50. PENCULIKAN

3 1 0
                                    

Surat kecil berwarna darah itu sudah kusut akibat genggaman kuat Lutfia. Cewek itu bimbang.

Sampai saat ini teman-temannya belum mengetahui kehadiran satu surat ini.

Lutfia masih terus mengabaikan pesan yang tercantum di surat itu.

Lutfia cukup takut jika orang ini nekat melukai teman-temannya. Lutfia sudah cukup merasa bersalah karena membuat mereka terlibat dalam masalahnya. Ia akan semakin merasa bersalah lagi jika teman-temannya terluka.

Lutfia memperhatikan alamat yang tercantum di surat sambil termenung.

"Apa gue harus ke tempat ini?" batinnya.

Lutfia takut dan ragu. Ia tidak tau bahaya apa yang sedang menunggunya di sana.

Lutfia memejamkan mata. Menyenderkan tubuh di bangku. Ia cukup beruntung tidak ada siapapun di dalam kelas saat jam istirahat ini.

Jika ia pergi, ia tidak tau apa ia akan kembali dengan selamat. Namun, jika ia terus-terusan mengabaikan dan menghindar, maka tidak akan ada jalan keluar untuk masalahnya.

Ia hanya akan tetap stuck di tempat dan tidak akan beranjak.

Itu menakutkan. Ia tidak ingin hidup dihantui dengan semua teror ini.

Baiklah. Lutfia meremas kasar surat itu. Ia memantapkan hati untuk mengikuti keinginan orang gila ini.

Ia tidak akan diam saja. Semua ini harus di hentikan.

Lutfia tidak akan menyeret teman-temannya lagi. Lutfia tau, mereka akan sangat marah jika mengetahui keputusannya ini. Tapi biarlah.

Kali ini, Lutfia akan memilih untuk egois. Walaupun tindakannya ini bodoh, ia tidak perduli.

Karena Lutfia sudah cukup lelah dengan semua ini.

***

"Pulang bareng yok, Naf?!" ajak Fala.

Nafia mengangguk. Mereka berdua berjalan bersama.

"Si Lutfia kemana?"

"Entah tuh anak, main nyelonong pergi aja tadi," gerutu Nafia.

Fala mengangguk. "Bocah-bocah yang lain juga entah pada kemana. Sok sibuk banget lah."

"Iya, sibuk sama pacar masing-masing," sindir Nafia.

Fala tertawa. Tapi setelah itu ia berhenti dan berfikir. "Tapi kayaknya si Ayu udah ngak cinta lagi lah sama si Rian."

Nafia menoleh, "tau dari mana?"

"Tuh anak pas gue bahas Rian ngak ada antusias-antusianya kayak biasa. Malah yang ada mukanya kayak mellow," tutur Fala.

Nafia mengernyit. "Mellow? Sedih gitu maksudnya?!"

Fala mengangguk. Ia menoleh, "Bahkan mukanya udah cocok dibilang kayak orang yang mau nangis."

Nafia berhenti. Fala juga ikut berhenti. Nafia menatap Fala penuh penasaran.

"Kayaknya terjadi sesuatu, deh," ujarnya.

"Bener banget, tapi apa coba?!"

Nafia tampak berfikir. "Mungkin mereka berantem?"

FRIEND AND LOVE STORY (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang