57. FAKTA DAN ALASAN

4 4 0
                                    

Rasanya begitu aneh ketika melihat Shania yang biasanya anggun dan angkuh, kini datang dengan wajah dan penampilan yang berantakan. Shania yang selama ini Reza kenal tidak akan bisa membiarkan dirinya terlihat buruk. Ia akan sangat memprioritaskan penampilan di kondisi apapun.

Namun, kali ini berbeda. Gadis itu seolah menjadi orang paling berubah yang pernah Reza kenal.

"Za!"

Reza tersadar dari lamunannya. Ia menatap Arga dan yang lainnya. Yang wajahnya tampak cemas dengan segala bentuk pikiran yang membebani.

Mereka semua sedang dalam fase yang sama. Mengkhawatirkan kondisi dari dua gadis yang mereka tinggalkan di ruangan tertutup ini.

"Jangan terlalu dipikirin, Za!"

Sesaat Reza menghela napas. Ia melihat Arga. Cowok itu mengucapkan kalimatnya dengan begitu lugas, padahal ia sendiri juga sedang dikelilingi perasaan yang sama.

Sudah Reza katakan, mereka sedang berada dalam satu fase yang sama.

"Ck!" decakan keluar dari bibir Nafia. Ia terus saja menatap ke pintu dengan tidak sabar.

"Kenapa lama kali, sih?!" erangnya kesal.

Fala melihat jam tangannya. Sudah hampir setengah jam dan dua gadis di dalam sana masih belum selesai berbicara.

Sebenarnya, apa yang mereka bicarakan?

"Ngak bisa, nih! Gue harus masuk!"

Aldo segera meraih tangan Nafia dan menariknya ke pelukan. Dalam kondisi seperti ini tidak ada yang sibuk menyoraki 'cieeee' untuk mereka.

"Aldo lepas! Gue harus masuk ke dalam!" seru Nafia sambil berusaha untuk berontak.

"Buat apa lo masuk ke dalam?"

"Gue harus periksa tuh cewek ngelukain Lutfia lagi apa ngak?! Gue harus cek kon—"

"Ngak perlu!" ujar Aldo. Ia menghela napas. "Shania ngak mungkin bahayain Lutfia. Gue rasa mereka sedang saling membuka!"

Nafia menatap Aldo dengan emosi. "Lo tau dari mana tuh cewek sinting ngak bakal lakuin hal-hal kayak gitu ke sahabat gue?!"

Nafia tidak suka.

Ia tidak suka Aldo membela Shania.

"Dia itu manusia paling gila yang pernah gue kenal!"

Mungkin, itulah sebabnya Nafia sangat marah. Meluapkan emosinya begitu saja tanpa bisa ia kontrol.

"Shania emang gila, tapi dia bukan orang jahat!"

Ketukan sepatu yang beradu dengan lantai, wangi parfum yang terasa mewah, serta ucapan tiba-tiba yang mampu menarik atensi seluruh manusia yang berkumpul di depan ruang rawat Lutfia.

Mereka semua menatap Afnita yang dengan anggunnya berjalan. Dress peach mewah miliknya bergoyang seiring langkahnya. Rambutnya bergerak dengan begitu elegan. Wajahnya dipolesi dengan begitu cantik. Ia menatap mereka dengan tenang dan senyuman simpul yang menghiasi wajahnya.

Rian terpesona. Semua orang terpesona. Untuk pertama kalinya mereka melihat Afnita yang begitu berbeda.

"Nita?"

Rian belum sepenuhnya sadar. Mungkin itulah alasan yang membuatnya bertanya.

Sementara Afnita hanya menatap Rian dengan tenang. Masih dengan senyuman simpul yang tidak pudar dari wajahnya.

"Lo bilang kayak gitu karena lo sepupunya!"

Ayu memang ingin melupakan Rian. Namun, bukan perkara yang mudah dalam melupakan, terlebih dia telah menjadi cinta pertamanya sejak lama. Mungkin hanya karena alasan itu Ayu berani mengucapkan ini.

FRIEND AND LOVE STORY (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang