38. BERSEKONGKOL

21 9 4
                                    

Di dalam kamarnya, Reza merenungi kejadian tadi sambil berbaring di atas kasurnya. Dia benar-benar tidak menyangka jika Shania bisa seperti itu. Shania yang Reza kenal adalah cewek baik dengan sifatnya yang ramah. Tapi kenapa sekarang Shania terlihat sangat berbeda? Apa Shania memang benar-benar sudah berubah? Atau dari dulu Reza yang tidak pernah mengenali sifat asli Shania?

Bayangan Shania menghina Lutfia benar-benar membuat Reza emosi. Reza tidak sanggup melihat ada orang yang berani menyakiti Lutfia. Hatinya terasa sakit jika harus melihat itu.

Tapi mengapa?

Bukankah dulu Reza tidak menyukai Lutfia?

Atau jangan-jangan Reza menyukainya tapi ia tidak pernah menyadari hal itu?

Reza mengacak rambutnya. Merasa frustasi sendiri. Ia bangun dan berjalan ke arah balkon kamarnya. Angin malam yang sejuk langsung saja menyentuh setiap kulit tubuhnya saat ia menginjakkan kakinya di balkon.

Reza tersenyum tipis saat membayangkan wajah Lutfia. Kenapa tiba-tiba ia merasa merindukan cewek itu?

Reza memejamkan matanya. Ia menghela napas berat. Saat di cafe tadi, Lutfia tampak sangat ingin menghindar darinya.

Sepertinya cewek itu memang sangat berniat untuk menjauhinya. Menciptakan jarak tak kasat mata di antara mereka berdua.

Padahal saat di perpustakaan waktu itu, Reza sudah memintanya untuk tidak menghindarinya. Tetap seperti biasa, walaupun kenyataannya mereka tidak bertegur sapa.

Lagi-lagi ia menghela napas berat. Mengapa rasanya hari ini berat banget?

Hufftt... Reza benar-benar merasa lelah.

***

Nisa menelan ludah. Bersusah payah untuk tidak melirik ke arah Danu. Walau kenyataannya, matanya terus saja mencuri pandang ke arah Danu.

Cowok itu duduk di kantin dengan gayanya yang seperti biasa, menggunakan heandset di kedua kupingnya. Nisa pun bingung, kenapa Danu sangat suka menyumpal kupingnya dengan benda itu.

Nisa meletakkan kepalanya di atas meja kantin. Mengarahkan kepalanya ke arah dimana Danu duduk. Saat asik melamuni paras tampan Danu, tiba-tiba matanya di tutup.

"Huaa.... Mati lampu! Mati lampu!! Tolong!!" ujar Nisa heboh.

Ayu menggeplak pundak Nisa sedikit keras. Membuat Nisa meringis. Sedangkan Rabi langsung menyingkirkan tangannya dari mata Nisa.

"Kan gue udah bilang, jangan diliat! Jangan di pandang! Lo tau kan, ini adalah langkah pertama lo! Misi pertama!!" ujar Rabi penuh penekanan.

Nisa cemberut. "Ya maaf! Nisa kan khilaf!"

Ayu kembali menggeplak pundak Nisa. Kali ini sedikit lebih keras. Membuat Nisa meringis untuk yang kedua kalinya.

"Ayu kampret! Ini sakit pundak Nisa!!" protes Nisa.

"Yee... Abisnya lo sih main pergi duluan, ngak nunggu-nungguin kita!"

"Nisa kan mau lihat Danu dalam diam! Jadinya harus gercep, ngak boleh lelet!" ujar Nisa. Cewek itu kembali menatap Danu dengan bahagia.

"Oke! Lo boleh liat Danu secara rahasia! Tapi kalok sampek ketahuan, awas lo!!" ujar Rabi memperingati. Lelah juga ia jika harus terus-terusan melarang Nisa untuk tidak memperhatikan Danu.

FRIEND AND LOVE STORY (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang