandangan yang entahlah, Lutfia tidak dapat mengartikannya. Tapi yang jelas dari sorot matanya terlihat bahwa cewek itu sangat ingin menghampiri Danu.

Jujur... Melihat kondisi Nisa yang seperti itu, membuat Lutfia merasa kasihan. Tapi di saat yang bersamaan juga, ia merasa geli. Wajah cewek itu terlihat sangat amat tersiksa. Sedari tadi juga, Rabi mewanti-wanti Nisa akan rencana mereka. Lutfia hanya bisa menggeleng-geleng.

Dengan senyum ramah, Lutfia meletakkan pesanan yang di bawanya di meja Danu.

"Selamat menikmati!"

Danu mengerutkan dahinya. Mungkin ia merasa sedikit familiar dengan suara Lutfia. Lutfia dapat melihat kerutan di dahi Danu.

Cowok itu mengangkat kepalanya. Ekspresinya terlihat agak kebingungan, namun tidak seberapa jelas. Cowok itu pun langsung mengubah mimik wajahnya kembali datar.

Terkadang Lutfia bingung, kenapa kebanyakan cowok-cowok ganteng memiliki wajah yang datar?

Danu tidak berkata apapun. Setelah melihat Lutfia, cowok itu mengedarkan pandangannya ke penjuru kafe. Sampai akhirnya ia dapat melihat Nisa.

Nisa langsung memalingkan wajahnya. Tidak ingin ketahuan oleh cowok itu kalau ia menatapnya sedari tadi. Ya... Ini merupakan langkah pertamanya, jadi ia tidak boleh gagal.

Sementara Danu merasa sedikit heran. Ia menatap Nisa sedikit lama.

Tumben tuh cewek ngak ngintilin gue? Batin Danu.

Danu mengangkat sebelah alisnya. Lalu cowok itu menggelengkan kepalanya. Di dalam hati, Danu memanjatkan syukur yang banyak ke Tuhan.

"Alhamdulillah! Akhirnya hidup gue tentram!" batinnya.

Sedangkan Lutfia berjalan menjauh dari meja Danu. Dia hanya bisa geleng-geleng saat melihat tingkah Nisa dan Danu. Menurutnya sangat menggemaskan.

"Tunggu!"

Lutfia berhenti. Ia menoleh ke samping. Dan iapun terkejut. Lutfia lupa akan satu fakta lainnya.

Kalau Reza dan kawan-kawannya juga masih ada di sini.

Dan bodohnya Lutfia tidak menyadari kalau ia berjalan di dekat meja mereka, membuat mereka langsung menyadari ke hadirannya.

Ingin sekali ia segera kabur, tapi itu sangat tidak mungkin. Bisa-bisa ia dipecat karna tidak melayani pelanggan dengan baik.

Dengan berat hati, ia menghampiri meja mereka. Semua pasang mata di meja melihat ke arah mereka.

Dengan sekuat tenaga Lutfia menyunggingkan senyumnya. "Mau pesan apa?"

"Lo kerja? Di sini?"

Pertanyaan itu keluar dari mulut Shania. Ia menatap Lutfia dari atas sampai bawah. Memastikan bahwa pakaian yang di pakai cewek itu merupakan pakaian pekerja di cafe ini.

FRIEND AND LOVE STORY (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang