8. KENANGAN MASA LALU

63 17 3
                                    

"YAMPUNN... INI SOAL SUSAH BANGETTTTTTT"

"TUH SI JEP AJEP AJEP NGAK NANGGUNG-NANGGUNG KALOK KASIH SOAL!!!!!"

Nisa sudah berteriak tidak jelas di dalam kelas. Saat ini, mereka berlima sedang membuat pr yang diberikan oleh Pak Jejep. Untungnya kelas sedang sepi, karna saat ini jam istirahat sedang berlangsung.

"Buset dah.... Suara lo ngalahin toa mesjid, tau ngak!!?" ujar Ayu yang terlihat jengkel.

Lutfia, Fala, dan Nafia menghela napas lelah. Mereka sudah mengerjakannya sedari tadi. Tapi, mereka baru bisa menyelesaikan dua soal.

"Gila, ini soal rumit banget kayak hubungan segitiga!!!! Lelah otak gue mikirinnya!" ujar Fala.

"Yaudah... Ngak usah di pikirin!! Gitu aja kok repot!!" ujar Nisa santai. Dia sudah duduk cantik di kursinya sambil memainkan rambutnya.

Lutfia tidak tau harus berkata apa lagi. Otaknya sudah lelah untuk memecahkan soal matematika ini. Dia mungkin termasuk murid pintar, karna dia selalu masuk dalam sepuluh besar. Tapi, tetap saja dia tidak bisa menyelesaikannya.

"Sekarang gimana? Kepala gue udah pusing ni mikirin rumus!" ujar Nafia sambil memijit pelipisnya.

"Lutfia mengangkat bahu tanda bahwa dia tidak tau.

"NISA TAU!!!!" teriak Nisa tiba-tiba. Membuat mereka terkejut.

"Apaan?" tanya Ayu.

"Kita minta tolong aja sama bang Reza!! Dia kan pintar!" usulnya semangat.

"Emang dia mau bantuin?? Lo kan tau sendiri kayak mana abang lo itu!" ujar Nafia.

"Udah tenang aja. Bang Reza pasti mau bantuin. Serahkan semuanya kepada Nisa!!" ujar Nisa sambil menepuk dadanya, bangga.

Lutfia terdiam mendengar nama Reza disebut. Seketika, pikirannya berkelana kemana-mana. Kenapa Reza selalu ada di pikirannya. Apa bener kalau dia jatuh cinta sama Reza? Tapi untuk yang kesekian kalinya, Lutfia menepisnya. Dia yakin bahwa dia tidak mencintai Reza.

Sama sekali tidak.

***

Setelah melaksanakan salat isya, Lutfia dan Nafia keluar rumah untuk mencari angin. Mereka duduk di kursi panjang yang berada di depan rumah mereka.

"Sumpah. Badan gue pegel semua" ujar Nafia sambil menggerakkan tubuhnya kekanan dan kekiri.

Tadi, kafe permata sangat ramai. Karna pemilik kafe sedang melakukan pesta kecil-kecilan.

Lutfia termenung, lalu dia menghembuskan napas lelah. "Andai aja bunda sama ayah masih disini, pasti kehidupan kita akan lebih bahagia" ujarnya tiba-tiba. "Gue.... Kangen sama mereka. Gue rindu sama mereka!".  Buliran-buliran air mata sudah jatuh dari mata Lutfia.

Seketika, raut wajah Nafia berubah menjadi sedih. Nafia juga merindukan mereka. Nafia pun menghela napas. "Emang lo aja! Gue juga kangen sama ayah bunda" ujar Nafia.

Lutfia pun mendongakkan kepalanya, melihat langit malam yang indah. Sekelebat bayangan di mana dia masih bersama kedua orang tuanya terngiang di kepalanya. Dia sangat merindukan mereka. Dia ingin mereka ada di sampingnya di saat susah maupun senang. Tapi, itu hanyalah mimpi yang tidak mungkin tercapai.

"Gue selalu ngebayangin kalau mereka masih hidup. Berada di samping gue, tertawa bareng gue, bahkan memotivasi gue untuk terus maju. Tapi pada akhirnya, gue sadar bahwa itu semua hanya ilusi gue!!!" ujar Nafia yang juga sudah menangis. Lalu, dia juga mendongakkan kepalanya untuk menyaksikan taburan bintang dan juga bulan disana.

FRIEND AND LOVE STORY (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang